Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan Tahun 2011
TAHUN 2011 S K R I P S I
OLEH:
MEYDINA MAWAR PERANGIN-ANGIN 061000057
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
(2)
PENERAPAN ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI TERMINAL BBM MEDAN GROUP PT. PERTAMINA (PERSERO)
REGION I SUMBAGUT LABUHAN DELI-BELAWAN TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
MEYDINA MAWAR PERANGIN-ANGIN NIM. 061000057
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
(3)
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :
PENERAPAN ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI TERMINAL BBM MEDAN GROUP PT. PERTAMINA (PERSERO)
REGION I SUMBAGUT LABUHAN DELI-BELAWAN TAHUN 2011
Oleh:
MEYDINA MAWAR PERANGIN-ANGIN NIM. 061000057
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 28 Juli 2012 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kes Dra. Lina Tarigan., Apt. MS NIP. 197911072005012003 NIP. 19590806198811200
(4)
Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes Umi Salmah, SKM., M.Kes
NIP. 196202061992031002 NIP. 197305232008122002
Medan, Juli 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan
Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 196108311989031001
(5)
ABSTRAK
“Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I
Sumbagut Labuhan Deli-Belawan Tahun 2011”
xi + 101 Halaman + Lampiran
Telah dilakukan penelitian di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada bagian distribusi meliputi bagian penerimaan, penimbunan dan penyaluran di Terminal BBM Medan Group.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional menggunakan metode wawancara berstruktur. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja yang bekerja pada bagian distribusi di Terminal BBM Medan Group. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 35 orang, dan hanya 9 orang yang memenuhi syarat sebagai sampel penelitian yang diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dilakukan oleh pekerja di bagian distribusi masih belum maksimal dan harus ditingkatkan untuk penerapannya. Aspek K3 yang telah dilaksanakan antara pelaksanaan peraturan dan kebijakan K3 melalui program K3 yang dijalankan secara berkala, adanya sistem reward dan punishment, penanggulangan kebakaran dan pencegahan nearmiss accident, serta setiap minggu melakukan safety talk di semua unit / bagian Terminal BBM. Namun disisi lain masih banyak pekerja yang belum menggunakan pelindung diri seperti di areal filling shed dan di setiap lokasi yang memiliki potensi risiko yang perlu diperhatikan serta perilaku K3 yang belum membudaya ditambah dengan konsumen yang tidak memahami K3.
Disarankan bagi perusahaan untuk menekan seminimal mungkin terjadinya kecelakaan kerja ataupun nearmiss dan mengurangi risiko bahaya dengan melakukan gebyar budaya K3 sebagai sosialisasi K3, melakukan maintenance berkala guna mengurangi risiko bahaya dari proses penerimaan, penimbunan dan penyaluran BBM.
Kata Kunci : Penerapan Aspek K3, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Terminal BBM.
(6)
ABSTRACT
“Implementation Aspects of Occupational Health and Safety (OHS) in Fuel Oil Terminal Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut
Labuhan Deli-Belawan Year 2011”
xi + 101 Pages + enclosures
Research has done on fuel oil terminal PT Medan Group. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan. This study aims to determine how the application of occupational health and safety and aspects on the distribution includes the reception, accumulation and distribution in the fuel terminal PT Medan Group.
Research of types used in this study was descriptive study with cross-sectional approach using structured interview method. The population in this study is the work force who worked on the fuel oil distribution terminal in Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I. The population in this study as many as 35 people, and only 9 people who qualify as research samples taken by purposive sampling technique. The results were analyzed descriptively.
The results showed that the application of occupational health and safety aspects (OHS) is performed by workers in the distribution is still not up and must be improved for its application. OHS aspects that have been implemented include the implementation of regulations and policies OHS through a program that is run on a regular basis, a system of reward and punishment, fire fighting and prevention nearmiss accident, as well as conduct weekly safety talk on all the units / sections Fuel oil Terminal. On the other hand there are many workers who do not use such personal protective at filling shed area and any location that has the potential risks that need attention and behavior are not yet entrenched OHS coupled with consumers who do not understand the OHS.
Advisable for companies to reduce the occurrence of occupational accidents to a minimum or nearmiss and reduce the risk of harm by cultural highlights OHS as socialization, perform periodic maintenance in order to reduce the risk of harm from the process of receiving/supply, storage and distribution of fuel.
Keywords: ImplementationAspects of Occupational Health and Safety (OHS), Safety, Health, Fuel oil Terminal.
(7)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan karena atas kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan Tahun 2011”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama penyusunan skripsi ini mulai dari awal hingga selesai, penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).
2. Dr. Ir. Gerry Silaban M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja sekaligus Dosen Penguji II yang dengan tulus dan sabar memberikan saran, dukungan, nasihat serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Penguji yang dengan tulus dan sabar memberikan saran, dukungan, nasihat, bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Penguji I yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan serta saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
(8)
5. Umi Salmah, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.
6. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang memberikan dukungan, saran serta bimbingan selama penulis menjalani perkuliahan di FKM USU. 7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen FKM USU, terkhusus Dosen Pengajar di Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan wawasan kepada penulis selama proses perkuliahan.
8. Bapak Dodi, Bapak Jimmy Permadi, Bapak Andre (HSE PT. Pertamina UPMS I Medan) yang telah memberikan dukungan dan kerjasama kepada penulis selama melaksanakan penelitian.
9. Bapak Haris, Bapak Ivan, Bapak Mario dan segenap staf Terminal BBM Medan Group Labuhan Deli yang telah memberikan dukungan dan kerjasama kepada penulis selama melaksanakan penelitian.
10. Bapak Abdul Rachim selaku Operation Head (OH Terminal BBM Medan Group) yang telah memberikan dukungan dan kerjasama kepada penulis selama melaksanakan penelitian.
11. Teristimewa untuk orang tuaku yang terkasih, Ayahanda (S. Perangin-angin) dan Ibunda (A. Ginting) yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan moral dan material kepada penulis selama ini, serta adikku (Blemer Perangin-angin) yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Sahabat-sahabatku (Anie, Ulyser, Enda, Icha, Sheila) yang selalu memberi semangat, motivasi dan hiburan kepada penulis.
(9)
13. Teman-teman seperjuangan di Departemen K3 : Bg Dino, Bg Singkat, Afdol, Icha, Sheila, Marissa dan lain-lain.
14. Seluruh rekan-rekan peminatan K3 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu, memberikan semangat, dukungan dan doa selama ini.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Medan, Juli 2012
(10)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Meydina Mawar Perangin-angin
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 12 Mei 1987
Agama : Kristen Protestan
Status : Tidak Kawin
Jumlah Anggota Keluarga : 2 (Dua)
Alamat Rumah : Jl. Kopi Raya 1 No. 24 Simalingkar Medan
Riwayat Pendidikan : 1. TK Puteri Sion Medan
2. SD Katolik Budi Murni-2 Medan
3. SMP Katolik Budi Murni-2 Medan
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan... i
Abstrak... ii
Daftar Riwayat Hidup... iv
Kata Pengantar... v
Daftar Isi... viii
Daftar Tabel... x
Daftar Gambar ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 9
2.1.1. Keselamatan Kerja ... 11
2.1.2. Kesehatan Kerja ... 12
2.1.3. Indikator-indikator dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja... 16
2.1.4. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja... 17
2.2. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 18
2.2.1. Kecelakaan Kerja ... 21
2.2.2. Penyakit Akibat Kerja... 23
2.2.2.1. Definisi Penyakit Akibat Kerja... 23
2.2.2.2. Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja... 26
2.2.3. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja... 27
2.2.3.1. Pedoman Penerapan... 27
2.2.3.2. Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja... 32
2.3. Minyak dan Gas Bumi (Migas) ... 32
2.3.1. Minyak Bumi... 32
2.3.2. Gas Bumi ... 33
2.4. Kerangka Konsep ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
3.1. Jenis Penelitian ... 38
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 38
3.2.2. Waktu penelitian ... 38
(12)
3.3.1. Populasi Penelitian ... 39
3.3.2. Sampel Penelitian ... 39
3.4. Metode Pengumpulan Data... 40
3.5. Definisi Operasional... 40
3.6. Teknik Analisa Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42
4.1. Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) Region I Terminal BBM Medan Group Labuhan Deli Medan ... 42
4.1.1. Sejarah Berdirinya PT. Pertamina (Persero) Region I Terminal BBM Medan Group Labuhan Deli Medan... 42
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 45
4.1.3. Tujuan Perusahaan ... 45
4.1.4. Tata Nilai Peusahaan ... 46
4.1.5. Struktur Organisasi Perusahaan... 46
4.2. Gambaran Umum Terminal BBM Labuhan Deli Region I Medan ... 47
4.3. Gambaran Karakteristik Responden ... 48
4.4. Pendapat Responden dalam Penerapan K3 di Terminal BBM Medan Group ... 50
4.5. Penerapan K3 pada Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina ... 51
4.6. Kendala dalam Penerapan K3 di Terminal BBM Medan Group ... 55
BAB V PEMBAHASAN ... 57
5.1. Pendapat Responden dalam Peneerapan K3 di Terminal BBM Medan Group ... 57
5.2. Penerapan K3 pada Terminal BBM Medan Group ... 59
5.3. Kendala dalam Penerapan K3 di Terminal BBM Medan Group ... 69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 74
6.1. Kesimpulan ... 74
6.2. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
(13)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Penelitian ... 49
(14)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Konsep ... 37 Gambar 4.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... 46 Gambar 4.2. Flow Chart Proses Operasi Terminal BBM Medan Group ... 48
(15)
ABSTRAK
“Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I
Sumbagut Labuhan Deli-Belawan Tahun 2011”
xi + 101 Halaman + Lampiran
Telah dilakukan penelitian di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada bagian distribusi meliputi bagian penerimaan, penimbunan dan penyaluran di Terminal BBM Medan Group.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional menggunakan metode wawancara berstruktur. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja yang bekerja pada bagian distribusi di Terminal BBM Medan Group. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 35 orang, dan hanya 9 orang yang memenuhi syarat sebagai sampel penelitian yang diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dilakukan oleh pekerja di bagian distribusi masih belum maksimal dan harus ditingkatkan untuk penerapannya. Aspek K3 yang telah dilaksanakan antara pelaksanaan peraturan dan kebijakan K3 melalui program K3 yang dijalankan secara berkala, adanya sistem reward dan punishment, penanggulangan kebakaran dan pencegahan nearmiss accident, serta setiap minggu melakukan safety talk di semua unit / bagian Terminal BBM. Namun disisi lain masih banyak pekerja yang belum menggunakan pelindung diri seperti di areal filling shed dan di setiap lokasi yang memiliki potensi risiko yang perlu diperhatikan serta perilaku K3 yang belum membudaya ditambah dengan konsumen yang tidak memahami K3.
Disarankan bagi perusahaan untuk menekan seminimal mungkin terjadinya kecelakaan kerja ataupun nearmiss dan mengurangi risiko bahaya dengan melakukan gebyar budaya K3 sebagai sosialisasi K3, melakukan maintenance berkala guna mengurangi risiko bahaya dari proses penerimaan, penimbunan dan penyaluran BBM.
Kata Kunci : Penerapan Aspek K3, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Terminal BBM.
(16)
ABSTRACT
“Implementation Aspects of Occupational Health and Safety (OHS) in Fuel Oil Terminal Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut
Labuhan Deli-Belawan Year 2011”
xi + 101 Pages + enclosures
Research has done on fuel oil terminal PT Medan Group. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan. This study aims to determine how the application of occupational health and safety and aspects on the distribution includes the reception, accumulation and distribution in the fuel terminal PT Medan Group.
Research of types used in this study was descriptive study with cross-sectional approach using structured interview method. The population in this study is the work force who worked on the fuel oil distribution terminal in Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I. The population in this study as many as 35 people, and only 9 people who qualify as research samples taken by purposive sampling technique. The results were analyzed descriptively.
The results showed that the application of occupational health and safety aspects (OHS) is performed by workers in the distribution is still not up and must be improved for its application. OHS aspects that have been implemented include the implementation of regulations and policies OHS through a program that is run on a regular basis, a system of reward and punishment, fire fighting and prevention nearmiss accident, as well as conduct weekly safety talk on all the units / sections Fuel oil Terminal. On the other hand there are many workers who do not use such personal protective at filling shed area and any location that has the potential risks that need attention and behavior are not yet entrenched OHS coupled with consumers who do not understand the OHS.
Advisable for companies to reduce the occurrence of occupational accidents to a minimum or nearmiss and reduce the risk of harm by cultural highlights OHS as socialization, perform periodic maintenance in order to reduce the risk of harm from the process of receiving/supply, storage and distribution of fuel.
Keywords: ImplementationAspects of Occupational Health and Safety (OHS), Safety, Health, Fuel oil Terminal.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi ini dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa pengaruh yang besar bagi dunia industri, khususnya Indonesia. Indonesia sudah menghadapi pasar bebas Asean Free Trade Ageement (AFTA). Perkembangan dunia industri juga diiringi dengan perkembangan teknologi, namun pada kenyataannya pemanfaatan teknologi dalam proses industri mengandung berbagai risiko.
Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan industri dalam proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yang mengandung risiko bahaya terhadap terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja (Jacob, 2002).
Pasal 86 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa upaya K3 dimaksudkan untuk memberi jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, serta bebas pencemaran lingkungan menuju peningkatan
(18)
produktivitas sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Seperti kita ketahui bahwa kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan korban jiwa maupun kerugian material bagi pekerja dan pengusaha tetapi dapat juga mengganggu proses produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan yang akhirnya berdampak kepada masyarakat luas. Karena itu, perlu dilakukan upaya yang nyata untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja secara maksimal. Apabila kita lakukan analisis secara mendalam maka kecelakaan, peledakan, kebakaran dan penyakit akibat kerja pada umumnya disebabkan karena tidak dijalankannya syarat-syarat K3 secara baik dan benar(Erman, 2007).
Penerapan K3 di sektor industri masih belum menunjukkan hasil yang diharapkan, hal ini terindikasi dari tingkat kecelakaan kerja yang relatif masih tinggi. Tingginya angka kecelakaan ini umumnya terjadi pada industri skala menengah dan kecil, tapi tidak tertutup kemungkinan hal ini juga bisa terjadi pada industri skala besar.
Di Indonesia disadari bahwa pelanggaran tentang norma K3 masih sering ditemukan di lapangan. Perusahaan yang beroperasi di Indonesia belum menerapkan program K3, hal ini dapat dilihat dari sekitar 169.000 perusahaan yang terdaftar, serta 25.000 perusahaan dengan jumlah karyawan di atas 100 orang, ternyata yang meraih zero accident hanya 66 perusahaan (Santoso, 2002).
Kebakaran dan ledakan mengakibatkan kecelakaan yang serius dan menghasilkan kerugian materi serta kehidupan yang besar(Less, 1996). Berdasarkan hasil studi dari The International Association for the Study of Insurance Economics
(19)
atau yang dikenal dengan “The Geneva Association”, diketahui bahwa kerugian akibat kebakaran dibanyak negara maju di dunia sebesar satu persen dari GDP (Gross Domestic Product).
Pada Desember 2005, kebakaran dan ledakan terjadi di depot penyimpanan bahan bakar Buncefield di Inggris. Kebakaran dan ledakan tersebut menyebabkan kerugian properti terbesar di Inggris sejak Perang Dunia II. Kebakaran dan ledakan merusak instalasi dan menyebabkan kehilangan bahan bakar dalam jumlah yang sangat besar. Akibat kejadian tersebut, diperkirakan depot tidak dapat dioperasikan kembali. Selain itu, ledakan juga menyebabkan kerusakan yang serius pada banyak bangunan di area sekitar depot dengan perkiraan kerugian materi melebihi £80 juta .
Demikian juga kasus kebakaran tangki Premium pernah terjadi di Instalasi Surabaya Grup, PT. Pertamina. Kebakaran terjadi pada tanggal 5 November 2001 akibat sambaran petir(Fire Assesment Depot X, 2002).
Pada Januari 2009, ledakan dan kebakaran juga terjadi di Depot Pertamina Plumpang, Jakarta Utara. Ledakan dan kebakaran menyebabkan kehilangan bahan bakar dalam jumlah besar. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Juru Bicara Pertamina Anang Rizkani Noor, Dia menjelaskan bahwa yang terbakar adalah tangki 5.000 kiloliter premium. Secara keseluruhan, Depot Plumpang memiliki cadangan pasokan premium 50-60 ribu kiloliter. Kejadian tersebut mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan dan warga yang bermukim di sekitaran depot (Kompas, 2009). Bahkan pada Maret 2008 lalu juga terjadi insiden kebakaran pada pipa penyaluran bahan bakar minyak (BBM) milik PT. Pertamina (Persero) di Belawan,
(20)
Medan(Sib, 2008).
Dengan majunya industrialisasi, mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi, maka dalam kebanyakan hal berlangsung pulalah peningkatan intensitas kerja operasionil dan tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran secara intensif dari para pekerja yang akan mengakibatkan kelelahan, kurang perhatian akan hal-hal lain, kehilangan keseimbangan dan lain-lain, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan(Penjelasan UU RI No.1 Tahun 1970).
Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), setiap tahun di seluruh dunia terjadi 2,2 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 500.000 kematian terjadi dari 270 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian disebabkan penyakit akibat hubungan pekerjaan dan kerugian finansial sebesar 1,25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan kompensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Kompensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan 7,5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha(Erman, 2007).
Saat ini perkembangan industri migas sangat besar di Indonesia. Kegiatan industri migas mulai dari produksi, pengolahan maupun transportasi mempunyai potensi bahaya yang sangat besar yaitu terjadinya kecelakaan kerja dan kebakaran. Karena itu, untuk pengelolaan minyak dan gas bumi tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten, sehingga bangsa Indonesia akan survive dalam
(21)
menghadapi era kompetisi dan perdagangan bebas.
Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri minyak dan gas bumi (Migas), disamping high technology dan high cost, juga mempunyai tingkat risiko kecelakaan kerja yang lebih tinggi (high risk). Demikian juga dengan proses distribusi yang dilakukan di depot bahan bakar minyak, juga pasti mempunyai tingkat risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Dengan demikian, peraturan tentang Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan Hidup (K3LH) bagi orang-orang yang bekerja didalam perusahaan tersebut merupakan hal mutlak yang harus diberlakukan(Mursali,2006).
Instalasi Medan Group yang telah berubah nama menjadi Terminal BBM Medan Group merupakan salah satu instalasi/depot terbesar di SUMBAGUT, sehingga memiliki fungsi yang sangat vital. Jika terjadi gangguan terhadap operasi depot maka akan timbul dampak yang luas baik sosial, ekonomi maupun politik. Instalasi ini berada di bawah pengawasan Kepala Instalasi Labuhan Deli yang berada dalam areal kerja PERTAMINA UPMS I (Unit Pemasaran I). Fungsi instalasi ini sebagai tempat penerimaan, penimbunan dan penyaluran BBM (Bahan Bakar Minyak).
Proses kerja/kegiatan yang berlangsung dalam instalasi tersebut adalah: (1) penerimaan BBM dari dermaga yang dikirim/ditransfer dengan menggunakan kapal tanker melalui single point mooring (SPM) menuju tanki timbun, (2) penimbunan BBM dalam tanki timbun dan (3) penyaluran BBM dengan bridger dan RTW ke beberapa depot-depot di Provinsi Sumatra Utara. Lokasinya berada di Jalan Medan-Belawan Km 19,5 Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan. Luas arealnya adalah 30,8 HA dengan rincian areal instalasi 158.380 m2 dan
(22)
jalur pipa 102.555 m2 dengan status tanah HGB(Fire Assesment IMG, 2006).
Di lokasi instalasi pernah terjadi kecelakaan kerja yang disebabkan mesin/peralatan kerja dan akibat kelalaian, seperti yang terjadi (a) Pada tanggal 24 Juni 2010 pukul 09.00. Pada saat Mobil Tangki BK 8283 LK produk Solar kapasitas 18 kL selesai melakukan pengisian di filling shed no. 15 Instalasi Labuhan Deli, sopir Mobil Tangki Suyanto lalai melepas koneksi bottom loading dan menjalankan Mobil Tangki tersebut. Hal ini menyebabkan loading arm tertarik dan putus pada selang arm, pipa quick coupling bengkok dan handle quick coupling patah. Selain itu minyak yang terdapat pada selang loading arm tumpah sekitar 20 L. (b) Pada tanggal 06 Juli 2010 pukul 17.00. Pada saat Mobil Tangki BK 9520 CF produk Premium kapasitas 18 kL selesai melakukan pengisian di filling shed no. 11 Instalasi Labuhan Deli, sopir Mobil Tangki lalai melepas koneksi bottom loading dan menjalankan Mobil Tangki tersebut. Hal ini menyebabkan loading arm tertarik dan patah pada bagian pipa arm dan pipa quick coupling loading arm bengkok. Pipa bottom loader MT juga mengalami kebocoran akibat kejadian tersebut sehingga menyebabkan tumpahan minyak yang cukup banyak yaitu sekitar 80 L,(c) Pada tanggal 8 September 2010, sekitar jam 10.00 WIB, terjadi kebakaran di area jalur pipa bawah laut dari SPM. Api diperkirakan setinggi 8m dari permukaan air, dan juga kejadian kecelakaan kerja yang lain seperti terjepit, tertimpa, terjatuh, terbentur, terpeleset, tertabrak/terlindas ban mobil.
Premium yang merupakan salah satu produk Instalasi Medan Group Labuhan Deli merupakan flammable liquid. Oleh karena itu, salah satu potensi bahaya yang harus diperhatikan juga secara serius di Instalasi Medan Group Labuhan Deli adalah
(23)
adanya kemungkinan terjadinya kebakaran dan ledakan.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti diketahui bahwa sebagian dari pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan, sepatu yang sesuai standar K3, masker dan juga sebagian dari pekerja ada yang lalai (kurang konsentrasi) ketika melakukan pekerjaan. Alasan pekerja tidak menggunakan APD karena dianggap mengurangi kecekatan dalam bekerja (kurang bebas bergerak).
Menyadari pentingnya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini, maka peneliti merasa tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai “Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dilaksanakan pada Terminal BBM Medan Group PT Pertamina di Labuhan Deli.
1.3 Tujuan Penelitian 1. 3. 1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada Terminal BBM Medan Group PT Pertamina di Labuhan Deli.
(24)
1. 3. 2.Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada saat penerimaan/supply BBM di Terminal BBM Medan Group.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada saat penimbunan/storage BBM di Terminal BBM Medan Group.
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada saat penyaluran/distribution BBM di Terminal BBM Medan Group.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memberi informasi, masukan kepada pihak perusahaan tentang
pentingnya penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja bagi PT. Pertamina khususnya Terminal BBM Medan Group.
2. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis khususnya tentang pentingnya penerapan K3.
3. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan penerapan aspek K3.
(25)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Suma’mur, 1989). Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dalam (Budiono, 2003) menerangkan bahwa keselamatan kerja yang mempunyai ruang lingkup yang berhubungan dengan mesin, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, memberikan perlindungan sumber-sumber produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas.
Menurut Suma’mur, (1996), keselamatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum.
Menurut Felton (1990) dalam (Budiono dkk, 2003) mengemukakan pengertian tentang kesehatan kerja adalah
“Occupational Health is the extension of the principles and practice of occupational medicine, to include the conjoint preventive or constructive activities of all members of the occupational health team.”
(26)
Pengembangan prinsip-prinsip dan praktik dari kedokteran kerja, untuk memadukan kegiatan-kegiatan yang bersifat mencegah atau membangun dari seluruh anggota tim kesehatan kerja.
Melihat beberapa uraian di atas mengenai pengertian keselamatan dan pengertian kesehatan kerja di atas, maka dapat disimpulkan mengenai pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu bentuk usaha atau upaya bagi para pekerja untuk memperoleh jaminan atas Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) dalam melakukan pekerjaan yang mana pekerjaan tersebut dapat mengancam dirinya yang berasal dari individu sendiri dan lingkungan kerjanya.
Pada hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu keilmuwan multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, keamanan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, serta melindungi tenaga kerja terhadap resiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan atau pencemaran lingkungan kerja.
Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai/tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, selektif mungkin.
(27)
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai/tenaga kerja.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. 2.1.1. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja (Simajuntak, 1994).
Kondisi bangunan adalah tempat atau bangunan yang digunakan untuk tempat bekerja apakah telah memenuhi kriteria keselamatan bagi penghuni bangunan tersebut. Kondisi mesin yang ada di perusahaan juga harus baik sehingga harus ada penjadwalan perawatan mesin-mesin untuk proses produksi. Hal ini bertujuan untuk mencegah kerusakan mesin yang dapat membahayakan operator.
Kondisi pekerja sangat menentukan terjadinya kecelakaan kerja. Faktor-faktor yang menentukan kondisi pekerja yaitu(Simajuntak, 1994):
a) Kondisi mental dan fisik
Kondisi tersebut sangat berpengaruh dalam menjalaankan proses produksi karena dengan kondisi mental dan fisik yang buruk dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
(28)
b) Kebiasaan kerja yang baik dan aman
Pada saat melakukan pekerjaan, pekerja harus dapat dituntut untuk bekerja secara disiplin agar tidak lalai yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
c) Pemakaian alat-alat pelindung diri
Kurangnya kesadaran dalam pemakaian alat-alat pelindung karena dirasa tidak nyaman oleh pekerja dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
2.1.2. Kesehatan Kerja
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya(Budiono, 2003).
Sejak beberapa abad yang lalu, Burlinhame menyatakan bahwa melakukan suatu pekerjaan atau bekerja hakikatnya merupakan sumber kepuasan manusia yang paling mendasar, katalis sosial dan sekaligus juga pelengkap status serta martabat manusia.
Bila konsep tersebut dikaitkan dengan perubahan global pada berbagai sektor dan perkembangan teknologi dewasa ini, maka semakin jelaslah bahwa upaya untuk meningkatkan kesejahteraan manusia harus dilakukan melalui pekerjaan yang diselaraskan dengan lingkungaan yang aman, nyaman dan higienis sehingga kesehatan, keselamatan dan produktivitas tenaga kerja senantiasa terjamin.
Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih
(29)
ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.
Status kesehatan seseorang, menurut Blum (1981) ditentukan oleh empat faktor yakni:
1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik/anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, mikroorganisme) dan ssosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).
2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan dan tingkah laku.
3. Pelayanan kesehatan: promotif, preventif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan, rehabilitasi, dan;
4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
Interaksi dari berbagai faktor tersebut sangat mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di tempat kerja. Dengan demikian, dalam pengelolaan kesehatan keempat faktor tersebut perlu diperhatikan, khususnya dalam aspek lingkungaan dan pelayanan kesehatan.
Hubungan antara pekerjaan dan kesehatan seseorang mulai dikenal sejak beberapa abad yang lalu, antara lain dengan didapatkannya penyakit akibat cacing atau gejala sesak napas akibat timbunan debu dalam paru pada pekerja pertambangan.
Kaitan timbal balik pekerjaan yang dilakukan dan kesehatan pekerja semakin banyak dipelajari dan terus berkembang sejak terjadinya revolusi industri. Pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan baik. Demikian pula status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi produktivitas
(30)
kerjanya. Pekerjaan yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya.
Menurut Suma’mur (1976), kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.
Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah pada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (Total health of all at work).
Dan ilmu ini tidak hanya hubungan antara efek lingkungan kerja dengan kesehatan, tetapi juga hubungan antara status kesehatan pekerja dengan kemampuannya untuk melakukan tugas yang harus dikerjakannya, dan tujuan dari kesehatan kerja adalah mencegah timbulnya gangguan kesehatan daripada mengobatinya(Harrington, 2003).
Sebagai bagian spesifik keilmuwan dalam kesehatan masyarakat, kesehatan kerja lebih memfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya kesehatan yang bertujuan untuk:
1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja
2. Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja atau pekerjaannya.
(31)
3. Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental dan pendidikan atau keterampilannya.
4. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas pekerja.
Sedangkan rekomendasi sidang bersama ILO/WHO pada tahun 1995, menekankan upaya pemeliharaan, peningkatan kesehatan dan kapasitas kerja, perbaikan lingkungan dan pekerjaan yang mendukung keselamatan dan kesehatan pekerja serta mengembangkan organisasi dan budaya kerja agar tercapai iklim sosial yang positif, kelancaran produksi dan peningkatan produktivitas.
Kesehatan kerja mencakup kegiatan yang bersifat komprehensif berupa upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif berupa penyuluhan, pelatihan dan peningkatan pengetahuan tentang upaya hidup sehat dalam bekerja, disamping kegiatan pencegahan (preventif) terhadap risiko gangguan kesehatan, lebih mengemuka dalam disiplin kesehatan kerja.
Kesehatan kerja diartikan sebagai spesialis ilmu kesehatan yang menganalisa akibat praktek dan cara kerja terhadap derajat kesehatan pekerja yang bersangkutan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental, serta menganalisa alternatif usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja dan lingkungan kerja. Kesehatan kerja bersifat medis dan sasarannya adalah manusia atau pekerja. Kesehatan kerja adalah kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan para pekerja seperti(Simajuntak, 1994):
1. Kurangnya pencahayaan yang mengakibatkan sakit mata.
2. Tidak adanya sistem sirkulasi udara sehingga debu-debu atau partikel-partikel kecil akan mengganggu sistem pernapasan pekerja.
(32)
3. Pekerja yang bekerja dengan menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya.
4. Tingkat kebisingan yang melebihi batas ambang pendengar yang dapat mengakibatkan ketulian pada pekerja.
Kondisi di atas memerlukan pencegahan dengan melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
1) Pemeriksaan pekerja secara berkala.
2) Memberikan keterangan prosedur kerja sebelum bekerja. 3) Pembuatan ventilasi yang baik.
4) Mengubah cara-cara kerja yang dapat menyebabkan penyakit kerja.
5) Pemakaian alat-alat pelindung diri secara teratur dan disiplin untuk menghindari resiko kecelakaan kerja.
2.1.3. Indikator-indikator dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Budiono dkk (2003) mengemukakan indikator Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), meliputi:
a) Faktor manusia/pribadi (personal factor)
Faktor manusia disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi, kurangnya pengetahuan dan keterampilan/keahlian, dan stress serta motivasi yang tidak cukup.
b) Faktor kerja/lingkungan
Meliputi, tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan, rekayasa, pembelian/pengadaan barang, perawatan, standar-standar kerja dan penyalahgunaan.
(33)
Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai indikator tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) meliputi: faktor lingkungan dan faktor manusia.
2.1.4. Aspek-aspek dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Menurut Anoraga (2005) mengemukakan aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) meliputi:
a) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan dalam beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.
b) Alat kerja dan bahan
Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang, alat-alat kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam melakukan kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah bahan-bahan utama yang akan dijadikan barang.
c) Cara melakukan pekerjaan
Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara melakukan pekerjaan yang berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktifitas pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri secara tepat dan
(34)
mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami cara mengoperasionalkan mesin.
Menurut Budiono dkk (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain:
a) Beban kerja
Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
b) Kapasitas kerja
Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
c) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun psikososial.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Aspek dan Faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain lingkungan kerja, alat kerja dan bahan, cara melakukan pekerjaan, beban kerja, kapasitas kerja, dan lingkungan kerja.
2.2. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Manajemen sebagai satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan eksak tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik dari segi perencanaan maupun pengambilan keputusan dan organisasi. Manajemen seharusnya menyadari(Silalahi, 1995):
(35)
2. Kerugian akibat kecelakaan menimpa karyawan dan peralatan
3. Antara biaya pencegahan dan kerugian akibat kecelakaan terdapat selisih yang sukar ditetapkan
4. Kecelakaan kerja selalu menyangkut manusia, peralatan, dan proses. 5. Manusia merupakan faktor dominan dalam setiap kecelakaan.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap masalah operasional, baik di sektor tradisional maupun sektor modern. Masalah yang terjadi khususnya dalam masyarakat yang sedang beralih dari satu kebiasaan kepada kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa permasalahan yang jika tidak ditanggulangi secara cermat dapat membawa berbagai akibat buruk bahkan fatal.
Permasalahan yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja memerlukan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja komprehensif antara lain dengan (Simajuntak, 1994):
a) Menghimpun informasi dan data kasus kecelakaan secara periodik b) Mengidentifikasi sebab-sebab kasus kecelakaan kerja
c) Menganalisa dampak kecelakaan kerja bagi pekerja sendiri, bagi pengusaha dan bagi masyarakat pada umumnya.
d) Merumuskan saran-saran bagi pemerintah, pengusaha dan pekerja untuk menghindari kecelakaan kerja.
e) Memberikan saran mengenai sistem kompensasi atau santunan bagi mereka yang menderita kecelakaan kerja.
(36)
f) Merumuskan sistem dan sarana pengawasan, pengaman lingkungan kerja, pengukuran tingkat bahaya, serta kampanye menumbuhkan kesadaran dan penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja.
Pemerintah mengajak pengusaha dan serikat pekerja untuk menyusun kebijaksanaan dan program yang melindungi pekerja, masyarakat dan lingkungan dari kecelakaan kerja. Pengusaha diwajibkan menyusun sistem pencegahan kecelakaan kerja termasuk identifikasi dan analisis sumber kecelakaan, cara mengurangi akibat kecelakaan, perencanaan dan pemasangan instalasi pengaman, penugasan tenaga khusus dan ahli di bidang keselamatan kerja, melaksanakan inspeksi secara regular, serta menyusun program penyelamatan darurat bila terjadi bencana atau kecelakaan kerja. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja: PER. 05/MEN/1996, penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dibagi menjadi tiga tingkatan yang kemudian akan digunakan sebagai dasar audit internal perusahaan yaitu:
a. Tingkat awal adalah perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat resiko rendah harus menetapkan sebanyak 64 kriteria.
b. Tingkat transisi adalah perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat resiko menengah harus menetapkan sebanyak 122 kriteria
c. Tingkat lanjutan adalah perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat resiko tinggi harus menetapkan sebanyak 166 kriteria.
Dalam penentuan kriteria perusahaan juga dapat ditentukan melalui kriteria kebakaran suatu perusahaan, sebagai contoh apabila perusahaan tersebut berhubungan
(37)
dengan logam maka perusahaan tersebut dapat dikategorikan sebagai perusahaan dengan kategori sedang dua, dan disimpulkaan bahwa perusahaan tersebut perusahaan menengah
2.2.1. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan atau penyakit yang diderita oleh seseorang akibat melakukan suatu pekerjaan atau ditimbulkan oleh lingkungan kerja (Simajuntak, 1994).
Terdapat banyak faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja. Kecelakaan dan penyakit kerja dapat terjadi pada saat seseorang mengoperasikan alat kerja atau produksi, antara lain karena:
1) Pekerja yang bersangkutan tidak terampil atau tidak mengetahui cara mengoperasikan alat-alat tersebut.
2) Pekerja tidak hati-hati, lalai, terlalu lelah atau dalam keadaan sakit. 3) Tidak tersedia alat-alat pengaman.
4) Alat kerja atau produksi yang digunakan dalam kesedaan tidak baik atau tidak layak pakai lagi.
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat pula terjadi karena kondisi dan lingkungan kerja yang tidak aman, misalnya dalam bentuk ledakan, kebakaran, dan kebocoran atau perembesan unsur-unsur kimia berbahaya. Bencana kecelakaan kerja tersebut dapat menimbulkan korban dan kerugian dalam bentuk:
1. Pekerja dan atau orang lain meninggal atau luka 2. Alat-alat produksi rusak
(38)
4. Bangunan terbakar atau roboh
5. Proses produksi terhenti atau terganggu
Kecelakaan kerja dapat dikategorikan dalam beberapa akibat yang ditimbulkannya seperti(Simajuntak, 1994):
a) Meninggal dunia, termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan dan perawatan sebelumnya.
b) Cacat permanen total adalah cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak mampu lagi melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh, seperti: kedua mata, satu mata dan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki. Dua bagian tubuh yang tidak terletak pada satu ruas tubuh.
c) Cacat permanen sebagian adalah cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh hilang atau terpaksa dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.
d) Tidak mampu bekerja sementara, dimaksudkan baik ketika dalam masa pengobatan maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan, sehingga ada hari-hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan kerja produktif.
Penyakit akibat kerja disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain (Silalahi, 1995):
1) Faktor biologis
(39)
3) Faktor fisik termasuk kebisingan/getaran, radiasi, penerangan, suhu, dan kelembaban.
4) Faktor fisiologis
5) Faktor tekanan mental/stress. 2.2.2. Penyakit Akibat Kerja (PAK)
2.2.2.1. Definisi Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artificial atau man made disease.
WHO membedakan empat kategori penyakit akibat kerja(Depkes RI, 2006): a. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya pneumoconiosis. b. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya karsinoma
bronkhogenik.
c. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya bronchitis kronis.
d. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma.
Menurut Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan kerja, terdapat 31 jenis penyakit yang timbul karena hubungan kerja, antara lain:
1. Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan parut
(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberculosis yang silikosisnya merupakan factor utama penyebab cacat atau kematian.
(40)
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis alergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaan yang beracun. 7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaan yang beracun. 8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaan yang beracun. 9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaan yang beracun. 10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaan yang beracun. 11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaan yang beracun. 12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaan yang beracun. 13. Penyakit yang disebabkan oleh timbale atau persenyawaan yang beracun. 14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan yang beracun. 15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau homolognya yang beracun.
(41)
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya. 20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas tau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti karbon monoksida hidrogensianida, hidrogensulfida atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan otot-otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih. 25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi, atau biologik.
27. Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh pic, bitumen, minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapatkan dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara tinggi.
(42)
2.2.2.2. Faktor penyebab penyakit akibat kerja
Dalam ruang atau ditempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat kerja, antara lain(Notoatmodjo, 2007):
1. Golongan fisik, seperti:
a. Suara, yang bisa menyebabkan pekak/tuli.
b. Radiasi sinar-sinar radioaktif dapat menyebabkan penyakit susunan darah dan kelainan kulit.
c. Suhu, apabila terlalu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau hyperpyrexia. Sedangkan suhu-suhu yang rendah dapat menimbulkan frostbite, trenchfoot, dan hypothermia.
d. Tekanan tinggi dapat menyebabkan caisson disease.
e. Penerangan lampu yang kurang baik misalnya dapat menyebabkan kelainan pada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.
2. Golongan kimia (chemis), yaitu:
1) Debu yang menyebabkan pneumoconioses, diantaranya silicosis, asbestosis, dan lainnya.
2) Uap yang diantaranya menyebabkan metal fume fever, dermatitis atau keracunan.
3) Gas, misalnya keracunan oleh CO dan H2S. 4) Larutan yang dapat menyebabkan dermatitis.
5) Awan atau kabut, misalnya racun serangga, racun jamur dan lainnya yang dapat menimbulkan keracunan.
(43)
3. Golongan infeksi, misalnya oleh bibit penyakit anthrax, brucella, AIDS, dan lainnya.
4. Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh keselahan-kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan dan lain-lain yang kesemuanya menimbulkan kelelahan fisik, bahkan lambat laun dapat menyebabkan perubahan fisik pada tubuh pekerja.
5. Golongan mental-psikologis, yang terlihat misalnya pada hubungan kerja yang tidak baik, atau keadaan pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan.
Sedangkan upaya untuk mencegah penyakit akibat kerja ada bermacam-macam, yakni: (a) substitusi, (b) ventilasi umum, (c) ventilasi keluar setempat, (d) isolasi, (e) pakaian pelindung, (f) pemeriksaan kesehatan, (g) penerangan, dan (h) pendidikan kesehatan.
2.2.3. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.2.3.1. Pedoman Penerapan
Kecelakaan kerja tidak dapat dielakkan secara menyeluruh. Namun demikian setiap perencanaan, keputusan, organisasi harus mempertimbangkan aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan. Berikut merupakan beberapa pedoman penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
1. Komitmen dan kebijaksanaan
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja haris memiliki komitmen dan kebijaksanaan. Komitmen keselamatan dan kesehatan kerja dapat membantu perusahaan dalam bekerja sama dengan pekerja. Tinjauan awal keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kerja sama yang dilakukan yaitu yang berkaitaan dengan:
(44)
a. Identifikasi kondisi dan sumber daya
b. Pengetahuan dan peraturan perundangan K3 c. Membandingkan penerapan
d. Meninjau sebab-akibat e. Efisiensi dan efektifitas
Perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang diwujudkan dalam (PER. 05/MEN/1996):
a) Menempatkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan.
b) Menyediakan anggaran, tenaga kerjaa yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
c) Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang, dan kewajiban yang jelas dalam penanganan keselamatan dan kesehatan kerja.
d) Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi
e) Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan keselamataan dan kesehatan kerja, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional.
(45)
2. Perencanaan
Dalam perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan susunan system keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi dengan baik. Perencanaan K3 meliputi beberapa komponen yaitu:
a. Menentukan tingkat resiko untuk setiap bagian tertentu yang mempunyai potensi kecelakaan atau gangguan kesehatan.
b. Meneliti setiap peraturan pemerintah dan standar industri yang dapat dilaksanakan.
c. Menetapkan tujuan yang hendak dicapai dan sasaran K3 secara jelas.
Perusahaan yang memiliki perencanaan yang efektif maka akan mencapai keberhasilan dalam penerapan K3. Tujuan dari pencegahan kecelakaan kerja adalah untuk melindungi para pekerja, masyarakat dan lingkungaan dari bencana kecelakaan yaitu dengan(Simajuntak, 1994):
a) Mempersiapkan, menyediakan dan memasang sarana pencegahan kecelakaan dan alat-alat pelindung diri.
b) Mengadakan pemeriksaan dan inspeksi dini untuk mengetahui potensi atau kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat dicegah.
c) Menyusun organisasi sistem pencegahan bencana kecelakaan, termasuk menyediakan tenaga ahli keselamatan kerja.
d) Meminimumkan dampak bencana kecelakaan terhadap masyarakat, antara lain dengan menempatkan instalasi berisiko tinggi terpisah dengan perumahan dan tempat-tempat konsentrasi penduduk seperti rumah sakit, sekolah-sekolah, dan pasar.
(46)
e) Menyusun rencana penyelamatan darurat. 3. Penerapan
Kegiatan yang dilakukan dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja adalah mengaudit sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 05/1996. Dalam menerapkan terdapat kegiatan yang mendukung yaitu komunikasi, pelaporan, pendokumentasian, dan pengendalian dokumentasi. Penerapan yang dilakukan tidak hanya meliputi pengauditan melainkan juga mengidentifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian resiko.
Penerapan K3 memiliki 5 komponen yang perlu dibentuk yaitu:
a. Struktur organisasi dan pembagian tanggung jawab. Struktur organisasi harus ditetapkan secara jelas dengan setiap posisi di dalam organisasi.
b. Pemberian pelatihan K3 yaitu pelatihan secara umum yang diberikan kepada seluruh karyawan dan pelatihan keahlian secara khusus yang diberikan kepada karyawan yang bekerja di lokasi kerja yang memiliki potensi bahaya yang tinggi atau karyawan yang memiliki tugas khusus di bidang K3.
c. Komunikasi K3 yang dilakukan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil ditujukan untuk meningkatkan kesadaran K3 pada seluruh karyawan dan memotivasi penerapan K3.
d. Sistem dokumentasi dan pengontrolan dokumen e. Tenaga ahli K3
(47)
4. Pengukuran dan evaluasi penerapan K3
Pemantauan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendukung kegiatan selanjutnya yaitu evaluasi. Pemantauan dapat berupa memantau apakah terjadi pertimpangan dalam melaksanakan prosedur kerja. Setelah dilakukan pemantauan, dievaluasi dengan mengukur hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan prosedur kerja.
Hasil pemantauan dan evaluasi menghasilkan catatan dan penyimpanan data yang merupakan tindakan untuk perbaikan dan pencegahan. Pencatatan dan penyimpanan data berguna sebagai bahan untuk membuat perencanaan selanjutnya. 5. Tinjauan ulang terhadap penerapan K3
Kegiatan untuk meninjau ulang penerapan K3 biasanya dilakukan untuk menilai kesesuaian dan keefektifitasan penerapan K3 secara keseluruhan. Peninjauan yang dilakukan berdasarkan hasil akhir evaluasi penerapan K3. Apabila hasil akhir tidak sesuai dengan target K3 maka perlu dilakukan tinjauan ulang K3.
Tinjauan ulang Sistem Manajemen K3 meliputi (PER. 05/MEN/1996): a) Evaluasi terhadap penerapan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja b) Tujuan, sasaran, dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
c) Hasil temuan audit Sistem Manajemen K3
d) Evaluasi efektivitas penerapan Ssistem Manajemen K3 dan kebutuhan untuk mengubah Sistem Manajemen K3 sesuai dengan:
1. Perubahan peraturan perundangan
2. Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar 3. Perubahan produk dan kegiatan perusahaan 4. Perubahan struktur organisasi perusahaan
(48)
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemiologi. 6. Pengalaman yang didapat dari insiden keselamatan dan kesehatan kerja 7. Pelaporan
8. Umpan balik khususnya dari tenaga kerja.
2.2.3.2. Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.
Tujuan dari penerapan keselamatan dan kesehatan kerja adalah (Direktorat Pengawasan Norma K3, 2006):
1) Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia
2) Meningkatkan komitmen pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga kerja 3) Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi kompetisi
perdagangan global
4) Proteksi terhadap industri dalam negeri
5) Perlunya upaya pencegahan terhadap masalah sosial dan ekonomi yang terkait dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
2.3. Minyak dan Gas Bumi (Migas) 2.3.1. Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan campuran kompleks senyawa organik yang terdiri atas senyawa hidrokarbon dan nonhidrokarbon yang berasal dari sisa-sisa
(49)
mikroorganisme, tumbuhan, dan binatang yang tertimbun selama berjuta-juta tahun. Kandungan senyawa hidrokarbon dalam minyak bumi lebih dari 90% dan sisanya merupakan senyawa nonhidrokarbon (Speight 1991 dalam Kussuryani 2003). Senyawa hidrokarbon dalam minyak bumi dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu senyawa parafin, naftena, aromatik, dan olefin. Senyawa parafin merupakan penyusun utama minyak bumi yang kandungannya mencapai 30-60 %. Menurut Hadi (2004), minyak bumi mengandung senyawa nitrogen 0-0.5%, belerang 0-6%, dan oksigen 0-3.5%. Senyawa belerang yang ada dapat menimbulkan korosi dan pencemaran udara(Hadi, 2004).
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa organik yang terdiri atas karbon dan hidrogen. Hidrokarbon merupakan salah satu kontaminan yang dapat berdampak buruk baik bagi manusia maupun lingkungan. Minyak bumi dan turunannya merupakan salah satu contoh dari hirdokarbon yang banyak digunakan oleh manusia dan berpotensi mencemari lingkungan(Notodarmojo, 2005).
Limbah minyak terdiri atas bermacam-macam senyawa, di antaranya berupa hidrokarbon ringan, hidrokarbon berat, pelumas, dan bahan ikutan dalam hidrokarbon (Shaheen 1992). Kegiatan industri perminyakan dapat menimbulkan limbah yang mencemari lingkungan. Selain itu, proses pengeboran dan pengilangan minyak bumi juga menghasilkan lumpur minyak dalam jumlah besar. Lumpur minyak merupakan polutan yang sangat berbahaya, UU No. 23 tahun 1997 dan PP No. 18 tahun 1999 mengkategorikan lumpur minyak sebagai limbah B3 (Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun)(Shaheen, 1992).
(50)
Berdasarkan sifat biodegradabelnya, minyak bumi dibagi menjadi 2, yaitu komponen minyak bumi yang mudah diurai dan yang sukar diurai. Komponen minyak bumi yang mudah diurai terdiri atas senyawaan alkana yang mudah larut dalam air dan terdifusi ke dalam membran sel bakteri(Hadi, 2004).
2.3.2. Gas Bumi
Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4). Ia dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.
Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian
(51)
(diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun secara berturut-turut).
Komponen yang terkandung pada gas bumi dalam %, antara lain:
a. Metana (CH4), 80-95
b. Etana (C2H6), 5-15
c. Propana (C3H8) and Butane (C4H10)
Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil. Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.
Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernafasan karena ia dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.
Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah meledak, yang
(52)
jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah antara 5% hingga 15%. Ledakan untuk gas alam terkompresi di kendaraan, umumnya tidak mengkhawatirkan karena sifatnya yang lebih ringan, dan konsentrasi yang diluar rentang 5 - 15% yang dapat menimbulkan ledakan. Energi yang terkandung dalam pembakaran satu meter kubik gas alam komersial dapat menghasilkan 38 MJ (10.6 kWh).
(53)
2.4. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Berdasarkan gambar di atas, maka dapat dirumuskan definisi kerangka konsep diatas adalah sebagai berikut:
1. Penerapan aspek K3 adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Medan Group untuk mencegah kebakaran, kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta pencemaran lingkungan, yang difokuskan pada: a. Penerimaan (supply)
b. Penyimpanan (storage) c. Penyaluran (distribution)
d. LK3 (Lindungan Lingkungan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Penerapan Aspek K3
LK3 Bagian PPP:
• Penerimaan (suplay) • Penimbunan
(storage) • Penyaluran
(54)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penggunaan jenis penelitian yang dimaksud adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada bagian distribusi di Terminal BBM Medan Group PT. PERTAMINA (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan.
2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Medan Group tepatnya pada bagian distribusi BBM PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Medan Group Labuhan Deli-Belawan.
Adapun alasan penentuan lokasi tersebut adalah:
1. Belum maksimalnya pelaksanaan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di bagian distribusi tersebut.
2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang penerapan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada perusahaan tersebut.
3. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan penelitian di perusahaan tersebut.
3.2.2. Waktu Penelitian
(55)
3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh tenaga kerja yang bekerja pada bagian distribusi di Terminal BBM Medan Group PT. PERTAMINA (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan berjumlah 35 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang bersedia dan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Instalasi Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan. Dimana tenaga kerja yang diambil menjadi sampel harus memenuhi kriterial sebagai berikut:
1. Tenaga kerja yang bekerja di bagian K3LL
2. Tenaga kerja yang bekerja di bagian penerimaan (suplay) 3. Tenaga kerja yang bekerja di bagian penimbunan (storage) 4. Tenaga kerja yang bekerja di bagian penyaluran (distribution)
5. Menguasai/mengetahui informasi tentang pekerjaannya di masing-masing bagian 6. Bersedia diikutsertakan dalam penelitian
Dari kriteria tersebut di atas, yang memenuhi syarat sebagai sampel sebanyak 9 orang.
(56)
4. Metode PengumpulanData
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu: a. Data primer yang di peroleh dari sumber pertama, baik dari individu
maupun perorangan. Dalam hal ini ada 2 (dua) metode pengumpulan data yang di lakukan, antara lain sebagai berikut :
1. Metode wawancara kepada sampel bagian penerimaan (suplay), bagian penimbunan (storage) dan bagian penyaluran (distribution) dengan berpedoman pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan.
2. Metode observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung di lingkungan kerja agar dapat diketahui dan disaksikan perilaku tenaga kerja (sampel) tersebut.
b. Data sekunder, diperoleh dari:
1. Profil Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina Labuhan Deli Belawan
2. Studi Kepustakaan (Library Research) 5. Definisi Operasional
a) Terminal BBM Medan Group adalah unit bisnis Pertamina yang bertugas untuk melakukan penerimaan, penimbunan, dan distribusi BBM untuk wilayah kerja Sumatera bagian Utara dan Aceh Tenggara.
b) Penerapan K3 adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Medan Group untuk mencegah kebakaran, kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta pencemaran lingkungan.
(57)
c) Penerimaan/supply adalah proses transfer BBM dari kilang Pertamina maupun dari hasil impor melalui tangker sampai ke tangki timbun.
d) Penimbunan/storage adalah proses penyimpanan BBM sementara sebelum disalurkan ke konsumen/masyarakat.
e) Penyaluran/distribution adalah proses distribusi BBM/BBK ke konsumen (industri/retael) melalui mobil tangki, RTW, Bunker.
f) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah satu upaya atau pemikiran yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga budayanya untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja menuju masyarakat adil dan makmur.
6. Teknik analisa data
Teknik analisa data yang digunakan untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina adalah dengan cara mengolah dan menganalisis data secara deskriptif, yaitu menjelaskan berdasarkan jawaban dan keterangan yang diperoleh.
(58)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
2.5. Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) Region I Terminal BBM Medan Group Labuhan Deli Medan
4.1.1. Sejarah Berdirinya PT. Pertamina (Persero) Region I Terminal BBM Medan Group Labuhan Deli Medan
Pada 16 Juni 1890 Koninklije Naderlansche Petrolenium Company yang didirikan atas usaha Zjker beserta teman-temannya di Den Haag mengambil alih konsesi minyak Telaga Said Pangkalan Berandan. Usaha yang dilakukannya adalah mengolah dan memasarkan minyak bumi. Pusat administrasi kegiatan perusahaan dibangun di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara. Pada tahun 1892 ditempat itu dibangun penyulingan minyak. Di tahun 1898 berhasil dibangun pelabuhan minyak pertama di Indonesia yaitu di Pangkalan Susu, lengkap dengan segala fasilitasnya.
Pada tahun 1887 Andrian Stoop, bekas pegawai Ziljker mendirikan perusahaan minyak di Surabaya. Setelah berhasil menemukan minyak, tahun 1890 ia membangun pengilangan miyak di Wonokromo, Jawa Timur. Selanjutnya untuk memperluas usahanya di Jawa Tengah ia membangun juga pengilangan minyak di Cepu pada Tahun 1894.
Di tahun 1912 perusahaan Amerika Standart masuk ke Indonesia dan mendirikan cabang organisasi dengan nama Nederlandsche Kolonial Petroleium Maatschappij (NKPM) dan pada tahun yang sama perusahaan minyakStandart of California mengadakan kerjasama dengan perusahaan minyak Texas Company (Texaco) sehingga NPPM dimiliki oleh kedua perusahaan Amerika tersebut, yang
(59)
selanjutnya dikenal dengan nama California Texas Oil Company (Caltex).
Setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, para pejuang kemerdekaan berusaha merebut lapangan, kilang maupun fasilitas perminyakan yang ada dari tangan para penjajah Jepang. Namun ketika gaung kemerdekaan diumumkan sampai ke Sumatera, pihak Jepang tidak mau menyerahkan lapangan Pangkalan Susu maupun Kilang Pangkalan Berandan di Sumatera Utara.
Berkat perjuangan yang gigih akhirnya pada bulan September 1945 diserahterimakan seluruh tambang minyak yang berada di Pangkalan Berandan maupun yang ada di Rantau, Kuala Simpang, Aceh Timur, dan disusul pembentukan perusahaan minyak nasional pertama yang diberi nama Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (PTMNRI). Segera sesudah terjadinya timbang terima, karyawan-karyawan perminyakan ditempat itu segera melakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan produksi yang sempat turun. Tetapi tidak berapa lama pada tanggal 13 Agustus 1947, tiga minggu setelah Belanda melancarkan agresinya yang pertama tempat itu dibumi hanguskan.
Pada tanggal 22 Juli 1957, pemerintah memutuskan untuk menyerahkan lapangan minyak Sumatera Utara kepada Staf Darat (KASAD) yang penguasanya diserahkan kepada PT Eksploitasi Tambang Minyak Sumatera Utara (PT ETMSU). Penyerahan penguasaan bulan Juli 1957 tersebut menjadi lengkap setelah Meteri Perdagangan dan Industri mengeluarkan keputusan tanggal 15 Oktober 1957 yang mengesahkan pembentukan PT Eksploitasi Tambang Minyak Sumatera Utara (PT ETMSU), dipimpin oleh Kolonel H. Ibnu Sutowo. Untuk menegaskan bahwa minyak
(1)
P : Kalau yang saya tahu bekerja disini menggunakan prosedur, seperti penggunaan APD, itu kan untuk mendukung keselamatan pekerja sendiri. M : Apakah Anda pernah diajak oleh Pengawas Utama LK3 untuk bekerja
sama dalam pelaksanaan penerapaan K3?
P : Sebatas himbauan untuk saling menjaga, saling melindungi, ya itu tadi menggunakan alat pelindung diri, menjaga kebersihan lokasi kerja. Peran Bapak dalam kerja sama tersebut? Peran saya ya sebagai pelaksana aja. Selanjutnya Pak, apakah Bapak sudah merasa menerapkan K3? Sebisa mungkin diterapkan, sebatas yang bisa kita lakukan pasti kita lakukan. M : Apa saja tugas Anda, dalam hal ini Anda sebagai pekerja bagian P2? P : Memonitor proses keluarnya BBM berikut administrasinya
M : Selama ini kendala apa saja yang dihadapi perusahaan dalam menerapkan K3?
P : Kalau kendala itu banyak ya, tapi itulah konsekuensi kerja, kondisi kerja yang monoton sehingga sesekali ada rasa jenuh.
M : Selama ini apakah pernah terjadi kejadian kecelakaan kerja/cidera di terminal BBM Medan Group ini? Jika pernah, kecelakaan seperti apa? Bagaimana bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja/cidera?
P : Belum, mudah-mudahan untuk seterusnya gak pernah.
M : Apakah perusahaan ini menerapkan pemeriksaan kesehatan secara berkala?
P : Ada setahun sekali pekerja melakukan check-up.
M : Apakah Anda merasa aman/nyaman atau apakah Anda ada perasaan takut ketika melakukan pekerjaan pada bagian P2?
P : Nyaman, kan kita sudah tahu kondisinya, jadi kita sudah tahu menjaganya. M : Manfaat apa saja yang dirasakan oleh perusahaan / Anda sendiri setelah
melaksanakan / menerapkan K3 dengan baik. Ada/tidak perbedaan yang dirasakan sebelum dan sesudah melaksanakan K3?
P : Ya kita kan menjadi terlindung, alat-alat yang kita gunakan menjaga kita untuk terhindar hal-hal yang tidak kita inginkan tadi.
M : Apakah perusahaan pernah mengalami perselisihan hubungan industrial dengan pekerja khususnya bidang K3?
P : Belum.
M : Apa saja yang dilakukan perusahaan guna meningkatkan kwalitas K3 di perusahaan ini?
P : Mengadakan pelatihan-pelatihan, himbauan-himbauan.
M : Apakah ada hal-hal lain (berupa saran) yang ingin disampaikan terkait masalah penerapan K3?
P : Gak ada ya.
M : Apa harapan Anda ke depan dari pelaksanaan penerapan K3? P : Semakin baik aja.
7. Wawancara dengan bagian P2 (Penerimaan-Penimbunan)-4 M : Menurut Anda, apa pengertian dari penerapan aspek K3?
(2)
P : Penerapannya sangat penting, apalagi dalam bidang operasional, itu kan sangat vital.
M : Bagaimana pelaksanaan penerapan K3 pada Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina?
P : Kami mendapat pelatihan, bagaimana menggunakan racun api / apar untuk pemadaman api, tapi yang utama untuk operasional yang diutamakan itu masalah safety, baik itu sepatu, helm, rompi.
M : Apakah Anda pernah diajak oleh Pengawas Utama LK3 untuk bekerja sama dalam pelaksanaan penerapaan K3?
P : Pernah, kami selalu diarahkan dan selalu diingatkan untuk bekerja dengan hati-hati, menggunakan alat pelindung diri. Peran Bapak dalam kerja sama tersebut? Peran saya sebagai pelaksana untuk mendukung diterapkannya K3. Selanjutnya Pak, apakah Bapak sudah merasa menerapkan K3?
M : Apa saja tugas Anda, dalam hal ini Anda sebagai pekerja bagian P2?
P : Melakukan menerima BBM dari kapal, pembongkaran minyak, sampai dialirkan ke tangki timbun dengan menggunakan pipa.
M : Selama ini kendala apa saja yang dihadapi perusahaan dalam menerapkan K3?
P : Kendala lebih kepada lokasi kerja, lokasi kerja mangandung banyak resiko bahaya, jadi harus sangat hati-hati, dan memeriksa volume tangki juga harus sangat teliti, karena apabila lalai, bisa jadi minyak tumpah, bahkan meluber ke luar tangki sehingga bisa memungkinkan terjadinya kecelakaan.
M : Selama ini apakah pernah terjadi kejadian kecelakaan kerja/cidera di terminal BBM Medan Group ini? Jika pernah, kecelakaan seperti apa? Bagaimana bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja/cidera?
P : Ya, cedera tertimpa alat, terpeleset, terjepit.
M : Apakah Anda merasa aman/nyaman atau apakah Anda ada perasaan takut ketika melakukan pekerjaan pada bagian P2?
P : Ya, aman.
M : Manfaat apa saja yang dirasakan oleh perusahaan / Anda sendiri setelah melaksanakan / menerapkan K3 dengan baik. Ada/tidak perbedaan yang dirasakan sebelum dan sesudah melaksanakan K3?
P : Lebih merasa aman aja, karena ada satu bagian khusus yang bertugas untuk menjaga keselamatan kita disini.
M : Apakah perusahaan pernah mengalami perselisihan hubungan industrial dengan pekerja khususnya bidang K3?
P : Gak
M : Apa saja yang dilakukan perusahaan guna meningkatkan kwalitas K3 di perusahaan ini?
P : Pelatihaan-pelatihan ya, training, sosialisasi K3.
M : Apakah ada hal-hal lain (berupa saran) yang ingin disampaikan terkait masalah penerapan K3?
P : Lebih ditingkatkan aja.
(3)
P : Menjadi lebih baik, sehingga angka kecelakaan nol. 8. Wawancara dengan bagian P1 (Penyaluran)-1
M : Menurut Anda, apa pengertian dari penerapan aspek K3? P : Pemadam kebakaran, itu saja.
M : Apakah Anda pernah diajak oleh Pengawas Utama LK3 untuk bekerja sama dalam pelaksanaan penerapaan K3?
P : Pernah, himbauan datang Pengawas Utama LK3 langsung, ada sedikit masukan. Peran Bapak dalam kerja sama tersebut? Di bagian P1 saya sebagai operator fillingshed. Selanjutnya Pak, apakah Bapak sudah merasa menerapkan K3? Untuk sementara ini belum pernah mbak.
M : Apa saja tugas Anda, dalam hal ini Anda sebagai pekerja bagian P2?
P : Ya selain saya sebagai operator penyaluran, menyegel mobil tangki, mengoperasikan alat untuk menyalurkan BBM dari tangki timbun ke dalam mobil tangki. Tugas kita selain mengoperasikan alat, juga mengawasi alat-alat, sehingga apabila ada alat yang rusak dapat langsung dilaporkan kepada pengawas kita.
M : Selama ini kendala apa saja yang dihadapi perusahaan dalam menerapkan K3?
P : Kendala lebih kepada perilaku kerja.
M : Selama ini apakah pernah terjadi kejadian kecelakaan kerja/cidera di terminal BBM Medan Group ini? Jika pernah, kecelakaan seperti apa? Bagaimana bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja/cidera?
P : Kecelakaan kecil, seperti terpeleset karena ada minyak yang berceceran, tumpah, jalanan jadi licin. Kalau terjadi seperi itu gimana Pak? Ya lanjut bekerja.
M : Apakah Anda merasa aman/nyaman atau apakah Anda ada perasaan takut ketika melakukan pekerjaan pada bagian P1?
P : Perasaan aman itu sih tergantung pribadi kita, kalau hati dan pikiran kita berkata aman, ya pasti dengan sendirinya kita merasa aman
M : Manfaat apa saja yang dirasakan oleh perusahaan / Anda sendiri setelah melaksanakan / menerapkan K3 dengan baik. Ada/tidak perbedaan yang dirasakan sebelum dan sesudah melaksanakan K3?
P : Saya lebih apa ya, mempunyai pengalaman kerja, seperti bisa memadamkan api.
M : Apakah perusahaan pernah mengalami perselisihan hubungan industrial dengan pekerja khususnya bidang K3?
P : Pasti ada lah mbak, seperti salah paham yang disebabkan salah pengertian. M : Apa saja yang dilakukan perusahaan guna meningkatkan kwalitas K3 di
perusahaan ini? P : Kurang tau
M : Apakah ada hal-hal lain (berupa saran) yang ingin disampaikan terkait masalah penerapan K3?
(4)
M : Apa harapan Anda ke depan dari pelaksanaan penerapan K3? P : Yang saya harapkan ya hidup sehat dan pulang dengan selamat. Wawancara dengan bagian P1 (Penyaluran)-2
M : Menurut Anda, apa pengertian dari penerapan aspek K3? P : Ya saya rasa untuk safety aja nya itu
M : Apakah Anda pernah diajak oleh Pengawas Utama LK3 untuk bekerja sama dalam pelaksanaan penerapaan K3?
P : Pernah ada himbauan, seperti latihan pemadam kebakaran, keselamatan kerja, safety helm, safety shoes, ya semua yang berhubungan dengan api yang berkaitan dengan pekerjaan. Peran Bapak dalam kerja sama tersebut? Di bagian penyaluran saya melaksanakan pekerjaan saya sebaik mungkin. Selanjutnya Pak, apakah Bapak sudah merasa menerapkan K3? Sudah, ya saya sudah pakai helm.
M : Apa saja tugas Anda, dalam hal ini Anda sebagai pekerja bagian P2? P : Sebagai operator mengoperasikan parameter.
M : Selama ini kendala apa saja yang dihadapi perusahaan dalam menerapkan K3?
P : Tidak ada
M : Selama ini apakah pernah terjadi kejadian kecelakaan kerja/cidera di terminal BBM Medan Group ini? Jika pernah, kecelakaan seperti apa? Bagaimana bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja/cidera?
P : Mudah-mudahan ya belum pernah.
M : Apakah Anda merasa aman/nyaman atau apakah Anda ada perasaan takut ketika melakukan pekerjaan pada bagian P2?
P : Aman aja.
M : Manfaat apa saja yang dirasakan oleh perusahaan / Anda sendiri setelah melaksanakan / menerapkan K3 dengan baik. Ada/tidak perbedaan yang dirasakan sebelum dan sesudah melaksanakan K3?
P : Ya merasa nyaman aja.
M : Apakah perusahaan pernah mengalami perselisihan hubungan industrial dengan pekerja khususnya bidang K3?
P : Ya saya rasa sih ada, dikit aja sih.
M : Apa saja yang dilakukan perusahaan guna meningkatkan kwalitas K3 di perusahaan ini?
P : Ya dengan mengadakan pelatihan K3
M : Apakah ada hal-hal lain (berupa saran) yang ingin disampaikan terkait masalah penerapan K3?
P : Tidak ada.
M : Apa harapan Anda ke depan dari pelaksanaan penerapan K3? P : Bekerja lebih aman.
(5)
Keterangan :
M : Mahasiswa (Peneliti) P : Responden Penelitian
(6)
Lampiran 3
Proses Penerimaan BBM Melalui Single Point Mooring (SPM) Lampiran 4