adanya kemungkinan terjadinya kebakaran dan ledakan. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti diketahui bahwa
sebagian dari pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri APD seperti sarung tangan, sepatu yang sesuai standar K3, masker dan juga sebagian dari pekerja ada
yang lalai kurang konsentrasi ketika melakukan pekerjaan. Alasan pekerja tidak menggunakan APD karena dianggap mengurangi kecekatan dalam bekerja kurang
bebas bergerak. Menyadari pentingnya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja K3 ini,
maka peneliti merasa tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai “Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 di Terminal BBM Medan Group PT.
Pertamina Persero Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja
K3 yang dilaksanakan pada Terminal BBM Medan Group PT Pertamina di Labuhan Deli.
1.3 Tujuan Penelitian
1. 3. 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja K3 pada Terminal BBM Medan Group PT Pertamina di Labuhan Deli.
Universitas Sumatera Utara
1. 3. 2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan
kerja K3 pada saat penerimaansupply BBM di Terminal BBM Medan Group.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan
kerja K3 pada saat penimbunanstorage BBM di Terminal BBM Medan Group.
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan
kerja K3 pada saat penyalurandistribution BBM di Terminal BBM Medan Group.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk memberi informasi, masukan kepada pihak perusahaan tentang pentingnya penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja bagi PT.
Pertamina khususnya Terminal BBM Medan Group. 2.
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis khususnya tentang pentingnya penerapan K3.
3. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi pihak lain yang ingin
melakukan penelitian yang berhubungan dengan penerapan aspek K3.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan Suma’mur, 1989. Undang-
Undang No. 1 Tahun 1970 dalam Budiono, 2003 menerangkan bahwa keselamatan kerja yang mempunyai ruang lingkup yang berhubungan dengan mesin, landasan
tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, memberikan perlindungan sumber-sumber produksi sehingga
dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas. Menurut Suma’mur, 1996, keselamatan kerja merupakan spesialisasi ilmu
kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
sosial dengan usaha preventif dan kuratif terhadap penyakitgangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum.
Menurut Felton 1990 dalam Budiono dkk, 2003 mengemukakan pengertian tentang kesehatan kerja adalah
“Occupational Health is the extension of the principles and practice of occupational medicine, to include the conjoint preventive or constructive activities of all members
of the occupational health team.”
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan prinsip-prinsip dan praktik dari kedokteran kerja, untuk memadukan kegiatan-kegiatan yang bersifat mencegah atau membangun dari seluruh anggota tim
kesehatan kerja. Melihat beberapa uraian di atas mengenai pengertian keselamatan dan
pengertian kesehatan kerja di atas, maka dapat disimpulkan mengenai pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 adalah suatu bentuk usaha atau upaya bagi
para pekerja untuk memperoleh jaminan atas Keselamatan dan kesehatan Kerja K3 dalam melakukan pekerjaan yang mana pekerjaan tersebut dapat mengancam dirinya
yang berasal dari individu sendiri dan lingkungan kerjanya. Pada hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 merupakan suatu
keilmuwan multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, keamanan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja,
serta melindungi tenaga kerja terhadap resiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja,
kebakaran, peledakan atau pencemaran lingkungan kerja. Menurut Mangkunegara 2002 bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan
kerja adalah sebagai berikut: a.
Agar setiap pegawaitenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, selektif
mungkin. c.
Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
Universitas Sumatera Utara
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawaitenaga kerja. e.
Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. f.
Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawaitenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
2.1.1. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja Simajuntak,
1994. Kondisi bangunan adalah tempat atau bangunan yang digunakan untuk tempat
bekerja apakah telah memenuhi kriteria keselamatan bagi penghuni bangunan tersebut. Kondisi mesin yang ada di perusahaan juga harus baik sehingga harus ada
penjadwalan perawatan mesin-mesin untuk proses produksi. Hal ini bertujuan untuk mencegah kerusakan mesin yang dapat membahayakan operator.
Kondisi pekerja sangat menentukan terjadinya kecelakaan kerja. Faktor-faktor yang menentukan kondisi pekerja yaitu
Simajuntak, 1994: a
Kondisi mental dan fisik Kondisi tersebut sangat berpengaruh dalam menjalaankan proses produksi karena
dengan kondisi mental dan fisik yang buruk dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
Universitas Sumatera Utara
b Kebiasaan kerja yang baik dan aman
Pada saat melakukan pekerjaan, pekerja harus dapat dituntut untuk bekerja secara disiplin agar tidak lalai yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
c Pemakaian alat-alat pelindung diri
Kurangnya kesadaran dalam pemakaian alat-alat pelindung karena dirasa tidak nyaman oleh pekerja dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
2.1.2. Kesehatan Kerja
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan
melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya
Budiono, 2003. Sejak beberapa abad yang lalu, Burlinhame menyatakan bahwa melakukan
suatu pekerjaan atau bekerja hakikatnya merupakan sumber kepuasan manusia yang paling mendasar, katalis sosial dan sekaligus juga pelengkap status serta martabat
manusia. Bila konsep tersebut dikaitkan dengan perubahan global pada berbagai sektor
dan perkembangan teknologi dewasa ini, maka semakin jelaslah bahwa upaya untuk meningkatkan kesejahteraan manusia harus dilakukan melalui pekerjaan yang
diselaraskan dengan lingkungaan yang aman, nyaman dan higienis sehingga kesehatan, keselamatan dan produktivitas tenaga kerja senantiasa terjamin.
Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan
kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih
Universitas Sumatera Utara
ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.
Status kesehatan seseorang, menurut Blum 1981 ditentukan oleh empat faktor yakni:
1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik alami, buatan kimia organikanorganik,
logam berat, debu, biologik virus, bakteri, mikroorganisme dan ssosial budaya ekonomi, pendidikan, pekerjaan.
2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan dan tingkah laku.
3. Pelayanan kesehatan: promotif, preventif, perawatan, pengobatan, pencegahan
kecacatan, rehabilitasi, dan; 4.
Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia. Interaksi dari berbagai faktor tersebut sangat mempengaruhi tingkat kesehatan
seseorang baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di tempat kerja. Dengan demikian, dalam pengelolaan kesehatan keempat faktor tersebut perlu diperhatikan,
khususnya dalam aspek lingkungaan dan pelayanan kesehatan. Hubungan antara pekerjaan dan kesehatan seseorang mulai dikenal sejak
beberapa abad yang lalu, antara lain dengan didapatkannya penyakit akibat cacing atau gejala sesak napas akibat timbunan debu dalam paru pada pekerja pertambangan.
Kaitan timbal balik pekerjaan yang dilakukan dan kesehatan pekerja semakin banyak dipelajari dan terus berkembang sejak terjadinya revolusi industri. Pekerjaan
mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan
baik. Demikian pula status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi produktivitas
Universitas Sumatera Utara
kerjanya. Pekerjaan yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya.
Menurut Suma’mur 1976, kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatankedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerjamasyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakitgangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.
Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah pada upaya kesehatan
untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya Total health of all at work. Dan ilmu ini tidak hanya hubungan antara efek lingkungan kerja dengan
kesehatan, tetapi juga hubungan antara status kesehatan pekerja dengan kemampuannya untuk melakukan tugas yang harus dikerjakannya, dan tujuan dari
kesehatan kerja adalah mencegah timbulnya gangguan kesehatan daripada mengobatinya
Harrington, 2003. Sebagai bagian spesifik keilmuwan dalam kesehatan masyarakat, kesehatan
kerja lebih memfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya kesehatan yang bertujuan untuk:
1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja
2. Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan akibat
lingkungan kerja atau pekerjaannya.
Universitas Sumatera Utara
3. Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental dan pendidikan
atau keterampilannya. 4.
Meningkatkan efisiensi dan produktivitas pekerja. Sedangkan rekomendasi sidang bersama ILOWHO pada tahun 1995,
menekankan upaya pemeliharaan, peningkatan kesehatan dan kapasitas kerja, perbaikan lingkungan dan pekerjaan yang mendukung keselamatan dan kesehatan
pekerja serta mengembangkan organisasi dan budaya kerja agar tercapai iklim sosial yang positif, kelancaran produksi dan peningkatan produktivitas.
Kesehatan kerja mencakup kegiatan yang bersifat komprehensif berupa upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif berupa penyuluhan,
pelatihan dan peningkatan pengetahuan tentang upaya hidup sehat dalam bekerja, disamping kegiatan pencegahan preventif terhadap risiko gangguan kesehatan, lebih
mengemuka dalam disiplin kesehatan kerja. Kesehatan kerja diartikan sebagai spesialis ilmu kesehatan yang menganalisa
akibat praktek dan cara kerja terhadap derajat kesehatan pekerja yang bersangkutan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental, serta menganalisa alternatif usaha
preventif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja dan lingkungan kerja. Kesehatan kerja bersifat medis dan sasarannya adalah manusia atau
pekerja. Kesehatan kerja adalah kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan para pekerja seperti
Simajuntak, 1994: 1.
Kurangnya pencahayaan yang mengakibatkan sakit mata. 2.
Tidak adanya sistem sirkulasi udara sehingga debu-debu atau partikel-partikel kecil akan mengganggu sistem pernapasan pekerja.
Universitas Sumatera Utara
3. Pekerja yang bekerja dengan menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya.
4. Tingkat kebisingan yang melebihi batas ambang pendengar yang dapat
mengakibatkan ketulian pada pekerja. Kondisi di atas memerlukan pencegahan dengan melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut: 1
Pemeriksaan pekerja secara berkala. 2
Memberikan keterangan prosedur kerja sebelum bekerja. 3
Pembuatan ventilasi yang baik. 4
Mengubah cara-cara kerja yang dapat menyebabkan penyakit kerja. 5
Pemakaian alat-alat pelindung diri secara teratur dan disiplin untuk menghindari resiko kecelakaan kerja.
2.1.3. Indikator-indikator dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Budiono dkk 2003 mengemukakan indikator Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3, meliputi:
a Faktor manusiapribadi personal factor
Faktor manusia disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi, kurangnya pengetahuan dan keterampilankeahlian, dan stress
serta motivasi yang tidak cukup. b
Faktor kerjalingkungan Meliputi, tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan, rekayasa,
pembelianpengadaan barang, perawatan, standar-standar kerja dan
penyalahgunaan.
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai indikator tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 meliputi: faktor lingkungan dan
faktor manusia.
2.1.4. Aspek-aspek dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3
Menurut Anoraga 2005 mengemukakan aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 meliputi:
a Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan dalam beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja,
seperti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya. b
Alat kerja dan bahan Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang, alat-alat kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam melakukan
kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah bahan-bahan utama yang akan dijadikan barang.
c Cara melakukan pekerjaan
Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara melakukan pekerjaan yang berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya dilakukan
oleh karyawan dalam melakukan semua aktifitas pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri secara tepat dan
Universitas Sumatera Utara
mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami cara mengoperasionalkan mesin.
Menurut Budiono dkk 2003, faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 antara lain:
a Beban kerja
Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
b Kapasitas kerja
Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
c Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun psikososial.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Aspek dan Faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 antara lain lingkungan kerja,
alat kerja dan bahan, cara melakukan pekerjaan, beban kerja, kapasitas kerja, dan lingkungan kerja.
2.2. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja