mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami cara mengoperasionalkan mesin.
Menurut Budiono dkk 2003, faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 antara lain:
a Beban kerja
Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
b Kapasitas kerja
Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
c Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun psikososial.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Aspek dan Faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 antara lain lingkungan kerja,
alat kerja dan bahan, cara melakukan pekerjaan, beban kerja, kapasitas kerja, dan lingkungan kerja.
2.2. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Manajemen sebagai satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan eksak tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik dari segi
perencanaan maupun pengambilan keputusan dan organisasi. Manajemen seharusnya menyadari
Silalahi, 1995: 1.
Adanya biaya pencegahan
Universitas Sumatera Utara
2. Kerugian akibat kecelakaan menimpa karyawan dan peralatan
3. Antara biaya pencegahan dan kerugian akibat kecelakaan terdapat selisih yang
sukar ditetapkan 4.
Kecelakaan kerja selalu menyangkut manusia, peralatan, dan proses. 5.
Manusia merupakan faktor dominan dalam setiap kecelakaan. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam
setiap masalah operasional, baik di sektor tradisional maupun sektor modern. Masalah yang terjadi khususnya dalam masyarakat yang sedang beralih dari satu
kebiasaan kepada kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa permasalahan yang jika tidak ditanggulangi secara cermat dapat membawa
berbagai akibat buruk bahkan fatal. Permasalahan yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja memerlukan
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja komprehensif antara lain dengan Simajuntak, 1994:
a Menghimpun informasi dan data kasus kecelakaan secara periodik
b Mengidentifikasi sebab-sebab kasus kecelakaan kerja
c Menganalisa dampak kecelakaan kerja bagi pekerja sendiri, bagi pengusaha dan
bagi masyarakat pada umumnya. d
Merumuskan saran-saran bagi pemerintah, pengusaha dan pekerja untuk menghindari kecelakaan kerja.
e Memberikan saran mengenai sistem kompensasi atau santunan bagi mereka yang
menderita kecelakaan kerja.
Universitas Sumatera Utara
f Merumuskan sistem dan sarana pengawasan, pengaman lingkungan kerja,
pengukuran tingkat bahaya, serta kampanye menumbuhkan kesadaran dan penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja.
Pemerintah mengajak pengusaha dan serikat pekerja untuk menyusun kebijaksanaan dan program yang melindungi pekerja, masyarakat dan lingkungan
dari kecelakaan kerja. Pengusaha diwajibkan menyusun sistem pencegahan kecelakaan kerja termasuk identifikasi dan analisis sumber kecelakaan, cara
mengurangi akibat kecelakaan, perencanaan dan pemasangan instalasi pengaman, penugasan tenaga khusus dan ahli di bidang keselamatan kerja, melaksanakan
inspeksi secara regular, serta menyusun program penyelamatan darurat bila terjadi bencana atau kecelakaan kerja. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan Undang-
Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja: PER. 05MEN1996, penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja K3 dibagi menjadi tiga tingkatan yang kemudian akan digunakan sebagai dasar audit internal perusahaan yaitu:
a. Tingkat awal adalah perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat resiko
rendah harus menetapkan sebanyak 64 kriteria. b.
Tingkat transisi adalah perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat resiko menengah harus menetapkan sebanyak 122 kriteria
c. Tingkat lanjutan adalah perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat resiko
tinggi harus menetapkan sebanyak 166 kriteria. Dalam penentuan kriteria perusahaan juga dapat ditentukan melalui kriteria
kebakaran suatu perusahaan, sebagai contoh apabila perusahaan tersebut berhubungan
Universitas Sumatera Utara
dengan logam maka perusahaan tersebut dapat dikategorikan sebagai perusahaan dengan kategori sedang dua, dan disimpulkaan bahwa perusahaan tersebut
perusahaan menengah
2.2.1. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan atau penyakit yang diderita oleh seseorang akibat melakukan suatu pekerjaan atau ditimbulkan oleh lingkungan kerja
Simajuntak, 1994. Terdapat banyak faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja.
Kecelakaan dan penyakit kerja dapat terjadi pada saat seseorang mengoperasikan alat kerja atau produksi, antara lain karena:
1 Pekerja yang bersangkutan tidak terampil atau tidak mengetahui cara
mengoperasikan alat-alat tersebut. 2
Pekerja tidak hati-hati, lalai, terlalu lelah atau dalam keadaan sakit. 3
Tidak tersedia alat-alat pengaman. 4
Alat kerja atau produksi yang digunakan dalam kesedaan tidak baik atau tidak layak pakai lagi.
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat pula terjadi karena kondisi dan lingkungan kerja yang tidak aman, misalnya dalam bentuk ledakan, kebakaran, dan
kebocoran atau perembesan unsur-unsur kimia berbahaya. Bencana kecelakaan kerja tersebut dapat menimbulkan korban dan kerugian dalam bentuk:
1. Pekerja dan atau orang lain meninggal atau luka
2. Alat-alat produksi rusak
3. Bahan baku dan bahan produksi lainnya rusak
Universitas Sumatera Utara
4. Bangunan terbakar atau roboh
5. Proses produksi terhenti atau terganggu
Kecelakaan kerja dapat dikategorikan dalam beberapa akibat yang ditimbulkannya seperti
Simajuntak, 1994: a
Meninggal dunia, termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan dan
perawatan sebelumnya. b
Cacat permanen total adalah cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak mampu lagi melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan
atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh, seperti: kedua mata, satu mata dan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki. Dua bagian tubuh yang tidak
terletak pada satu ruas tubuh. c
Cacat permanen sebagian adalah cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh hilang atau terpaksa dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.
d Tidak mampu bekerja sementara, dimaksudkan baik ketika dalam masa
pengobatan maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan, sehingga ada hari-hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan kerja
produktif. Penyakit akibat kerja disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
Silalahi, 1995:
1 Faktor biologis
2 Faktor kimia termasuk debu dan uap logam
Universitas Sumatera Utara
3 Faktor fisik termasuk kebisingangetaran, radiasi, penerangan, suhu, dan
kelembaban. 4
Faktor fisiologis 5
Faktor tekanan mentalstress.
2.2.2. Penyakit Akibat Kerja PAK 2.2.2.1. Definisi Penyakit Akibat Kerja PAK
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian penyakit akibat
kerja merupakan penyakit yang artificial atau man made disease. WHO membedakan empat kategori penyakit akibat kerja
Depkes RI, 2006: a.
Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya pneumoconiosis. b.
Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya karsinoma bronkhogenik.
c. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-
faktor penyebab lainnya, misalnya bronchitis kronis. d.
Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma.
Menurut Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan kerja, terdapat 31 jenis penyakit yang timbul karena
hubungan kerja, antara lain: 1.
Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan parut silikosis, antrakosilikosis, asbestosis dan silikotuberculosis yang silikosisnya
merupakan factor utama penyebab cacat atau kematian.
Universitas Sumatera Utara
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan bronkopulmoner yang disebabkan oleh
debu logam keras. 3.
Penyakit paru dan saluran pernafasan bronkopulmoner yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal bissinosis.
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang
yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan. 5.
Alveolitis alergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu organik.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaan yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaan yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaan yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaan yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaan yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaan yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaan yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbale atau persenyawaan yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon
alifatik atau aromatik yang beracun. 17.
Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun. 18.
Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau homolognya yang beracun.
Universitas Sumatera Utara
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas tau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida hidrogensianida, hidrogensulfida atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh getaran mekanik kelainan otot-otot,
urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi. 24.
Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih. 25.
Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion.
26. Penyakit kulit dermatosis yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi, atau
biologik. 27.
Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh pic, bitumen, minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapatkan
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus. 30.
Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk obat.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2.2. Faktor penyebab penyakit akibat kerja
Dalam ruang atau ditempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat kerja, antara lain
Notoatmodjo, 2007: 1.
Golongan fisik, seperti: a.
Suara, yang bisa menyebabkan pekaktuli. b.
Radiasi sinar-sinar radioaktif dapat menyebabkan penyakit susunan darah dan kelainan kulit.
c. Suhu, apabila terlalu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau
hyperpyrexia. Sedangkan suhu-suhu yang rendah dapat menimbulkan frostbite, trenchfoot, dan hypothermia.
d. Tekanan tinggi dapat menyebabkan caisson disease.
e. Penerangan lampu yang kurang baik misalnya dapat menyebabkan kelainan
pada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.
2. Golongan kimia chemis, yaitu:
1 Debu yang menyebabkan pneumoconioses, diantaranya silicosis, asbestosis,
dan lainnya. 2
Uap yang diantaranya menyebabkan metal fume fever, dermatitis atau keracunan.
3 Gas, misalnya keracunan oleh CO dan H
2
S. 4
Larutan yang dapat menyebabkan dermatitis. 5
Awan atau kabut, misalnya racun serangga, racun jamur dan lainnya yang dapat menimbulkan keracunan.
Universitas Sumatera Utara
3. Golongan infeksi, misalnya oleh bibit penyakit anthrax, brucella, AIDS, dan
lainnya. 4.
Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh keselahan-kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan dan
lain-lain yang kesemuanya menimbulkan kelelahan fisik, bahkan lambat laun dapat menyebabkan perubahan fisik pada tubuh pekerja.
5. Golongan mental-psikologis, yang terlihat misalnya pada hubungan kerja yang
tidak baik, atau keadaan pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan. Sedangkan upaya untuk mencegah penyakit akibat kerja ada bermacam-
macam, yakni: a substitusi, b ventilasi umum, c ventilasi keluar setempat, d isolasi, e pakaian pelindung, f pemeriksaan kesehatan, g penerangan, dan h
pendidikan kesehatan.
2.2.3. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.2.3.1. Pedoman Penerapan
Kecelakaan kerja tidak dapat dielakkan secara menyeluruh. Namun demikian setiap perencanaan, keputusan, organisasi harus mempertimbangkan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan. Berikut merupakan beberapa pedoman penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
1. Komitmen dan kebijaksanaan
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja haris memiliki komitmen dan kebijaksanaan. Komitmen keselamatan dan kesehatan kerja dapat membantu
perusahaan dalam bekerja sama dengan pekerja. Tinjauan awal keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kerja sama yang dilakukan yaitu yang berkaitaan dengan:
Universitas Sumatera Utara
a. Identifikasi kondisi dan sumber daya
b. Pengetahuan dan peraturan perundangan K3
c. Membandingkan penerapan
d. Meninjau sebab-akibat
e. Efisiensi dan efektifitas
Perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang diwujudkan dalam PER. 05MEN1996:
a Menempatkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja K3 pada posisi yang
dapat menentukan keputusan perusahaan. b
Menyediakan anggaran, tenaga kerjaa yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
c Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang, dan
kewajiban yang jelas dalam penanganan keselamatan dan kesehatan kerja. d
Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi e
Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan
visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan keselamataan dan kesehatan kerja, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan
secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional.
Universitas Sumatera Utara
2. Perencanaan
Dalam perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan susunan system keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi dengan baik.
Perencanaan K3 meliputi beberapa komponen yaitu: a.
Menentukan tingkat resiko untuk setiap bagian tertentu yang mempunyai potensi kecelakaan atau gangguan kesehatan.
b. Meneliti setiap peraturan pemerintah dan standar industri yang dapat
dilaksanakan. c.
Menetapkan tujuan yang hendak dicapai dan sasaran K3 secara jelas. Perusahaan yang memiliki perencanaan yang efektif maka akan mencapai
keberhasilan dalam penerapan K3. Tujuan dari pencegahan kecelakaan kerja adalah untuk melindungi para pekerja, masyarakat dan lingkungaan dari bencana kecelakaan
yaitu dengan Simajuntak, 1994:
a Mempersiapkan, menyediakan dan memasang sarana pencegahan kecelakaan dan
alat-alat pelindung diri. b
Mengadakan pemeriksaan dan inspeksi dini untuk mengetahui potensi atau kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat dicegah.
c Menyusun organisasi sistem pencegahan bencana kecelakaan, termasuk
menyediakan tenaga ahli keselamatan kerja. d
Meminimumkan dampak bencana kecelakaan terhadap masyarakat, antara lain dengan menempatkan instalasi berisiko tinggi terpisah dengan perumahan dan
tempat-tempat konsentrasi penduduk seperti rumah sakit, sekolah-sekolah, dan pasar.
Universitas Sumatera Utara
e Menyusun rencana penyelamatan darurat.
3. Penerapan
Kegiatan yang dilakukan dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja adalah mengaudit sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan sesuai
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 051996. Dalam menerapkan terdapat kegiatan yang mendukung yaitu komunikasi, pelaporan,
pendokumentasian, dan pengendalian dokumentasi. Penerapan yang dilakukan tidak hanya meliputi pengauditan melainkan juga mengidentifikasi bahaya, penilaian, dan
pengendalian resiko. Penerapan K3 memiliki 5 komponen yang perlu dibentuk yaitu:
a. Struktur organisasi dan pembagian tanggung jawab. Struktur organisasi harus
ditetapkan secara jelas dengan setiap posisi di dalam organisasi. b.
Pemberian pelatihan K3 yaitu pelatihan secara umum yang diberikan kepada seluruh karyawan dan pelatihan keahlian secara khusus yang diberikan kepada
karyawan yang bekerja di lokasi kerja yang memiliki potensi bahaya yang tinggi atau karyawan yang memiliki tugas khusus di bidang K3.
c. Komunikasi K3 yang dilakukan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil
ditujukan untuk meningkatkan kesadaran K3 pada seluruh karyawan dan memotivasi penerapan K3.
d. Sistem dokumentasi dan pengontrolan dokumen
e. Tenaga ahli K3
Universitas Sumatera Utara
4. Pengukuran dan evaluasi penerapan K3
Pemantauan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendukung kegiatan selanjutnya yaitu evaluasi. Pemantauan dapat berupa memantau apakah terjadi
pertimpangan dalam melaksanakan prosedur kerja. Setelah dilakukan pemantauan, dievaluasi dengan mengukur hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan prosedur kerja.
Hasil pemantauan dan evaluasi menghasilkan catatan dan penyimpanan data yang merupakan tindakan untuk perbaikan dan pencegahan. Pencatatan dan
penyimpanan data berguna sebagai bahan untuk membuat perencanaan selanjutnya. 5.
Tinjauan ulang terhadap penerapan K3 Kegiatan untuk meninjau ulang penerapan K3 biasanya dilakukan untuk
menilai kesesuaian dan keefektifitasan penerapan K3 secara keseluruhan. Peninjauan yang dilakukan berdasarkan hasil akhir evaluasi penerapan K3. Apabila hasil akhir
tidak sesuai dengan target K3 maka perlu dilakukan tinjauan ulang K3. Tinjauan ulang Sistem Manajemen K3 meliputi PER. 05MEN1996:
a Evaluasi terhadap penerapan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja
b Tujuan, sasaran, dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
c Hasil temuan audit Sistem Manajemen K3
d Evaluasi efektivitas penerapan Ssistem Manajemen K3 dan kebutuhan untuk
mengubah Sistem Manajemen K3 sesuai dengan: 1.
Perubahan peraturan perundangan 2.
Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar 3.
Perubahan produk dan kegiatan perusahaan 4.
Perubahan struktur organisasi perusahaan
Universitas Sumatera Utara
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemiologi.
6. Pengalaman yang didapat dari insiden keselamatan dan kesehatan kerja
7. Pelaporan
8. Umpan balik khususnya dari tenaga kerja.
2.2.3.2. Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.
Tujuan dari penerapan keselamatan dan kesehatan kerja adalah Direktorat
Pengawasan Norma K3, 2006: 1
Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia
2 Meningkatkan komitmen pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga kerja
3 Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi kompetisi
perdagangan global 4
Proteksi terhadap industri dalam negeri 5
Perlunya upaya pencegahan terhadap masalah sosial dan ekonomi yang terkait dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
2.3. Minyak dan Gas Bumi Migas