2.9. Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 di Terminal
BBM Medan Group Sebelum kita melakukan sesuatu kegiatan maka kita perlu mengetahui apa
yang mau dikerjakan, bahkan mengetahui dengan jelas konsep dan pemahaman dari apa yang kita kerjakan. Dari hasil wawancara terhadap responden penelitian, terdapat
perbedaan persepsi atau pandangan tentang apa yang dimaksud dengan penerapan K3. Pengawas Utama LK3 Terminal BBM Labuhan Deli menyatakan bahwa
penerapan aspek K3 harus didasarkan pada dua hal. Pertama, peraturan dan perundangan yang berlaku tentang aspek K3 , baik dari pusat sampai ke daerah.
Kedua, analisa resiko yang mana aspek apa saja yang berpotensi terjadinya bahaya. Jadi dari dua hal ini akan ada rekomendasi-rekomendasi apa yang harus dilakukan,
dan aspek K3 yang diterapkan adalah apa yang direkomendasi dari dua hal tersebut. Sedangkan Asisten Pengawas K3 lebih berfikir secara praktis dimana menurut Asisten
Pengawas K3 itu merupakan sebuah pola yang harus diikuti, harus dipatuhi, dan itu memang sudah dirumuskan untuk harus dilaksanakan.
Pemahaman K3 ini semakin menyempit setelah sampai ke pekerja langsung yang berperan atau berinteraksi langsung dengan proses kerja. Seperti yang
dinyatakan oleh 2 dua orang pekerja bagian penerimaan dan penimbunan yang menganggap bahwa penerapan aspek K3 merupakan penggunaan dari peralatan kerja
termasuk peralatan pengaman seperti helm, sarung tangan dan sebagainya. Namun 2 dua orang pekerja penerimaan dan penimbunan lainnya lebih memiliki konsep
yang sederhana dimana dinyatakan bahwa penerapan aspek K3 adalah keselamatan
Universitas Sumatera Utara
kerja. Dengan anggapan seluruh bidang operasional yang sangat vital pasti dikontrol oleh K3.
Berbeda dengan jawaban pekerja di bagian penyaluran yang menyatakan bahwa penerapan K3 hanya sebatas pemadam kebakaran dan keselamatan kerjanya
saja. Sesuai dengan proses kerja yang ada di Terminal BBM Medan Group PT.
Pertamina, penerapan K3 dapat dilihat dari beberapa aspek yang terkait dalam proses penerimaan, penimbunan dan penyaluran. Menurut Pengawas Utama LK3 Terminal
BBM penerapan K3 memang masih belum 100 tapi sudah hampir mendekati 100. Untuk peraturan dan perundangan perusahaan sudah bisa memenuhi 100, namun
dari hasil analisa resiko masih ada beberapa yang harus ditingkatkan untuk penerapannya.
Di sisi lain, manajemenahli K3 senantiasa melakukan penyusunan program– program K3 berdasarkan analisa risiko di lapangan yang melahirkan rekomendasi
perkurun waktu, meliputi program K3 tahun pertama, tahun kedua, bulan pertama sampai pada bulan yang keduabelas apa yang harus dilakukan. Dengan penyusunan
program yang berkala, manajemen juga berkomitmen untuk penyediaan anggaran K3. Kemudian penyediaan SDM yang khusus menangani aspek safety, dan
menerapkan reward dan punishment. Dengan mekanisme yang ditetapkan setiap pekerja yang dapat dijadikan teladan diberikan reward setahun sekali. Sebaliknya
bagi yang melakukan pelanggaran dikenakan hukuman konsekuensi. Di samping itu dari fungsi manajemen juga mendukung dengan mengadakan ataupun mengikuti
pelatihan-pelatihan K3.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai pengawas utama LK3 yang berfungsi di bagian safety, penerapan K3 yang dilakukan terutama pengawasan lapangan, baik itu pekerjaan operasional,
pekerjaan rutin, dan distribusi. Pengawasan aspek safety yang dilakukan mulai dari proses penerimaan, penimbunan, penyaluran meliputi perilaku pekerja, kondisi
peralatan agar terhindar dari unsafe condition dan unsafe act. Sehingga kecelakaan dapat diminimalisir atau dicegah dinolkan. Kemudian dari segi fasilitas peralatan, di
safety juga melaksanakan maintenance, terutama maintenance untuk proteksi kebakaran yang memiliki risiko paling besar dapat terjadi di Pertamina. Untuk itu
dilakukan perencanaan sebelum terjadi kebakaran dengan mensimulasikan kebakaran secara periodik untuk mengetahui apa yang diperlukan, peralatan dan personilnya
sebagai upaya penanggulangan kebakaran. Kegiatan lainnya juga dilakukan sebagai aspek safety seperti pencatatan nearmiss, yang diserahkan ke masing-masing personel
sebagai bentuk kerja sama penerapan K3. Jadi safety bukan semata-mata hanya menjadi tanggung jawab di fungsi LK3 tapi juga menjadi tanggung jawab masing-
masing personel. Masing-masing personel berhak dan wajib melaporkan jika melihat kondisi tidak aman atau tindakan tidak aman.
Asisten pengawas LK3 juga menyatakan melakukan patroli lapangan tiap 2 atau 3 jam sekali untuk memantau penerapan safety di Terminal BBM Pertamina dan
memberi tegoran tertulis bagi pekerja yang tidak memperhatikan aspek safety dalam proses kerjanya bahkan ada yang tidak diperbolehkan lagi selamanya masuk bekerja
karena tidak menerapkan safety. Sebagai asisten pengawas LK3 senantiasa mendukung dan melaksanakan program K3 dan memiliki koordinasi kerja yang baik
dengan pengawas LK3 dan pekerja lainnya. Sehingga telah terbina rasa kekeluargaan
Universitas Sumatera Utara
yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan K3 terutama penggunaan APD yang sangat dibutuhkan sesuai dengan risiko bahaya yang ada di lapangan.
Untuk meningkatkan pelaksanaan penerapan K3, Terminal BBM Pertamina Labuhan Deli setiap seminggu sekali melakukan safety talk untuk senantiasa
mengingatkan keselamatan kerja. Pembahasan yang berkembang meliputi masalah kesehatan, keselamatan mobil tangki misalnya, kabel listrik yang telanjang sewaktu-
waktu dapat menimbulkan percikan api, terbakar, sehingga sopirnya juga dapat terbakar. Sopir kita ingatkan supaya ban mobil tangkinya tidak sampai gundul, karena
apabila nanti tiba-tiba meledak bannya di dalam lokasi kerja, yang lain juga dapat terganggu. Selain itu pekerja di terminal BBM ini juga dikirim untuk mendapatkan
pelatihan ataupun pendidikan di pusat pendidikan K3 di Palembang, meliputi pendidikan tentang keselamatan kerja, bahaya kebakaran, bahaya limbah beracun,
cara memadamkan api, cara menyelamatkan diri, dan sebagainya. Untuk menjaga meningkatkan kesehatan pekerja, Terminal BBM Medan
Group juga melaksanakan pemeriksaan kesehatan secara berkala yaitu dilaksanakan sekali dalam enam bulan. Bagi pekerja yang baru bergabung bekerja di Terminal
BBM Medan Group juga dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui derajat kesehatan dari pekerja tersebut. Pemeriksaan kesehatan dilakukan di klinik milik
Pertamina, dan hasil pemeriksaan kesehatan akan disimpan sebagai dokumen perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.10. Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 pada Bagian PenerimaanSupply di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina
Pada bagian penerimaansupply merupakan proses penerimaan minyak dari kapal ke tangki timbun. Dari hasil wawancara, Asisten Pengawas LK3 memaparkan
tentang keselamatan kapal di dermaga, seperti harus melakukan grounding cable sebelum melakukan pembongkaran guna menghindari terkena petir, keselamatan
kebakaran, dan lain sebagainya. Adapun tahapan pada proses ini dimulai dari penerimaan BBM dari kapal melalui pipa dialirkan ke tangki timbun, dimana
sebelumnya telah melalui tahap pengendapan yaitu pemisahan air dari minyak, lalu diperiksa di laboratorium sebelum disalurkan.
Penyaluran ini dilakukan ke tangki timbun tipe Fixed Cone Roof melalui jalur pipa yang berdiameter 8, 12 dan 20 dengan kecepatan aliran 350 – 500 Kljam.
Sebelum penerimaan dan pembongkaran BBM dilakukan, maka dilakukan pemeriksaan ullage tangki timbun untuk memastikan kapasitas penerimaannya.
Setelah flowrate diatur sesuai dengan kondisi fasilitas setempat kemudian kerangan dibuka. Saat pemompaan berlangsung, dilakukan pemantauan kecepatan pemompaan
dan pengarnbilan sarnpel setiap jam. Kecepatan aliran yang tidak tepat mengakibatkan kecepatan atau tekanan aliran meningkat yang dapat melampaui
kemampuan fasilitas penerima. Disamping itu dapat terjadi kelebihan penyaluran minyak hingga melampaui kapasitas tangki timbun penerima.
Proses penerimaan BBM di Citra Jetty memiliki tahapan sebagai berikut, 1.
Persiapan sebelum pembongkaran
Universitas Sumatera Utara
Sebelum pelaksanaan pembongkaran BBM dilakukan berbagai kegiatan persiapan, yaitu :
1 persiapan sandar, rnulai dari ijin berlabuh, dan sebagainya diurus oleh
bagian PKK. 2
Pemeriksaan valve dan jalur pipa penerimaan di Citra Jetty 3
Pengaturan posisi manifold di Citra Jetty dan manifold tanker. 4
Pengukuran muatan berdasarkan dokumen pengiriman. 5
Persiapan tangki timbun, pengukuran ullage dan membuka roof manhole tangki timbun. Roof manhole dibuka sampai kondisi tidak
adanya turbulent BBM dalam tangki selesai operasi pembongkaran. 2.
Pelaksanaan pembongkaran muatan Kegiatan yang dilakukan sebelum pemompaan BBM yaitu:
1 Penyambungan grounding cable sebagai tindakan pengamanan
terhadap kemungkinan timbulnya bahaya kebakaran. 2
Penyambungan slang karet penghubung rubber hose dari pipa penerimaan ke valve outlet tanker. Bila semuanya sudah siap,
dilakukan pemompaan muatan ke tangki timbun. Selama kegiatan pemompaan umumnya dilakukan pengontrolan terhadap valve, slang
penghubung dan pipa dari adanva kebocoran. Disamping itu dilakukan pengetesan produk yanng diambil melalui hose crane untuk
mengetahui apakah produk yang di bongkar terkontarninasi atau tidak. Sampel produk ini ditampung dalam container baja. kemudian
Universitas Sumatera Utara
dimasukan ke dalam drum dan dikirim ke Terminal BBM untuk blending.
3 Setengah jam sebelum mencapai tinggi maksimum di tangki timbun
dilakukan pengawasan dengan pengukuran agar ketinggian maksimum tidak terlarnpaui
3. Selesai Pembongkaran
Setelah pembongkaran BBM selesai dilakukan, kemudian dilakukan pengukuran suhu, densitas serta tinggi minyak dalam tangki timbun. Perhitungan
persediaan produk pada tangki timbun dilakukan pada suhu yang diobservasi dan dikonservasikan pada suhu standar 15 C setelah produk tenang.
Selama operasional penerimaan produk di Citra Jetty, jarang sekali disiapkan oil boom di lokasi tersebut, mengingat oil boom disimpan dalarn gudang Pertamina
yang berjarak sekitar 5 km dari Citra Jetty Terminal ini didukung oleh peralatan penerimaan berupa pipa penyalur dari
Dermaga Citra Jetty dan tangki timbun. Pipa-pipa ini terdiri dari beberapa ukuran diameter dan panjang yang berbeda-beda yaitu pipa berdiameter 12 inci dengan
panjang 1600,33 meter dan pipa berdiameter 8 inchi dengan panjang 349,55 meter. Sesuai dengan proses kerja yang ada di Terminal BBM Medan Group,
penerapan K3 dapat dilihat dari beberapa potensi bahaya yang ditemukan adalah memasang dan melepas pipa penerimaan, pengambilan sampel untuk diperiksa di
laboratorium dan proses pemompaan BBM yang sesuai dengan prosedur kerja, juga penggunaa alat pengaman. Potensi bahaya yang ditemukan pada proses ini adalah
Universitas Sumatera Utara
kebakaranpeledakan yang diakibatkan oleh tumpahanceceran minyak, emisi gas HC, kebocoran pipa. Potensi bahaya yang tampak jelas juga yaitu terjatuh.
Namun di sisi lain, pekerja di bagian ini merasa kalau masalah keselamatan kerja di Terminal BBM Medan Group bukan menjadi tanggung jawab bersama, tetapi
hanya menjadi tanggung jawab satu pihak saja. Pekerja tersebut juga menyatakan bahwa dari sudut pandang mereka keselamatan kerja itu hanya sebatas alat pengaman
saja
Gambar 4.3. Proses Penerimaan BBM di Kapal Tanker
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4. Proses Penerimaan BBM di Kapal Tanker
Gambar 4.5. Proses Penerimaan BBM di Kapal Tanker
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6. Proses Penerimaan BBM di Kapal Tanker 2.11. Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 pada Bagian
Penimbunan Storage di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina
Pada bagian penimbunanstorage merupakan proses penyimpanan BBM sementara sebelum disalurkan ke konsumenmasyarakat. Adapun tahapan pada proses
ini dimulai dengan cara memompa BBM langsung dari kapal tanker yang sandar di dermaga melalui pipa. Kedudukan tangki timbun seluruhnya vertikal yang jumlahnya
23 tangki. Kegiatan pasca penimbunan produk avtur, premium, premix, solar berupa pengukuran stock tangki timbun yang dilakukan setiap hari meliputi pengukuran
ketinggian minyak, air, density dan temperatur sesuai dengan Standard Operational Procedure SOP Pertamina. Sebelum pengukuran stock juga dilakukan drain tangki
Universitas Sumatera Utara
untuk mengeluarkan air dan pengamatan density, suhu, wama, dan keberadaannya secara visual.
Kegiatan lainnya berupa pembersihan dan perawatan tangki timbun. Pada keadaan normal pembersihan tangki avtur dilakukan setahun sekali, sedangkan tangki
bahan bakar lainnya 5 tahun sekali. Hasil pembersihan tangki timbun ini berupa lumpur sludge yang merupakan hasil pengendapan kotoran-kotoran minyak. Namun
pembersihan dapat dilakukan lebih awal bila keadaan mendesak seperti perbaikan kebocoran, adanya korosi, dan penggantian spesifikasi produk yang akan ditimbun.
Kegiatan pemindahan BBM antar tangki dilakukan bila terjadi keperluan yang rnendesak misalnya perbaikan atau pembersihan tangki, pengukuran ullage untuk
penerimaan BBM, dan perubahan spesifikasi BBM dalam satu tangki. Setelah pembongkaran BBM di Citra Jetty dan disalurkan melalui pipa
penerimaan ke Terminal BBM, maka secara langsung penimbunan produk BBM dalam tangki timbun dilakukan. Terminal BBM Belawan merniliki 23 buah tangki
timbun Pada dasarnya setelah produk solar ditimbun dalam tangki timbun, esok
harinya dilakukan drain tangki timbun. jika ketinggian air dalam tangki lebih dari l0 cm. Hal ini disebabkan rnengingat solar yang diterima dapat terkontaminasi air akibat
air ballast tanker, dll. Sistem penerimaan produk tidak menggunakan water flushing, maka kandungan air dalam tangki timbun relatif kecil 20-25 cm.
Peralatan penimbunan yang digunakan untuk menimbun BBM yang diterima dari Citra Jetty adalah tangki timbun yang jumlahnya 23 tangki.
Universitas Sumatera Utara
Menurut hasil wawancara dengan Asisten Pengawas LK3, aspek safety bukan hanya tentang keselamatan kerja di dermaga, namun begitupun di darat dalam sistem
penerimaan harus memperhatikan aspek keselamatan juga, misalnya naik ke tangki dengan ketinggian sampai 10 meter atau paling rendah 9 meter, dan bahkan tangki
yang baru sekarang ini setinggi 12 meter, disarankan berdua guna saling menjaga bila terjadi hal yang tidak diinginkan seperti terpeleset, maka teman yang satu lagi
dapat menolong atau menginformasikan keadaan tersebut mengingat pos letaknya cukup jauh dari tangki yang ada kurang lebih 23 tangki di terminal BBM Pertamina.
Pada proses pemompaan, aspek safety yang perlu diperhatikan antara lain keran tangki harus dalam keadaan terbuka karena dapat terjadi feedback dimana minyak
kembali lagi ke kapal. Hal ini pernah terjadi akibat kelalaian pekerja yang mana penyebabnya karena keran yang masih tertutup. Di samping itu seluruh pekerja di
Petamina ini dibeikan pelatihan dan diharuskan menggunakan alat pelindung diri. Bagi yang tidak menggunakan dilakukan tindakan agar tidak menjadi contoh bagi
yang lain. Demikian juga menurut hasil wawancara dengan pekerja bagian penimbunan,
tahapan pekerjaan yang mereka lakukan pada proses ini yaitu menerima BBM dari kapal dan dialirkan ke tangki timbun melalui pipa, tetapi sebelum itu dilakukan
pengendapan yaitu pemisahan air dari minyak, lalu diperiksa di laboratorium, setelah itu baru kemudian disalurkan ke dalam tangki timbun.
Potensi bahaya yang ditemukan pada proses ini adalah kebakaranpeledakan yang diakibatkan oleh luber, tangki bocor, tumpahanceceran minyak, emisi gas HC,
kebocoran pipa; gangguan pernafasan karena bau yg menguap pada saat pengambilan
Universitas Sumatera Utara
sampel; terimpa beban, otot tertarik, kontak dengan marker dyes, terjatuh, terpeleset. Penerapan K3 yang tampak jelas pada proses ini dilihat dari potensi bahaya yang
ditemukan adalah penimbunan di tangki timbun, pengambilan sampel untuk diperiksa di laboratorium, pengukuran tangki timbun dan penambahan marker dyes yang sesuai
dengan prosedur kerja juga penggunaan alat pengaman APD.
Gambar 4.7. Tangki Timbun Terminal BBM Medan Group
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8 Proses Penimbunan BBM
Gambar 4.9 Pengambilan Sampel BBM
Gambar 4.10 Pengambilan Sampel BBM
Universitas Sumatera Utara
2.12. Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 pada Bagian PenyaluranDistribution di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina.
Penyaluran BBM dari tangki timbun dilakukan dengan menggunakan bridger
mobil tangki, dan RTW kecuali solar disalurkan melalui pipa ke SPBU dan PLN dari Terminal BBM Labuhan Deli. Khusus untuk BBM minyak diesel dan minyak
bakar penyalurannya dilakukan dari Terminal BBM Labuhan Deli. Kegiatan penyaluran ini meliputi pemompaan BBM dari tangki timbun ke bidger atau RTW
dan pencabutan selang pengisian loading arm. Frekuensi mobil tangki yang keluar masuk Terminal BBM berkapasitas 5 Kl, 10 Kl, 12 Kl, 14 Kl, 16 Kl dan 18 Kl, setiap
hari adalah 140 - 150 kali, sedangkan kapasitas RTW 300 Kl untuk menyalurkan premium ke Depot Pematangsiantar dan Depot Kisaran.
Penyaluran BBM dari Terminal BBM Medan Group Labuhan Deli dilakukan melalui bangsal pengisian filling shed. Jenis peralatan yang digunakan untuk
menyalurkan BBM dari tangki timbun ke dalam mobii tangki bridger atau RTW adalah pipa, pompa dan meter arus.
Kegiatan pemompaan BBM dimulai dari pembukaan rnanhole dan memasukkan loading arm ke dalam tangki mobil. Setelah itu flow meter diatur sesuai
dengan kapasitas tangki mobil dan jenis BBM yang disalurkan lalu dilakukan pemompaan. Setelah operasi pemompaan loading arm dicabut dan manhole ditutup
kembali. Kegiatan penyaluran BBM dilakukan melalui darat dengan mobil tangki dan
pipa penyalur. BBM dari tangki timbun dipompakan dengan menggunakan 8 unit pompa produk berkapasitas 300 GPM galon per menit atau sekitar 45 Kljam
Universitas Sumatera Utara
melalui pipa penyalur filling shed untuk pengisian mobil tangki. Armada mobil tangki tersebut merupakan milik lembaga penyalur kontraktor. Sebelum memasuki areal
filling shed, mobil tangki diparkir di areal parkir atau dapat langsung menuju filling shed jika tidak memerlukan antri. Luas lapangan parkir yang tersedia adalah 1.750 m
2
dan diperkirakan dapat menampung mobil tangki sebanyak 70 unit sekaligus. Luas lapangan parkir tersebut sangat memadai, sehingga sampai saat ini tidak ada rnasalah
mengenai perparkiran yang menggangu kepentingan masyarakat umum. Sebelurn memasuki filling shed dilakukan pemeriksaan umur kendaraan, kelengkapan safety
ban, flame trap dan pemeriksaan kapasitas tangki. Pada saat pengisian mobil tangki, penempatan loading arm yang tepat, penyetelan flow meter, dan pengaturan kapasitas
pemompaan diperhatikan secara seksama sehingga peluang terjadinya cecerantumpahan BBM dapat ditekan.
Penerapan K3 di bagian penyaluran tidak hanya sebagai operator penyaluran, namun juga menyegel mobil tangki, mengoperasikan alat untuk menyalurkan BBM
dari tangki timbun ke dalam mobil tangki. Dari hasil wawancara, pekerja bagian penyaluran selain bertugas mengoperasikan alat, mereka juga bertugas mengawasi
alat-alat, sehingga apabila ada alat yang rusak dapat langsung dilaporkan kepada pengawas. Keturutsertaan ataupun kerja sama dalam penerapan aspek K3 hanyalah
dalam bentuk himbauan, seperti latihan pemadam kebakaran, keselamatan kerja, safety helm, safety shoes, dan semua hal yang berhubungan dengan api yang
berkaitan dengan pekerjaan. Menurut Pengawas Utama LK3, di areal filling shed berpotensi resiko paparan
uap sehingga harus memakai alat pelindung diri yaitu masker, dan aspek-aspek
Universitas Sumatera Utara
kepatuhan pekerja untuk menggunakannya masih harus ditingkatkan terus. Dalam arti penggunaan APD seperti sepatu dan helm juga diwajibkan namun masih ada yang
tidak menggunakannya, belum lagi APD lain yang harus digunakan tergantung dari resiko masing-masing pekerja.
Dari hasil wawancara, asisten pengawas LK3 lebih memaparkan secara teknis daripada penerapan K3 di terminal BBM Pertamina. Contohnya yang berkaitan
dengan pemakaian perlengkapan safety bagi supir mobil tangki. Potensi bahaya yang ditemukan pada proses ini adalah kebakaranpeledakan
yang diakibatkan oleh luber, tangki bocor, tumpahanceceran minyak, emisi gas HC, kebocoran pipa; gangguan pendengaran akibat lokasi kerja yang bising; gangguan
pernafasan karena bau yg menguap pada saat memompa BBM ke mobil tangki dan juga karena emisi knalpotgas buang mobil tangki; terjepit mobil tangki, terlindas
mobil tangki, tertimpa beban, otot tertarik, kontak dengan marker dyes, terjatuh, terpeleset; nyeri pada kaki karena operator pompa berdiri terus menerus. Penerapan
K3 yang tampak jelas pada proses ini dilihat dari potensi bahaya yang ditemukan adalah pemompaan BBM ke mobil tangki, antrian mobil tangki di filling shed,
pengisian mobil tangki di filling shed yang sesuai dengan prosedur kerja, juga penggunaan alat pengaman.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.11. Proses Penyaluran BBM di Filling Shed
Gambar 4.12. Proses Pemompaan BBM dari Tangki Timbun ke Mobil Tangki
Universitas Sumatera Utara
Gamber 4.13. Proses Pemompaan BBM dari Tangki Timbun ke Mobil Tangki
2.13. Kendala dalam Penerapan K3 di Terminal BBM Medan Group