Okinawa sedikit berbeda dengan Jepang. Hal ini dikarenakan budaya Cina sudah mendarah daging di daerah ini. Hal ini sama dengan yang diungkapkan oleh steve
rabson yang mengatakan bahwa Okinawa cenderung lebih seperti Cina daripada Jepang http:www.jpri.orgpublicationsoccasionalpapersop8.html. Sebenarnya bukan hanya
budaya Cina, budaya dari Korea dan Asia Tenggara juga dapat dirasakan namun tidak terlalu mendominasi.
Sebagai gambaran, saat berkunjung ke Okinawa akan terlihat bangunan peninggalan Kerajaan yang mirip dengan arsitekur bangunan Kerajaan Cina. Contoh
lainnya jika mendengar musik tradisional Okinawa maka akan terdengar nuansa musik tradisional Cina dan Asia Tenggara. Jangan lupakan pula olahraga Karate yang ternyata
merupakan adaptasi dari seni beladiri Siew Liam Sie Quan Fu Shorinji Kempo. Masuknya kebudayaan Cina dan negara yang ada di Asia timur lainnya juga
menyebabkan dialek masyarakat Okinawa agak berbeda dengan Jepang pada umumnya. Bahasa yang digunakan didaerah ini disebut
ウ チ ナ ー 県 uchinaa-ken. Untuk
memudahkan pemahaman lebih lanjut tentang sejarah berdirinya Okinawa, penulis membaginya menjadi beberapa poin sejarah.
a. Berdirinya kerajaan ryukyu
Seperti yang telah dituliskan sebelumnya bahwa pada mulanya di pulau ryukyu berdiri kerajaan yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu Nanzan, Chuzan, dan Hokuzan
Selatan, Tengah, dan Utara. Lalu, pada tahun 1372 raja sato dari chuzan mengadakan hubungan upeti dengan Cina. Upeti adalah harta yang diberikan oleh satu pihak ke
pihak lainnya sebagai tanda kedudukan dan kesetiaan atau kehormatan. Upeti basanya
diminta oleh negara yang kuat kepada negara yang lemah, negara bawahan, atau wilayah-wilayah yang ditaklukannya https:id.m.wikipedia.orgwikiupeti. Hal ini
seperti yang telah dilakukan sebelumnya dengan negara-negara yang ada di Asia timur lainnya. Pada abad ke-14 ketiga kerajaan ini digabung menjadi satu di bawah kekuasaan
Chuzan, dan tepatnya pada tahun 1429 didirikan kerajaan ryukyu merdeka dengan mengirimkan utusan ke pengadilan kaisar Cina dengan tujuan menerima penobatan
terhadap kerajaan ryukyu untuk misi penghormatan melegitimasi setiap penerus kerajaan.
Setelah ketiga kerajaan tersebut di gabung menjadi kerajaan ryukyu, hubungan upeti dengan negara Cina menjadi tidak terancam, justru sebaliknya semakin leluasa.
Bahkan, pada abad ke-15 kerajaan ryukyu termasuk negeri upeti kekaisaran Cina. Selain itu, Kerjasama ini membawa kerajaan ryukyu kepada masa kejayaan yang disebut
dengan “Golden Age”. Sebab pada periode ini sistem perdagangan kerajaan ryukyu mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ryukyu sudah melakukan perdagangan
internasional dengan Cina, Jepang, Korea, dan Asia Tenggara. Beberapa kegiatan ekspor yang paling menguntungkan adalah tekstil, pewarna, lacquer ware, sutra
berwarna, kertas, keramik, emas, tembaga, biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran. Walaupun ada sedikit masalah pada periode ini seperti kasus petugas bea cukai Cina
yang memeras pedagang ryukyu, dan sebaliknya terkadang perilaku buruk yang ditunjukkan oleh rakyat ryukyu kepada Cina, namun secara keseluruhan hubungan
perdagangan antar negara khususnya dengan Cina ini dirasakan saling menguntungkan. Hubungan kerjasama yang dilakukan dengan Cina dirasakan memiliki pengaruh
yang mendalam dan masih bisa dirasakan hingga saat ini. Tidak hanya di bidang
ekonomi, tetapi juga mempengaruhi bidang lainnya serta memperkaya kebudayaan setempat. Sejak saat itu, arsitektur bangunan publik dan swasta seperti gedung
pengadilan didasarkan pada model Cina. Selain itu aliran Konfusianisme menjadi sangat berpengaruh di Ryukyu, contohnya tradisi pemujaan leluhur yang sangat mudah diterima
di daerah ini. Undang-undang Cina yang melarang senjata api dan mengatur kepemilikan tanah, diet Cina, penggunaan sumpit, serta peternakan pun juga diadopsi .
Bahkan, para pemimpin kerajaan juga belajar bahasa Cina, sastra, seni, dan filsafat dari para pengrajin dan pedagang Cina yang bermukim di pulau ini.
Pada periode ini juga diperkirakan patung shisa masuk ke pulau ryukyu dan mengalami pembauran. Shisa datang dari Cina, dikarenakan negara ini juga memiliki
patung setengah singa dan setengah anjing dengan nama shishi atau 獅子.
Berbeda dengan kerajaan ryukyu, hubungan antara Cina dan Jepang justru memburuk selama abad 15 dan 16. Hubungan yang tidak harmonis ini sempat
mempengaruhi kerajaan ryukyu. Sebab, pada tahun 1451 keshogunan ashikaga mendeklarasikan kerajaan ryukyu sebagai negara upeti Jepang. Pada tahun 1590
Toyotomi Hideyoshi berencana ingin melakukan invasi terhadap Cina melalui Korea. Sehingga ia memerintahkan raja ryukyu, Sho Nei agar menyediakan pasukan dan
perlengkapan. Setelah awalnya ragu-ragu, raja ryukyu memutuskan enggan mengirim pasokan makanan untuk pasukan Jepang yang kandas di Korea. Hal ini dikarenakan
kerajaan ryukyu berusaha menghindari konflik dengan Cina.
b. Kerajaan Ryukyu Di Bawah Kekuasaan Tokugawa dan Satsuma