ekonomi, tetapi juga mempengaruhi bidang lainnya serta memperkaya kebudayaan setempat. Sejak saat itu, arsitektur bangunan publik dan swasta seperti gedung
pengadilan didasarkan pada model Cina. Selain itu aliran Konfusianisme menjadi sangat berpengaruh di Ryukyu, contohnya tradisi pemujaan leluhur yang sangat mudah diterima
di daerah ini. Undang-undang Cina yang melarang senjata api dan mengatur kepemilikan tanah, diet Cina, penggunaan sumpit, serta peternakan pun juga diadopsi .
Bahkan, para pemimpin kerajaan juga belajar bahasa Cina, sastra, seni, dan filsafat dari para pengrajin dan pedagang Cina yang bermukim di pulau ini.
Pada periode ini juga diperkirakan patung shisa masuk ke pulau ryukyu dan mengalami pembauran. Shisa datang dari Cina, dikarenakan negara ini juga memiliki
patung setengah singa dan setengah anjing dengan nama shishi atau 獅子.
Berbeda dengan kerajaan ryukyu, hubungan antara Cina dan Jepang justru memburuk selama abad 15 dan 16. Hubungan yang tidak harmonis ini sempat
mempengaruhi kerajaan ryukyu. Sebab, pada tahun 1451 keshogunan ashikaga mendeklarasikan kerajaan ryukyu sebagai negara upeti Jepang. Pada tahun 1590
Toyotomi Hideyoshi berencana ingin melakukan invasi terhadap Cina melalui Korea. Sehingga ia memerintahkan raja ryukyu, Sho Nei agar menyediakan pasukan dan
perlengkapan. Setelah awalnya ragu-ragu, raja ryukyu memutuskan enggan mengirim pasokan makanan untuk pasukan Jepang yang kandas di Korea. Hal ini dikarenakan
kerajaan ryukyu berusaha menghindari konflik dengan Cina.
b. Kerajaan Ryukyu Di Bawah Kekuasaan Tokugawa dan Satsuma
Setelah kematian Toyotomi Hideyoshi pada tahun 1598, keshogunan digantikan oleh Tokugawa Ieyasu yang telah memenangkan pertempuran di Sekigahara pada tahun
1600. Selama Tokugawa memerintah atas Jepang, ia menempatkan kerajaan ryukyu dibawah domain Shimazu Iehisa, seorang daimyo dari provinsi Satsuma sekarang
prefektur Kagoshima di sebelah selatan Kyushu. Shimazu diberi gelar “lord of the southern islands.” Pada tahun 1609 ia mengirimkan tentara samurai untuk menegaskan
kekuasaannya atas kerajaan ryukyu. Lalu ia menyandera raja ryukyu dan memaksanya untuk menyetujui perjanjian yang menyatakan bahwa raja bertanggung jawab untuk
menjaga kemerdekaan kerajaan ryukyu, namun menempatkannya dibawah kekuasaan Satsuma. Sejak saat itu, kerajaan ini dibawah kekuasaan shogun Tokugawa dan domain
Satsuma. Kerajaan ryukyu diwajibkan untuk membayar upeti kepada Tokugawa dan Shimazu. Hal ini tentu saja memberatkan ryukyu. Belum lagi pembatasan dan pajak
tinggi yang dikenakan oleh Satsuma. Walau begitu, Shimazu tetap mempertahankan kedaulatan kerajaan ryukyu serta
mengizinkan kerajaan ini untuk melakukan hubungan upeti dengan Cina. Kedaulatan ryukyu tetap dipelihara mengingat aneksasi ryukyu oleh Jepang berarti menciptakan
pertikaian dengan Cina yang akan mempengaruhi sistem perdagangan dengan negeri bambu tersebut. Sebab, klan Satsuma memperoleh untung besar dari berdagang dengan
Cina yang mana pada masa itu perdagangan dengan luar negeri sangat dibatasi terkait dengan kebijakan sakoku kebijakan menutup diri dari dunia luar yang dikeluarkan
oleh Tokugawa. Meskipun berada di bawah pengaruh kuat domain Satsuma, kerajaan ryukyu tetap memperoleh kebebasan politik dalam negeri yang cukup selama 200 tahun.
c. Kerajaan ryukyu menjadi prefektur Okinawa
Selama 246 tahun memerintah atas Jepang, akhirnya pada tahun 1867 sistem feodal keshogunan runtuh. Hal ini dipicu oleh terjadinya kekacauan besar akibat
tekanan arus sosial serta politik yang menggerogoti fondasi struktur feodal dan akhirnya kedaulatan dikembalikan sepenuhnya kepada kaisar dalam Restorasi Meiji tahun 1868.
Empat tahun setelah Restorasi Meiji, pemerintah melakukan serbuan militer ke kerajaan ryukyu. Pemerintah ingin menegaskan kewenangannya atas ryukyu. Berbeda
dengan saat kerajaan ini dikuasai oleh Satsuma yang masih menjaga kedaulatan kmerdekaan kerajaan, hal ini justru sebaliknya pada masa pemerintahan Meiji. Jepang
ingin menguasai kerajaan ini sepenuhnya. Sejak awal 1870-an Jepang mencoba untuk menghilangkan politik kerajaan ryukyu baik secara nyata maupun simbolis. Pemerintah
Jepang melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap pelaut ryukyu dari Taiwan dengan alasan diplomatik bahwa ryukyu merupakan “subyek Jepang” yang
membutuhkan perlindungan. Pada tahun 1872 pemerintah Jepang mengumumkan secara terbuka bahwa kerajaan ryukyu telah dihapuskan dan menganeksasinya menjadi domain
ryukyu. Tindakan ini tepat lima ratus tahun setelah perjanjian raja Sato tentang kedaulatan dengan Cina yang dikenal dengan sebutan ryukyu shobun ryukyu
disposition tahun 1372. Namun pada saat itu dinasti Qing masih berusaha menegaskan kekuasaannya atas pulau ryukyu. Lalu, pada tahun 1875 pemerintah Jepang
memerintahkan kerajaan ryukyu untuk menghentikan hubungan upeti dengan Cina Pada bulan mei tahun 1879 raja terakhir ryukyu, Sho Tai diasingkan ke daerah
Tokyo, sementara itu domain ryukyu dihapuskan dan dijadikan sebagai prefektur Okinawa. Pemerintah mengubahnya menjadi prefektur disebabkan oleh adanya
kekhawatiran bahwa kerajaan ryukyu akan menimbukan masalah keamanan Jepang. Sebagai wilayah yg tidak dikuasai pada perbatasan Jepang bagian selatan, hal ini dapat
digunakan sebagai titik perhentian bagi pasukan luar yang mengancam Jepang. Komodor Perry dengan armada “kapal hitam” nya yang pernah tiba di Naha pada tahun
1853 dalam perjalanannya ke Edo Bay merupakan salah satunya. Namun, kebijakan ini menarik protes tidak hanya dari orang-orang bekas
kerajaan ryukyu, tapi juga dari Cina yang masih diklaim sebagai negara upeti. Selain itu, bangsawan Okinawa juga pernah meminta kerajaan ch’ing dan presiden AS Ulysses S.
Grant yang sedang berkunjung ke Asia Timur pada tahun 1879 untuk menengahi permasalahan ini. Negosiasi yang berlarut-larut ini berlangsung selama dua puluh tahun,
sampai terjadinya perang Sino-Jepang dari tahun 1894-1895. Setelah menjadi bagian dari negara Jepang, Pada tahun 1912 untuk pertama
kalinya masyarakat Okinawa mendapat hak pilih untuk mengirimkan wakil rakyat. Sedangkan untuk bidang perekonomian, awalnya jauh dari makmur dan bukan hanya itu
saja, banyak penduduk Okinawa yang pindah ke luar negeri.
d. Keadaan Okinawa saat Perang Dunia II