Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

dan sumber lain yang terkait dengan masyarakat Okinawa saja dan tidak mengaitkan atau membandingkannya dengan komainu, ataupun dengan patung setengah singa setengah anjing yang terdapat di negara lain secara mendalam meskipun terdapat banyak kesamaan. Penulis juga terlebih dahulu akan membahas mengenai sejarah singkat berdirinya daerah Okinawa. Selain itu, untuk mendukung pembahasan ini penulis akan membahas tentang bagian-bagian dari patung shisa yang memiliki makna penting bagi masyarakat Okinawa.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1. Tinjauan Pustaka

C. Kluckhohn dalam Poerwanto 2005: 88 mendefinisikan Kebudayaan adalah proses belajar dan bukan sesuatu yang diwariskan secara biologis. Oleh karenanya kebudayaan merupakan pola tingkah laku yang dipelajari dan disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sedangkan menurut Koentjaraningrat dalam Wisadirana 2004: 26, kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Beliau juga membagi 3 wujud kebudayaan yaitu: a. Wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto. Ada didalam kepala, atau dengan lain perkataan, dalam alam pikiran dari warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup b. Wujud kedua dari kebudayaan yang sering disebut sistem sosial, mengenai tata kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas- aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan lain dari detik ke detik, hari ke hari, dan tahun ke tahun selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. c. Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik. Berupa seluruh total dari hasil fisik aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat, sifatnya konkret, dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, atau difoto. Salah satu hasil dari wujud kebudayaan adalah cerita mitos. Bascom dalam Danandjaja 1984:50-67 mengatakan bahwa mitos adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci oleh empunya itu sendiri. Kata mitos berasal dari bahasa yunani muthos, yang secara harfiah diartikan sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan seseorang, dalam pengertian yang lebih luas bisa berarti suatu pernyataan, sebuah cerita, ataupun alur suatu drama Dhavamony, 2001:147. Ilmu yang mempelajari tentang mitos disebut mythology. Kata mythology dalam bahasa inggris menunjuk pengertian, baik sebagai studi atas mitos atau isi mitos, maupun bagian tertentu dari sebuah mitos. Sedangkan kata mitos berasal dari bahasa inggris “myth” yang berarti dongeng atau cerita yang dibuat-buat. Mitos atau mite juga merupakan wujud dari kebudayaan masyarakat. Mitos adalah cerita tentang asal mula terjadinya dunia, alam, peristiwa yang tidak biasa sebelum atau dibelakang alam duniawi yang kita hadapi sekarang ini. Cerita itu menurut kepercayaan sungguh-sungguh terjadi dan dalam arti tertentu keramat Keesing, 1993:93. Sedangkan Pals dalam Agus 2003:60, mengatakan bahwa mitos adalah cerita untuk memperdekat dunia supranatural ke dunia natural. Mitos penuh dengan cerita- cerita tentang yang sakral yang mendekatkan kehidupan supernatural yang ilahi ke dalam kehidupan nyata manusia. Cerita mitos merupakan salah satu wujud dari tradisi budaya. Di dalam tradisi budaya, terkandung nilai-nilai kearifan lokal. Kearifan lokal adalah suatu nilai dan norma budaya yang berlaku dalam menata kehidupan masyarakat Sibarani, 2012:131. Sedangkan definisi kearifan lokal Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom kearifan sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom kearifan setempat dapat di pahami sebagai gagasan-gagasan setempat local yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh masyarakatnya. Kearifan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya dan memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke generasi. Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita-cerita, legenda- legenda, nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum setempat http:ariefksmwrdn.blogspot.com201406pengertian-kearifan-lokal.html.

2. Kerangka Teori