Dari latar belakang sejarah berdirinya Okinawa ini, terlihat bahwa kebudayaan Cina banyak memberikan pengaruh bagi Okinawa hingga saat ini. kepercayaan terhadap
patung singa shisa juga mendapat pengaruh dari kebudayaan Cina yang masuk ke daerah ini pada saat keduanya melakukan hubungan kerjasama di bidang perdagangan.
2.2 Asal-usul Kemunculan Patung shisa
Kepercayaan terhadap patung shisa ini tidak muncul begitu saja di Okinawa. kepercayaan ini merupakan hasil akulturasi dengan kebudayaan negara lain yang masuk
ke Okinawa. Patung ini pertama kali muncul dan berkembang di India. Pada waktu itu singa merupakan simbolis dharma ajaran agama Buddha untuk pelindung. Seiring
dengan berjalannya waktu, simbol-simbol singa ini mulai menghiasi seni kuil-kuil yang ada di India. Jadi bisa dikatakan bahwa patung singa ini juga berkaitan dengan agama
Buddha. Pada masa itu, India banyak melakukan perjalanan ke negara lain dengan tujuan
untuk melakukan hubungan kerjasama di berbagai bidang salah satunya di bidang perdagangan dengan negara lain khususnya di wilayah Asia. Bersamaan dengan
aktivitas tersebut, India juga menyebarkan ajaran agama Buddha ke setiap negara yang telah didatangi. Salah satu negara yang mendapat penyebaran agama Buddha adalah
negara Cina. Sekitar abad ke-3 SM, agama Buddha mulai menyebar ke negara Cina melalui jalur sutra. Karena patung singa berkaitan erat dengan ajaran agama Buddha,
hal ini membuat patung singa juga ikut masuk ke Cina dan mengalami akulturasi
dengan kebudayaan setempat. Dalam waktu yang singkat, patung ini pun juga mulai mendominasi kuil-kuil yang ada di Cina.
Dalam bahasa Cina, Kata “singa” termasuk patung adalah shi 獅
atau shishi 獅
子 dan ada juga yang menyebutnya xiezhi atau
獬 豸.
Tidak hanya sampai di Cina, patung singa ini juga masuk negara Korea, namun dengan nama yang berbeda yaitu
haetae atau haechi. dari segi bentuk pun terdapat sedikit perbedaan. Bentuknya lebih dominan seperti singa, memiliki tubuh yang bersisik dan tanduk di kepalanya, serta ada
beberapa patung yang memiliki sayap kecil. http:babibubebo.com20090113okinawa-shisa-the-half-dog-half-lion
Pada periode Nara 710-794 patung singa dari korea ini masuk ke Jepang dan berganti nama menjadi komainu. Kata “koma-inu” sendiri mengandung arti anjing dari
koma semenanjung korea atau asing. Bentuknya sama dengan haechi, namun bedanya pada abad ke-14 komainu menjadi tidak memiliki tanduk. Meskipun patung singa ini
berkaitan erat dengan agama Buddha, namun komainu yang ada di Jepang justru berhubungan dengan agama Shinto. Hal ini terbukti dari patung komainu ini dapat
dilihat pada kuil-kuil Shinto di Jepang. .
Pada abad ini juga patung singa masuk ke Okinawa yang pada saat itu masih berbentuk kerajaan yang bernama ryukyu. Namun masuknya patung singa ke daerah ini
bukan berasal dari Jepang. sebab, pada masa itu kerajaan ryukyu belum mengadakan hubungan apapun dengan Jepang dan belum menjadi bagian dari Jepang. Berbeda
dengan komainu yang masuk ke Jepang melalui Korea, Patung singa yang kemudian diberi nama shisa ini masuk ke Okinawa melalui Cina. Seperti yang telah dituliskan
sebelumnya bahwa pengaruh kepercayaan terhadap patung singa ini masuk akibat
pertukaran kebudayaan yang terjadi saat kerajaan ryukyu melakukan hubungan kerjasama di berbagai bidang dengan Cina. Hal inilah yang menyebabkan patung shisa
dan komainu memiliki banyak kesamaan. Sebab pada dasarnya patung singa yang ada di Okinawa dan Jepang berasal dari sumber yang sama yaitu Cina dan India.
Sempat ada perbedaan pendapat mengenai rupa dari shisa. Hal ini dikarenakan rupa dari patung ini yang mirip dengan anjing, juga mirip dengan singa. Namun, ada
juga yang berpendapat bahwa shisa adalah seekor anjing bukan singa. Sebab, pada saat itu di Okinawa belum terdapat hewan singa dan tidak ada yang pernah melakukan
kontak langsung dengan singa. Dalam tipologi sihir, shisa juga diklasifikasikan sebagai binatang gargoyle. Tidak hanya negara-negara tersebut, tetapi negara Myanmar dan
Tibet juga memiliki kepercayaan seperti ini. namun dengan perbedaan yang terdapat pada masing-masing negara.
2.2.1 Realita Patung Shisa
Pada dasarnya, patung merupakan karya seni tiga dimensi yang dibuat oleh manusia dengan tujuan untuk menghasilkan karya yang dapat bertahan lama. Agar dapat
bertahan lama, patung ini dibuat dari bermacam-macam bahan baku. Pada mulanya patung shisa hanya terbuat dari batu. Namun sekarang selain dari batu, shisa juga dibuat
dari bahan baku seperti tanah liat, keramik, kayu, dan lain-lain. Setiap negara pasti memiliki karya seni patung.
Ada yang menganggapnya sebatas suatu karya seni bernilai estetika tinggi, ada pula yang beranggapan bahwa patung-patung yang mereka bangun
dan dirikan memiliki nilai-nilai religi yang mesti dihormati, dan dipelihara. Hal ini juga yang terdapat dalam patung shisa.
Patung ini selalu diletakkan berpasangan di sebelah kiri dan kanan. Beberapa bagian dari bentuk patung mengandung simbol-simbol yang mengandung makna yang
dipercaya oleh masyarakat Okinawa. simbol-simbol inilah yang membuat patung shisa terlihat istimewa. Umumnya di sebelah kanan adalah patung yang bermulut terbuka
dan sebelah kiri adalah yang bermulut tertutup. Bentuk mulutnya yang seperti ini bukanlah suatu kebetulan, ini merupakan simbolisme ajaran Buddha. Patung yang
bermulut terbuka membentuk suara “a” atau あ
. sedangkan yang bermulut tertutup membentuk suara “un” atau
うん . Jika keduanya digabungkan akan membentuk kata a-
un. Huruf “a” merupakan huruf pertama, sedangkan “n” merupakan huruf terakhir dalam alfabet Jepang. Suara ini ini juga merupakan transliterasi Jepang dari bahasa
sansekerta “AHAM” dan “AUM” yang mengandung arti awal dan akhir dari segala sesuatu. Kedua kata ini juga seperti Sebuah analogi dari negara barat yang digambarkan
sebagai alpa dan omega. Patung shisa yang bermulut terbuka juga dipercaya untuk mengusir dan
menakut-nakuti roh-roh jahat yang ingin masuk ke dalam rumah si pemilik. Sedangkan yang bermulut tertutup dipercaya untuk menjaga agar roh-roh yang baik serta
keberuntungan tetap berdiam di dalam rumah. Patung yang bermulut terbuka dikatakan shisa jantan sedangkan yang bermulut tertutup merupakan shisa betina. Ada juga jenis
patung shisa yang salah satunya sambil memegang bola emas di kakinya. Objek melingkar ini adalah Tama
玉 , atau permata suci Buddha yang merupakan simbol
kebijaksanaan Buddha yang membawa cahaya untuk kegelapan dan memegang kekuasaan untuk memberikan keinginan.
Patung shisa ini bisa juga dikatakan sebagai jimat pelindung rumah bagi masyarakat Okinawa. Jimat adalah benda berenergi supranatural yang diyakini dapat
melindungi seseorang atau si pemilik dari suatu masalah. Jimat berasal dari bahasa portugis, fetitico dan berasal dari bahasa latin factitus berarti sesuatu yang berhubungan
dengan magis atau sesuatu yang ada pengaruh dan efeknya Soekahar, 2002:50. Sedangkan John M Gobay mengatakan bahwa jimat merupakan benda yang berkuasa
atau dianggap sakti atau berjiwa dapat menolak penyakit dan menyebabkan kebal 1999:60. Jimat bisa berupa benda-benda seperti batuan alam, patung, kayu bertuah,
koin, cincin, dan jenis hewan tertentu. Namun antara jimat dengan patung shisa terdapat perbedaan. Jika jimat sebelum
digunakan atau diberikan kepada si pemilik terlebih dahulu didoakan atau diberi jampi- jampi, hal ini tidak dilakukan pada patung shisa. Sejauh ini belum ada sumber yang
menjelaskan bahwa sebelum pemakaian, patung shisa di doakan terlebih dahulu. Namun beberapa cerita mitos rakyat Okinawa hanya mengatakan bahwa awal mulanya patung
ini diberikan oleh seseorang yang kemudian karna patung shisa ini telah menyelamatkan desa, dikeramatkan dan dijadikan sebagai pelindung desa. Seiring
perkembangan zaman akhirnya patung ini banyak digunakan oleh masyarakat Okinawa dan banyak dijual di toko-toko kerajinan di daerah ini.
Dahulu, fungsi shisa ini hanya berkaitan dengan religius atau kepercayaan yakni sebagai pelindung. Namun sekarang kebiasaan meletakkan patung ini sudah mengalami
perkembangan. Shisa sudah menjadi bagian dari artefak kebudayaan Okinawa. Bahkan juga menjadi simbol dari prefektur Okinawa. hal ini dikarenakan kebiasaan ini sudah
ada sejak dahulu dan masih terpelihara hingga saat ini. Maka tidak mengherankan jika
hampir disetiap sudut di daerah ini terdapat patung shisa. Selain itu, shisa juga diwujudkan ke dalam barang cendramata berbagai bentuk dan ukuran seperti gantungan
kunci, kalung, dan lain-lain. Dari perubahan-perubahan ini, bisa dilihat bahwa realita di zaman sekarang fungsi patung shisa tidak hanya dijadikan sebagai sebuah kepercayaan
atau religius tetapi juga sudah menjadi salah satu tradisi budaya dan ciri khas kebudayaan serta ikon dari daerah Okinawa.
2.2.2 Cerita- Cerita Mitos Okinawa Tentang Patung Shisa
Selain melalui sejarah, awal mula masuknya patung shisa ke Okinawa dan alasan shisa dijadikan sebagai pelindung juga diterangkan dalam cerita-cerita mitos
yang disebarkan dari mulut ke mulut. Mitos biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa,
dan sebagainya. Sedangkan mitologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai ilmu tentang sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci
mengenai kehidupan dewa dan mahluk halus dalam suatu kebudayaan. Seperti cerita prosa rakyat di dunia, cerita prosa di Jepang juga mengandung tipe
cerita tale type, dan motif cerita tale motif yang universal Danandjaja, 1997: 70. Jepang juga memiliki banyak cerita mitos, baik itu mengenai penciptaan dunia ini, para
dewa-dewa, binatang, mahluk ajaib, dan sebagainya. Menurut Danandjaja 1997: 70, istilah bahasa Jepang untuk mite mitos adalah
shinwa yang berarti “kisah mengenai para dewa”. Mitos Jepang merupakan gabungan tema-tema pribumi dan yang berasal dari daratan Asia Timur, yang mana tema ini
mendapat pengaruh dari buddhisme dan Taoisme. Referensi untuk menyusun mitologi
Jepang biasanya bersumber dari kojiki catatan mengenai hal-hal kuno yang ditulis pada abad 712 M, dan nihon shoki chronicle Jepang atau juga dikenal dengan nama nihongi,
ditulis pada abad 720 M. Mitologi Jepang dahulu dikenal sebagai folklor. Isi dari folklor ini hampir
seluruhnya berdasarkan pada cerita yang terdapat dalam kojiki, nihonshoki, dan fudoki dari berbagai prefektur yang ada di Jepang. Dengan kata lain, mitologi Jepang sebagian
besar bercerita tentang berbagai kami dewa penghuni Takamonohara Takamahara atau Takamagahara, dan hanya sedikit sumber literatur tertulis yang dijadikan sebagai
rujukan Crownia, 2003:1. Pada zaman Jepang kuno, setiap daerah diperkirakan memiliki sejenis
kepercayaan dalam berbagai bentuk folklor. Kemudian pada saat kekuasaan kekaisaran Yamato semakin luas, bermacam-macam kepercayaan ini diadaptasi menjadi
kumitsugami atau “dewa yang dipuja” yang bentuknya hampir seragam, dan semuanya dikumpulkan ke dalam mitologi takamanohara. Sementara itu, beberapa wilayah dan
penduduk yang sampai di abad berikutnya tidak berada dalam kekuasaan Yamato atau pemerintahan pusat Jepang. wilayah yang tidak dikuasai oleh Yamato ini memiliki
mitologi sendiri , seperti suku Ainu dan orang-orang yang berada di kepulauan ryukyu. Maka tak mengherankan jika mitologi Okinawa agak berbeda dengan mitologi Jepang.
Beberapa mitologi juga menceritakan tentang mahluk mitos atau mahluk legenda. Menurut Fabelwesen 1996, mahluk dalam legenda dan mitos banyak sekali, mahluk
ini hidup dalam cerita rakyat yang sering disebut sebagai “mahluk ajaib” dalam buku- buku sejarah. beberapa mahluk, seperti naga dan Griffin memiliki asal muasal dalam
mitologi tradisional mereka, dan dipercaya merupakan mahluk yang benar-benar ada.
Beberapa diantaranya berdasarkan kenyataan yang mungkin faktanya diputarbalikkan oleh kisah para pengembara seperti “Sayuran beranak dari Tartaria”.
Sebaliknya, beberapa mahluk yang keberadaaanya hanya dituturkan dari mulut ke mulut , kini dicari-cari dan ditentukan sebagai mahluk yang benar-benar ada seperti;
cumi-cumi raksasa. Di afrika penduduk kongo bercerita kepada para pelancong atau turis asal Eropa tentang keberadaan binatang yang wujudnya seperti perpaduan antara
zebra dan jerapah. Ketika para turis menganggap ini hanya cerita rakyat, pada tahun 1901 seorang peneliti yang bernama Sir Harry Johnston menemukan kulit sebuah
binatang sebagai bukti keberadaan mahluk tersebut, yang kini disebut okapi. Di Jepang, mitologi tentang binatang banyak sekali seperti anjing, rubah, burung, kucing, dan lain-
lain. Salah satunya adalah tentang patung Shisa yang ada di Okinawa. Berikut ini penulis akan menceritakan berbagai mitos dan cerita rakyat tentang patung ini.
Pada zaman dahulu, seorang utusan dari cina membawa hadiah untuk raja Ryukyu berupa sebuah kalung yang dihiasi dengan patung shisa. Sementara itu, desa
Madanbashi di daerah teluk Naha sedang diserang oleh naga laut yang memakan korban penduduk desa setempat serta menghancurkan harta benda milik warga. Suatu hari, raja
hendak mengunjungi desa itu dan ia melihat para penduduk yang ada di daerah itu berlari ketakutan untuk mencari persembunyian. Pendeta setempat sebelumnya telah
diberitahukan lewat mimpi untuk menginstruksikan sang raja agar berdiri di pantai dan mengangkat patung shisa miliknya ke arah naga tersebut. Lalu, pendeta tersebut
mengutus seorang anak laki-laki agar menyampaikan hal tersebut kepada raja. Raja yang mendengar hal tersebut segera melakukannya. Ketika ia mengangkat patung shisa
sangat tinggi ke arah naga, tiba-tiba suara raungan raksasa terdengar di seluruh desa.
Raungan yang begitu keras hingga mengguncangkan naga tersebut. Kemudian sebuah batu besar jatuh dari langit menghancurkan ekor naga itu. Sehingga, naga tersebut tidak
dapat bergerak dan akhirnya mati. Cerita lain datang dari desa Tomimori, yang terletak di sebelah selatan prefektur
Okinawa. Saat itu sering terjadi kebakaran di desa ini. Sehingga, penduduk setempat berniat mencari master Feng Shui untuk menanyakan apa penyebab seringnya terjadi
kebakaran di desa mereka. Sang master Feng Shui ini percaya bahwa hal itu terjadi karena di dekat gunung Yaese ada suatu kekuatan supranatural yang sangat besar. Lalu
ia menyarankan agar para penduduk membangun shisa batu untuk menghadapi kekuatan supranatural yang ada di gunung tersebut. dengan segera mereka
melakukannya. Ternyata cara ini berhasil karena sejak saat itu desa Tomimori terbebas dari kebakaran.
2.3 Tempat-tempat yang Terdapat Patung Shisa