Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang Masalah

Zaman Meiji 1868-1912 merupakan salah satu periode yang paling istimewa dalam sejarah negara Jepang. Pada masa inilah muncul restorasi meiji yaitu suatu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dibawah pimpinan kaisar Meiji untuk membuka diri dari dunia luar. Salah satu dampak positif dari kebijakan ini membawa Jepang bergerak maju sehingga hanya dalam beberapa dasawarsa saja mencapai pembentukan suatu bangsa yang modern yang memiliki perindustrian, lembaga- lembaga politik, pola masyarakat, serta pemikiran yang modern hingga saat ini. Namun, Jepang yang mendapatkan peringkat ketiga sebagai Negara maju di dunia ini memiliki keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan negara maju lainnya. Mereka masih memiliki kepercayaan terhadap hal-hal supranatural dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir seluruh orang Jepang memiliki jimat keberuntungan. Contoh lainnya, di dalam media massa seperti televisi banyak sekali jenis-jenis ramalan mulai dari ramalan cuaca, shio, golongan darah, dsb yang sangat laris diikuti masyarakat Jepang. Buku-buku mengenai paranormal menjadi bestseller dalam waktu singkat, dan semua majalah sekarang dicurahkan untuk membahas fenomena supranatural. Belum lagi mengenai bermacam-macam dewa yang ada di Jepang, serta pemujaan roh leluhur yang berupa kamidana 神 棚 rak dewa Shinto, butsudana 仏壇 rak dewa Buddha, dan ubusunagami 産土神 dewa daerah yang pada akhirnya dijadikan sebagai kepercayaan rakyat atau minkan shinkou 民 間 信 仰 Situmorang, 2013:28. Masyarakat Jepang juga masih mempercayai dan masih mempertahankan cerita rakyat seperti mitos atau mitologi. Walaupun sebagian masyarakat memandang mitos hanya sebagai cerita bohong, kepalsuan, takhayul, ataupun dongeng belaka, namun tidak bagi masyarakat Jepang. Bagi mereka, mitos justru memiliki peran yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari. Para ahli juga menganggap bahwa manusia baik perseorangan maupun sebagai kelompok, tidak dapat hidup tanpa mitos. “Mitos’’ seperti yang dikembangkan oleh para ilmuwan sosial, khususnya para antropolog, dipandang sebagai sesuatu yang diperlukan manusia untuk menjelaskan alam lingkungan di sekitarnya, juga sejarah masa lampaunya. Contoh nyata dari kepercayaan masyarakat Jepang terhadap mitos dapat dilihat pada masyarakat Okinawa. Di daerah ini terdapat mitos tentang sepasang patung berbentuk setengah singa dan setengah anjing yang dapat melindungi manusia. Patung tersebut diberi nama shisa. Saat berkunjung ke daerah Okinawa, akan terlihat bahwa hampir disetiap bangunan seperti rumah, toko, restoran, hotel, dan lainnya diletakkan sepasang patung ini. Hal inilah yang membuat Okinawa memiliki ciri khas tersendiri bila dibandingkan dengan daerah lain. Sudah menjadi suatu kebiasaan bagi masyarakat Okinawa untuk meletakkan patung shisa di depan atau atap rumahbangunan. Kebiasaan meletakkan patung ini bermula dari munculnya mitos-mitos yang mengatakan bahwa patung shisa memiliki kekuatan supranatural yang dapat melindungi si pemilik dari roh dan perbuatan jahat yang ingin masuk ke dalam rumah. Kemudian kebiasaan ini diwariskan secara turun-temurun sampai sekarang hingga shisa dijadikan sebagai salah satu artefak kebudayaan dan ikon daerah Okinawa. Shisa merupakan mahluk mitologis. Makhluk mitologis adalah makhluk yang keberadaannya dituturkan dalam kisah-kisah mitologis, legenda maupun fabel. Makhluk tersebut juga terkait dengan folklor suatu suku. Makhluk mitologis pada umumnya bersifat fantastis, baik bentuk maupun kemampuannya http:id.wikipedia.orgwikiMa khluk_mitologis. Jika dilihat dari segi bentuk, beberapa makhluk mitologis merupakan hibrida, yaitu gabungan dari dua binatang hewan mitologi atau lebih. Ciri khas ini juga ditemukan pada patung shisa yang bentuknya seperti gabungan antara anjing dan singa. Shisa atau yang dalam bahasa Jepang シ ー サ ー diperkirakan datang ke Okinawa dari negeri Cina pada abad ke 14. Mitos ini dipercaya oleh masyarakat Okinawa dan diteruskan dari generasi ke generasi. Sejak saat itu juga patung shisa memiliki arti penting yaitu dianggap sebagai pelindung bagi masyarakat Okinawa. Tidak hanya di Okinawa, pada masyarakat Jepang secara umum pun terdapat mahluk mitologi yang memiliki kesamaan bentuk dan juga dipercaya dapat melindungi, namun dengan nama yang berbeda yaitu komainu yang dalam huruf kanji ditulis 狛犬 . Jika dilihat sekilas, komainu dan shisa hampir serupa. Tetapi terdapat perbedaan antara keduanya. Jika shisa ada hampir disetiap bangunan dan rumah-rumah di Okinawa, komainu justru hanya dapat ditemukan pada pintu-pintu gerbang kuil shinto di Jepang. Selain itu, dari segi sejarah dan asal usul kemunculannya pun berbeda. Beberapa sumber mengatakan bahwa komainu berasal dari korea dikarenakan kanji dari 狛 adalah istilah kuno untuk semenanjung korea, dan ada juga yang mengatakan istilah itu mengandung arti berasal dari negara asing. Sedangkan 犬 adalah huruf kanji dari kata anjing. Seperti shisa, komainu juga diwujudkan dalam bentuk patung. Di negara Myanmar, Tibet, Korea, dan Asia timur lainnya juga terdapat patung yang berfungsi sebagai pelindung sama seperti shisa dengan nama dan variasi bentuk yang sedikit berbeda. Namun, diyakini hanya di daerah Okinawa yang diletakkan pada rumah-rumah warga dan bangunan komersial. Sedangkan di tempat atau negara lain biasanya hanya diletakkan di kuil dan istana kerajaan atau hanya dijadikan sebagai simbol otoritas istana kerajaan. Jika dilihat, topik ini sangat menarik untuk dibahas. Seperti yang telah dituliskan sebelumnya bahwa negara Jepang sudah banyak mengalami proses modernisasi dalam berbagai bidang sehingga menjadikannya sebagai negara yang maju. Secara langsung, daerah Okinawa juga tersentuh oleh proses modernisasi tersebut. Namun uniknya masyarakat okinawa masih mempertahankan dan mempercayai mitos-mitos tentang benda tertentu yang memiliki kekuatan supranatural dapat melindungi. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti “PANDANGAN MASYARAKAT OKINAWA TERHADAP PATUNG SHISA”

1.2 Rumusan Masalah