payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni colostrum dikeluarkan dari payudara.
2.3 Adaptasi Psikologis Pasca Salin
Periode pasca salin menggambarkan suatu waktu stress emosional bagi ibu baru dan menjadi lebih sulit dengan perubahan fisiologis besar yang terjadi. Adaptasi
psikologis setelah melahirkan menurut Rubin 1997, dalam Stright, 2004; Maryuni, 2009 mengatakan bahwa ibu akan melalui fase taking-in, taking-hold,letting-go.
Penjelasan dari fase-fase ini dapat diperjelas sebagai berikut : a. Fase taking-in
Fase ini merupakan periode ketergantungan dimana ibu mengharapkan segala kebutuhannya dipenuhi orang lain. Fase ini berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan,
ibu biasanya lebih mudah tersinggung dan cenderung bersifat pasif terhadap lingkungannya disebabkan faktor kelelahan; energi difokuskan pada perhatian
tubuhnya. Ibu akan sering mengulang kembali pengalaman persalinan dan melahirkan.
b. Fase taking-hold Fase ini berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan, ibu menaruh perhatian
pada kemampuannya untuk menjadi orangtua yang berhasil dan menerima peningkatan tanggung jawab terhadap bayinya. Ibu berfokus pada pengembalian
kontrol terhadap fungsi tubuhnya, fungsi usus, kandung kemih, kekuatan, dan daya tahan. Ibu juga berusaha untuk terampil dalam perawatan bayi baru lahir misalnya,
memeluk, menyusui ASI atau dengan botol, memandikan, atau mengganti popok. c. Fase letting-go
Fase ini umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah. Ibu sudah menerima tanggung jawabnya untuk merawat bayinya dan ibu sudah harus mampu
beradaptasi terhadap kebutuhan ketergantungan bayinya dan beradaptasi terhadap penurunan otonomi, kemandirian dan interaksi sosial.
3. Konsep Air Susu Ibu ASI 3.1 Defenisi
Air Susu Ibu ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi bayi Kristiyanasari, 2009. Produksi ASI adalah proses mengeluarkan hasil, penghasilan ASI KBBI,
2005. Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan hormon Kari, dalam Soetjiningsih 1997 ; Thompson,
1995.
3.2 Fisiologi Laktasi
Fisiologi Laktasi Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan Ambarwati Wulandari,
2008. Refleks maternal yang berperan dalam proses laktasi adalah refleks produksi
dan refleks pengeluaran ASI. Refleks tersebut responsif terhadap kekuatan yang mengatur laktasi, yaitu isapan. Keduanya melibatkan hormon prolaktin, yang
merangsang produksi air susu, dan oksitosin, yang berperan dalam ejeksi penyemprotan air susu Anhari dkk, 1994 ; Coad Dunstall, 2006.
Selama kehamilan,hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi
Suradi Tobing, 2004. Hambatan diproduksinya ASI menghilang setelah kelahiran dan pengeluaran plasenta, saat kadar progesteron turun praktis Lewellyin,
D.J, 2005; Saryono Pramitasari, 2008.
Setiap kali bayi menghisap payudara, akan merangsang ujung saraf sensoris di sekitar payudara sehingga merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk
menghasilkan prolaktin. Prolaktin akan masuk ke peredaran darah kemudian ke payudara sehingga menyebabkan sel sekretori di alveoli menghasilkan ASI
Christine Jones, 2005. Hormon prolaktin diproduksi oleh kelenjar hipofisis anterior. Prolaktin akan
berada di peredaran darah selama 30 menit setelah bayi menyusu, sehingga prolaktin dapat merangsang payudara menghasilkan ASI untuk konsumsi berikutnya,
sedangkan untuk konsumsi pada saat sekarang, bayi meminum ASI yang sudah ada yaitu yang disimpan pada sinus laktiferus Roesli Yohmi, 2008.
Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari sinus laktiferus makin banyak produksi ASI. Dengan kata lain, makin sering bayi menyusu makin banyak ASI
diproduksi. Sebaliknya makin jarang bayi menghisap, makin sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika bayi berhenti menghisap maka payudara akan berhenti
menghasilkan ASI King,1991 ; Danuatmaja Meiliasari, 2003 ; Lewellyin, D Jones, 2005 ; Roesli Yohmi, 2008.
Hormon prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari, sehingga menyusui pada malam hari dapat membantu mempertahankan produksi ASI. Prolaktin juga
akan menekan ovulasi fungsi indung telur untuk menghasilkan sel telur, sehingga menyusui secara eksklusif akan memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan
haid, karena itu, menyusui pada malam hari penting untuk tujuan menunda kehamilan Newman Pitman, 2008 ; Roesli Yohmi, 2008.
Hormon oksitosin diproduksi oleh kelenjar hipofisis posterior. oksitosin dihasilkan bila ujung saraf di sekitar payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin
akan dialirkan melalui darah menuju payudara yang akan merangsang kontraksi otot