rendah BBLR mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi dengan berat lahir normal 2500 gr.
Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI Ambarwati Wulandari, 2009.
c. Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intake ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur umur kehamilan kurang dari 34 minggu sangat lemah dan tidak
mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur
dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ Aritonang, 2007.
d. Faktor psikologis
Keadaan psikologis ibu mempengaruhi pengeluaran ASI. Pikiran dan perasaan seorang ibu sangat mempengaruhi refleks let down yaitu refleks yang
berperan dalam pengeluaran ASI. Keadaan psikologis ibu yang dapat meningkatkan produksi hormon oksitosin antara lain peraaan dan curahan kasih saying ibu terhadap
bayinya, mendengar celotehan atau tangisan bayi, memikirkan bayi dan ibu merasa tenang. Sedangkan keadaan yang dapat mengurangi produksi hormon oksitosin
adalah rasa sedih, marah, kesal atau bingung, cemas terhadap perubahan bentuk payudara dan bentuk tubuh, meninggalkan bayi karena harus bekerja, takut ASI tidak
mencukupi kebutuhan bayi dan adanya rasa sakit terutama saat menyusui Derek jones, 2005.
e. Konsumsi rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan
adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi Lyon,1983; Matheson, 1989 menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan
penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung. Bayi dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al. 1982
mengemukakan bahwa ibu yang merokok lebih dari 15 batang rokokhari mempunyai prolaktin 30-50 lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah
melahirkan dibanding dengan yang tidak merokok Arifin, 2004. f.
Konsumsi alkohol Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu
merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan
merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 grkg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62 dari normal, dan dosis 0,9-1,1 grkg
mengakibatkan kontraksi rahim 32 dari normal Matheson, 1989 dalam Arifin 2004.
g. Pil kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume ASI Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986 dalam
ACCSCN, 1991, sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI WHO Task Force on Oral Contraceptives, 1988
dalam ACCSCN, 1991 dalam Arifin, 2004.
3.3.2 Kualitas ASI
Menurut Anhari 1994 dan Depkes 2006, kualitas Asi atau mutu dari Asi pada saat ibu menyusui bayinya dapat dilihat dari status gizi ibu, penggunaan obat-
obatan selama menyusui. Adapun penjelasannya sebagai berikut : a.
Status gizi ibu Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah asupan pangan
aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi. Perubahan status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak positif, netral, atau negatif
terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang, kadar zat gizi dalam ASIdan volume ASI tidak berubah. Zat gizi untuk sintesis ASI diambil dari cadangan
ibu atau jaringan ibu. Hanya pada kasus yang sangat ekstrim, status gizi ibu mempunyai pengaruh yang merugikan bagi produksi ASI Anhari,dkk, 1994.
b. Penggunaan obat-obatan selama masa menyusui
Hampir semua obat yang diminum ibu menyusui terdeteksi di dalam ASI dan umumnya berada dalam konsentrasi rendah. Konsentrasi obat dalam darah ibu akan
ditransfer ke dalam ASI. Kadar puncak obat di dalam ASI adalah sekitar satu sampai tiga jam setelah ibu meminum obat. Hal ini dapat dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan agar ibu tidak memberikan ASI pada kadar puncak. Bila ibu menyusui tetap harus meminum obat yang potensial toksik terhadap bayinya maka untuk
sementara ASI tdak diberikan tetapi tetap harus dipompa. ASI dapat diberikan kembali setelah tubuh bersih dari obat dan ini dapat diperhitungkan setelah lima kali
waktu paruh obat Depkes, 2008.
3.4 Pengukuran Produksi ASI
Produksi ASI adalah Proses mengeluarkan hasil, penghasilan ASI KBBI, 2005. Produksi ASI dapat diukur melalui kualitas proses menyusui dan
kuantitasnya. Untuk mengetahui banyaknya kuantitas produksi ASI, beberapa kriteria dapat digunakan sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau
tidak Suraatmaja, dalam Soetjiningsih, 1997 yaitu: 1. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting.
2. Sebelum disusukan payudara terasa tegang. 3. Jika ASI cukup, setelah bayi menyusu bayi akan tertidurtenang selama 3-4 jam.
4. Bayi BAK 6-8 kali dalam satu hari. 5. Bayi paling sedikit menyusu 8-10 kali dalam 24 jam.
6. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI. 7. Ibu dapat merasakan rasa seperti diperas pada payudara ketika bayi menyusu.
8. Urin bayi biasanya kuning pucat. Menurut BK-PP-ASI yang bekerja sama dengan WHO dan UNICEF 2003,
penilaian proses menyusui berdasarkan kualitas adalah dengan Observasi Breast merangkak mencari payudara, yaitu body position, responses, emotional bounding,
anatomy, sucking, time spent sucking. Adapun penjelasannya sebagai berikut : 1.
Body position Aspek yang dinilai adalah :
a. Ibu santai dan nyaman.
b. Badan bayi dekat dengan ibu, menghadap payudara.
c. Kepala dan badan bayi lurus
d. Dagu menyentuh payudara.
e. Bagian belakang bayi ditopang
2. Responses respon
Aspek yang dinilai adalah : a.
Bayi mencari payudara ketika lapar b.
Ada refleks rooting
c. Bayi mencari payudara dengan lidah.
d. Bayi tenang dan siaga pada payudara.
e. Bayi tetap melekat pada payudara.
f. Tanda-tanda pengeluaran susu menetes, after pain.
3. Emotional bounding ikatan emosi
Aspek yang dinilai adalah : a.
Pelukan yang mantap dan percaya diri. b.
Perhatian dan tatap muka dari ibu. c.
Banyak sentuhan atau belaian dari ibu. 4.
Anatomy anatomi Aspek yang dinilai adalah :
a. Payudara lembek setelah menyusui.
b. Puting menonjol keluar dan memanjang.
c. Kulit tampak sehat.
d. Payudara tampak membulat sewaktu menyusui
5. Sucking mengisap
Aspek yang dinilai adalah : a.
Mulut terbuka lebar. b.
Bibir bawah membuka lebar. c.
Lidah berlekuk di sekitar payudara. d.
Pipi membulat. e.
Lebih banyak areola di atas mulut bayi. f.
Menghisap pelan dan dalam, diselingi istirahat. g.
Melihat atau mendengar bayi menelan 6.
Time spent sucking lamanya menghisap Aspek yang dinilai adalah :
a. Bayi melepaskan payudara.
b. Bayi menghisap selama beberapa menit.