terakhirnya SMA sebanyak 33,3 ibu postpartum, sementara pada ibu dengan pendidikan terakhirnya Perguruan Tinggi hanya memiliki 23,3 ibu postpartum.
5.1. 2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah uji statistik yang dipergunakan untuk menganalisa pengaruh antara variabel independen rooming-in dengan variabel dependen
produksi ASI sebagai berikut :
5.5 Tabel Silang Rooming-in dengan Kuantitas Produksi ASI pada
Ibu Postpartum di RSU Fajar Medan Polonia Tahun 2015 Produksi ASI
Rooming-in Kurang
Cukup Jumlah
ρ
F F
F Tidak
rooming-in 9
30 4
13,3 13
43,3 0, 008
Rooming-in 3
10 14
46,7 17
56,7 Total
12 40
18 60
30 100
Hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan bahwa nilai
ρ
= 0,008
ρ
0,005 artinya ada pengaruh rooming-in terhadap produksi ASI pada ibu
postpartum di RSU Fajar Medan Polonia Tahun 2015.
5. 2 Pembahasan 5.2.1 Pengaruh Rooming-in Terhadap Kuantitas Produksi ASI pada Ibu
Postpartum
Dari tabel 5.5 diketahui bahwa ibu yang tidak melaksanakan rooming-in memiliki produksi ASI dengan kuantitas yang kurang sebanyak 30 sedangkan pada
ibu dengan rooming-in hanya 10 ibu postpartum yang memiliki produksi ASI dengan kuantitas kurang.
Dari hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan bahwa nilai
ρ
0,05 yaitu 0,008 artinya ada pengaruh rooming-in terhadap Kuantitas Produksi ASI pada
Ibu Postpartum di RSU Fajar Medan Tahun 2015.
Dari hasil penelitian ini terdapat ibu dengan umur 20-30 tahun yang melaksanakan rooming-in memiliki kuantitas cukup sebanyak 33,3 ibu postpartum
dan ibu dengan umur 30 tahun sebanyak 13,3 ibu postpartum, sementara pada ibu yang masih muda dengan umur 20 tahun tidak ada yang memiliki kuantitas
cukup. Hal ini dikarenakan ibu usia muda akan cenderung untuk tidak memberikan ASI, karena takut bentuk payudara akan rusak apabila menyusui dan kecantikannya
akan hilang, serta takut ditinggalkan oleh pergaulan teman sebayanya sedangkan ibu yang berhasil menyusui anak sebelumnya, dengan pengetahuan dan pengalaman cara
pemberian ASI secara baik dan benar akan menunjang laktasi berikutnya. Hasil penelitian berdasarkan paritas yang melaksanakan rooming-in dengan
kuantitas cukup lebih banyak dijumpai pada ibu secondipara sebanyak 20 dari 26,7 ibu postpartum, dan pada multipara semua yang melaksanakan rooming-in
memiliki kuantitas cukup sebanyak 16,7 ibu postpartum, tetapi 20 pada ibu multipara yang tidak melakukan rooming-in terdapat 13,3 ibu postpartum memiliki
kuantitas cukup. Hal ini dikarenakan pengalaman ibu yang sudah memiliki anak banyak mempengaruhi kelancaran produksi ASI.
Hasi penelitian berdasarkan pendidikan terakhir yang melaksanakan rooming- in dengan kuantitas cukup lebih banyak dijumpai pada ibu berpendidikan terakhir
SMA sebanyak 26,7 dari 33,3 ibu postpartum yang melaksanakan rooming-in, dan pada ibu dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi yang melaksanakan
rooming-in sebanyak 10 ibu postpartum semua memiliki kuantitas produksi ASI cukup. Hal ini dijelaskan bahwa kuantitas produksi ASI ibu yang berpendidikan
rendah tidak memiliki perbedaan dengan ibu yang berpendidikan tinggi. Tujuan rooming-in adalah agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin
kapan saja dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang