Klausa Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

menyumbangkan kekayaannya bagi kepentingan keluarga matrilinealnya, sehingga ia berbeda dari mamaknya. 2. Ceritanya dianggap berlaku pada masa lampau yang dekat, akhir abad 19 atau permulaan abad 20. Ia bercerita tentang manusia biasa, tanpa kekuatan supranatural. Perbedaan kaba klasik dan tidak klasik adalah kaba klasik mungkin dapat ditemui dalam bentuk naskah atau dalam bentuk tradisi lisan. Tapi tak demikian halnya dengan kaba tak klasik yang ditemui dalam bentuk bercetak. Contoh kaba klasik adalah Cindue Mato, Anggun Nan Tungga, Manjau Ari, Malin Deman, Umbuik Mudo, Sabai Nan Aluih, dll. Contoh kaba tak klasik adalah Amai Cilako, Siti Nurlela, dan Siti Mariam.

2.7. Klausa

Menurut pandangan LFS, dalam Saragih 2001:3 klausa adalah unit tata bahasa yang tertinggi dan sempurna, karena klausa sekaligus membawa ketiga metafungsi bahasa. Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata – kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai subjek, sebagai predikat, dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi klausa ini, fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib. Hal tersebut dapat dilihat dalam contoh: Universitas Sumatera Utara 1. kamar mandi 2. adik mandi Maka dapat dikatakan konstruksi kamar mandi bukanlah sebuah klausa karena hubungan komponen kamar dan komponen mandi tidaklah bersifat predikatif. Sebaliknya, konstruksi adik mandi adalah sebuah klausa karena hubungan komponen adik dan komponen mandi bersifat predikatif; adik adalah pengisi fungsi subjek dan mandi adalah pengisi fungsi predikat. Dari semua unit bahasa morfem, kata, frase grup, dan klausa, hanya klausa yang sekaligus merealisasikan aksi bersamaan dengan arti lain paparan dan perangkaian sehingga dapat dikatakan klausa adalah unit tata bahasa yang secara lengkap merealisasikan makna paparan, pertukaran dan perangkaian sekaligus. Klausa bersifat multifungsi dengan pengertian satu klausa dapat dianalisis dari berbagai segi.

2.8 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kajian pada penelitian ini sebagai berikut. 1. Syifa Asriany 2003 dalam tesis “Modalitas pada Cerita Rakyat Karo Seri Turi-Turin Karo Beru Dayang Jile-Jile Suatu Kajian Fungsional Sistemik” melakukan penelitian modalitas pada cerita rakyat karo. Penelitian ini mendeskripsikan pemakaian modalitas pada cerita tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori LFS oleh Halliday 1994 dan Universitas Sumatera Utara Saragih 2001 yang menyatakan bahwa modalitas adalah pandangan, pendapat pribadi atau komentar pemakai bahasa terhadap paparan pengalaman yang disampaikannya dalam interaksi berupa kemungkinan atau keharusan. Modalitas terdiri atas modalisasi dan modulasi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa cerita rakyat karo menggunakan modalitas. Selanjutnya jenis modalitas yang paling dominan digunakan adalah jenis modalitas modulasi yang bersifat subjektif dengan tingkat keseringan kemunculan modalitas yang tinggi terdapat pada jenis cerita turi – turin padan pengindo TTPP. 2. Meisuri 2009 dalam jurnal “ Penggunaan Modalitas dalam Bahasa Minangkabau” melakukan penelitian modalitas pada bahasa masyarakat Minangkabau. Penelitian ini mendeskripsikan empat bentuk modalitas di dalam penggunaannya dalam bahasa Minangkabau, serta apakah terdapat unsur lain dari modalitas yang dianggap penting di dalam bahasa Minangkabau. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Semantis menurut Bloomfield 1933 yang menyatakan bahwa modalitas merupakan salah satu fenomena kesemestaan bahasa, dan ini berarti bahwa setiap bahasa alami pasti mempunyai unsur-unsur leksikal dalam tuturannya, meskipun masih tetap terdapat ciri – cirri khusus modalitas pada bahasa yang berlainan. Modalitas dibagi menjadi 4 jenis yaitu intensional, epistemik, deontik, dan dinamik. Kajiannya pada buku – buku teks. Datanya diambil dari 4 empat orang responden, dan hasilnya adalah kata tugas pembantu modal Universitas Sumatera Utara mengandung makna sikap penutur terhadap sesuatu kejadian atau keadaan. Modalitas waktu “KALA” yang menggambarkan tahapan waktu terjadinya peristiwa dan keadaan dengan penggunaan pemarkah leksikal seperti ‘ka’, ‘sadang’, ‘alah’ dan ‘alun’. 3. Nilzami 2009 dalam jurnal “Modalitas dalam Bahasa Minangkabau”. Penelitian ini mengkaji apakah bahasa Minangkabau mempunyai pengungkap modalitas yang berkaitan dengan subkategori modalitas intensional, epistemik, deontik dan dinamik. Teori yang digunakan yaitu teori semantis menurut Quirk et al dan Perkins yang menghubungkan modalitas boulomaik dengan kaidah psikologis yang dianggapnya merupakan bagian dari hukum alam berdasarkan pada subkategorisasi modalitas itu juga menyangkut disposisi terhadap keberlangsungan peristiwa non aktual . Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan mengumpulkan data dengan mencatat dari interview informan yang bahasa ibunya Bahasa Minangkabau dan juga disertai dengan kajian pustaka. Maka hasilnya dapat ditemukan bahwa modalitas adalah cakupan terminologi pada penutur yang memungkinkan penutur atau pembicara untuk mengekspresikan tataran yang berbeda-beda dari komitmen atau keyakinan pada suatu proposisi yang diucapkannya. Bentuk yang menggambarkan modalitas dari sikap pembicara dengan mensubkategorisasikan modalitas yaitu modalitas intensional, modalitas epistemik, modalitas deontik, modalitas dinamik. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah suatu penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data yang diperoleh sebagai bahan analisis adalah bentuk kepustakaan. Menurut Surakhmad 2000:147, “Metode deskriptif membicarakan beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah aktual, dengan jalan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasikannya, menganalisis dan menginterpretasikannya.” Jadi, metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang memecahkan masalah dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikannya, menganalisis serta menginterpretasikannya. Tujuan dari metode deskriptif ini adalah untuk mengetahui modalitas yang dominan serta fungsinya pada setiap cerita tersebut.

3.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah data tertulis yang merupakan teks naskah Kaba Minangkabau Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang, Episode : Ke Balai Nan Kodo Baha dalam Rosyadi, dkk yang diterbitkan oleh Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai – Nilai Budaya Pusat, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta 1995. Yang terdiri dari 1368 klausa dengan jumlah modalitas sebanyak 897. Universitas Sumatera Utara