Kaba Kabar TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Kaba Kabar

Menurut Junus 1984:17 Kaba berbentuk prosa lirik. Bentuk ini tetap dipertahankan bila ia diterbitkan dalam bentuk buku. Kaba merupakan jenis sastra lisan Minangkabau yang berkembang dan dikenal oleh masyarakat. Pengertian kaba itu sendiri adalah cerita. Sebagai sastra lisan, kaba penyampaiannya diiringi dengan instrumen musik tradisional, seperti puput, seruling, gendang, rebab dan dulung. Akibat penyampaian secara lisan ini, tidak jarang isi ceritanya menjadi bervariasi. Kesatuan Kaba bukan kalimat dan bukan baris. Kesatuannya ialah pengucapan dengan panjang tertentu yang terdiri dari dua bagian yang berimbang. Keduanya dibatasi oleh caessura ’pemenggalan puisi’ Keadaan ini dapat terlihat pada contoh berikut. lamolah maso antaronyo bahimpun urang samonyo hino mulie miskin kayo bahimpun lareh nan panjang Menurut Rosyadi, dkk 1995:6 Bakaba merupakan perangkat adat Minangkabau yang memiliki peranan yang sangat penting, karena ia bukan hanya sekedar karya seni seni vokal dan sastra, melainkan ia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari struktur adat dan budaya Minangkabau itu sendiri, dan menjadi media transformasi nilai – nilai budaya Minangkabau. Di dalam pergelaran, kaba tersebut disajikan dalam suasana reatrikal, sehingga dapat memberi nilai keindahan dan kenikmatan yang tidak akan dijumpai kalau dibaca dari buku. Kemampuan pemain instrumen dan keahlian tukang kaba dalam memberikan penekanan tertentu menciptakan suasana estetik tersendiri. Universitas Sumatera Utara Dari segi isi, pada umumnya kaba bertolak dari mitos, namun pada perkembangan selanjutnya kaba mempersoalkan kenyataan hidup yang ditemukan dalam masyarakat sehari-hari, seperti masalah perkawinan, ketidaksetiaan, harta pusaka dan ketidakadilan. Contohnya Kaba Bujang Paman 1963 berhubungan dengan peristiwa yang benar – benar terjadi di Koto Anau, Solok. Kaba Siti Mariam 1962 tentang peristiwa yang terjadi antara Bukittinggi dan Medan, dsb.Bahasa kaba tidak sama dengan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau. Kaba menggunakan gaya bahasa yang lazim disebut prosa liris atau prosa berirama. Disamping sebagai hiburan, dengan pengantar yang berbentuk pantun, tukang kaba mengisyaratkan tujuan penyampaian kaba kepada para pendengar dan pembaca yakni sebagai pedoman hidup. Ada dua kelompok kaba, yang klasik dan tak klasik. Kaba klasik mempunyai ciri berikut : 1. Ceritanya mengenai perebutan kuasa antara dua kelompok, satu darinya adalah orang dari luar bagi suatu kesatuan keluarga. 2. Ceritanya dianggap berlaku pada masa lampau yang jauh, tentang anak raja dengan kekuatan supranatural. Sedangkan kaba tak – klasik mempunyai ciri yang lain lagi, yaitu : 1. Bercerita tentang seorang anak muda yang pada mulanya miskin, tapi karena usahanya dalam perdagangan ia berubah menjadi seorang yang kaya. Ia dapat Universitas Sumatera Utara menyumbangkan kekayaannya bagi kepentingan keluarga matrilinealnya, sehingga ia berbeda dari mamaknya. 2. Ceritanya dianggap berlaku pada masa lampau yang dekat, akhir abad 19 atau permulaan abad 20. Ia bercerita tentang manusia biasa, tanpa kekuatan supranatural. Perbedaan kaba klasik dan tidak klasik adalah kaba klasik mungkin dapat ditemui dalam bentuk naskah atau dalam bentuk tradisi lisan. Tapi tak demikian halnya dengan kaba tak klasik yang ditemui dalam bentuk bercetak. Contoh kaba klasik adalah Cindue Mato, Anggun Nan Tungga, Manjau Ari, Malin Deman, Umbuik Mudo, Sabai Nan Aluih, dll. Contoh kaba tak klasik adalah Amai Cilako, Siti Nurlela, dan Siti Mariam.

2.7. Klausa