Linguistik Fungsional Sistemik LFS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Linguistik Fungsional Sistemik LFS

Linguistik Fungsional Sistemik LFS atau yang sering disebut dengan pendekatan sistemik dikenal sebagai penyedia kerangka deskriptif dan penafsiran yang sangat berguna untuk memandang bahasa sebagai sumber daya strategis dan pemberi makna. Dalam perspektif LFS bahasa adalah sistem arti dan sistem lain sistem bentuk dan ekspresi untuk merealisasikan arti tersebut. Persepsi LFS adalah bahasa diperlukan manusia untuk melakukan tiga fungsi, yakni menggambarkan, mempertukarkan, dan merangkai pengalaman. Ketiga fungsi ini merupakan hakikat hidup dan kebutuhan manusia normal. Pada dasarnya dalam Perspektif LFS bahasa adalah sistem arti dan sistem lain sistem bentuk dan ekspresi untuk merealisasikan arti tersebut. Dua konsep dasar teori LFS adalah : a. Bahasa merupakan fenomena sosial yang terwujud sebagai semiotik sosial, b. Bahasa merupakan teks yang konstrual saling menentukan dan merujuk dengan konteks sosial. Para pakar linguistik sistemik memiliki minat dan perhatian bagaimana orang memakai bahasa untuk berinteraksi satu sama lain dalam kehidupan sosial. Minat ini mendorong para pakar linguistik untuk mengajukan teori tentang bahasa yaitu Universitas Sumatera Utara Pemakaian bahasa bersifat fungsional, fungsinya ialah untuk memberi makna – makna , makna – makna tersebut dipengaruhi oleh konteks sosial budaya. Dan proses pemakaian bahasa merupakan proses semiotik, yaitu proses pemberian makna dengan cara memilih. Dari teori diatas dapat disimpulkan menjadi empat aspek yaitu fungsional, semantik, kontekstual, dan semiotik. Sedangkan Pendekatan sistemik terhadap bahasa yang bersifat fungsional disebabkan dua hal antara lain. 1. Sebab Pendekatan sistemik selalu menanyakan hal – hal yang bersifat fungsional tentang bahasa : teori sistemik menanyakan bagaimana orang menggunakan bahasa. 2. Sebab Pendekatan sistemik menafsirkan sistem linguistik secara fungsional : pakar sistemik menanyakan bagaimana bahasa disusun untuk dipakai?. Konsep fungsional dalam LFS memiliki tiga pengertian yang saling berhubungan. Pertama, pengertian fungsional menurut LFS adalah bahasa terstruktur berdasarkan fungsi yang akan dimainkan oleh bahasa dalam kehidupan manusia. Hal ini disebut fungsional berdasarkan tujuan pemakaian bahasa, yang kedua adalah metafungsi bahasa, yakni fungsi bahasa dalam pemakaian bahasa. LFS merumuskan bahwa fungsi bahasa dalam kehidupan manusia mencakupi tiga kategori, seperti telah diuraikan terdahulu, yaitu 1 memaparkan pengalaman yang diistilahkan sebagai fungsi ideasional ideational function, 2 mempertukarkan pengalaman yang diistilahkan sebagai fungsi antarpersona interpersonal function, dan 3 merangkai Universitas Sumatera Utara pengalaman yang diistilahkan sebagai fungsi tekstual textual function. Yang ketiga dalam LFS dikatakan bahwa setiap unit bahasa adalah fungsional terhadap unit yang lebih besar, yang di dalamnya unit itu menjadi unsur. Dengan pengertian fungsional ketiga ini ditetapkan bahwa morfem fungsional di dalam kata, kata fungsional dalam grup atau frase, grup atau frase fungsional dalam klausa, dan klausa menjadi unsur fungsional dalam klausa kompleks. LFS sebagai bagian dari pendekatan linguistik fungsional melihat bahasa sebagai fenomena sosial, berkait dengan sosiologi dan hanya dipahami dalam konteks sosial. Semiotik sosial menganalisis bahasa, wacana atau teks merupakan sebuah aktivitas semiotik. Semiotik pemakaian bahasa terdiri dari semiotik denotatif dan semiotik konotatif. Semiotik denotatif memiliki arti dan bentuk. Dalam pemakaian bahasa semiotik denotatif terbentuk dalam hubungan antar strata level aspek bahasa yang terdiri atas arti semantics, tata bahasa lexicogrammar, dan bunyi phonology atau tulisan graphology. Semiotik denotatif bahasa menunjukan bahwa arti direalisasikan oleh bentuk yang selanjutnya direalisasikan oleh ekspresi. Semiotik denotasi bahasa menunjukan bahwa semantik direalisasikan tata bahasa dan tatabahasa direalisasikan oleh bunyi fonologi dalam bahasa lisan atau tulisan grafology dalam bahasa tulisan. Semiotik konotatif hanya memiliki arti dan tidak memiliki bentuk. Dalam pemakaian bahasa semiotik konotatif terdapat dalam hubungan bahasa dengan konteks sosial yang terdiri atas ideologi, konteks budaya context of culture dan Universitas Sumatera Utara konteks sosial register. Sebagai semiotik konotatif, konteks sosial membentuk strata dengan ideologi menempati strata tertinggi yang memiliki sifat abstrak dan kemudian diikuti oleh budaya dan konteks situasi. Semiotik konotatif pemakaian bahasa menunjukan bahwa ideologi tidak memiliki bentuk dan meminjam budaya sebagai bentuknya. Ideologi direalisasikan oleh budaya yang juga tidak memiliki bentuk dan budaya direalisasikan oleh konteks situasi. konteks situasi meminjam semiotik yang berada dibawahnya yaitu bahasa. Bahasa sebagai semiotik sosial adalah bahasa berfungsi di dalam konteks sosial atau bahasa fungsional di dalam konteks sosial. Kajian LFS difokuskan pada teks. Teks adalah unit arti dan wujud sebagai hasil interaksi dalam konteks sosial. LFS juga memberi perhatian yang seimbang terhadap arti dan bentuk. Hal ini terjadi karena ’arti’ harus direalisasikan oleh bentuk. Artinya ‘arti’ dapat direalisasikan bunyi, kata, frase, klausa atau kalimat. Dalam perspektif LFS bahasa berfungsi atau fungsional di dalam konteks sosial. Ada tiga pengertian yang terdapat dalam konsep fungsional yaitu : 1. Bahasa terstruktur sesuai dengan kebutuhan manusia akan bahasa. 2. Fungsi bahasa dalam kehidupan manusia mencakup tiga hal, yaitu memaparkan atau menggambarkan, mempertukarkan dan merangkaikan pengalaman manusia. Ketiga fungsi ini disebut metafungsi bahasa. Masing – masing fungsi menentukan struktur bahasa atau tata bahasa. Dengan demikian, tata bahasa merupakan teori penglaman manusia yang mencakup teori paparan, pertukaran, dan organisasi makna. Universitas Sumatera Utara 3. Setiap unit bahasa adalah fungsional terhadap unit yang lebih besar maksudnya unit – unit nomina, verba, adverbia, preposisi atau unit lainnya berfungsi dalam tugasnya masing – masing untuk membangun klausa. Konteks pemakaian bahasa dibatasi sebagai segala sesuatu yang berada di luar teks atau pemakaian bahasa. Konteks mengacu kepada segala sesuatu yang mendampingi teks. Dalam perspektif LFS konteks mencakup dua pengertian yakni 1konteks linguistik yang disebut konteks internal, 2 konteks sosial konteks eksternal. Jadi LFS tidak hanya suatu teori untuk analisis tertentu, tetapi merupakan satu kerangka teori linguistik umum yang dapat digunakan untuk melakukan analisis mulai dari tataran fonologi sampai tataran di atas wacana.

2.2 Analisis Wacana