Kredit macet bagi bank merupakan persoalan serius. Ada dua alasan yang dapat dikemukakan, yaitu pertama karena dana bank berasal dari masyarakat,
dan kedua karena kredit macet mengakibatkan bank kekurangan dana sehingga mempengaruhi kegiatan usaha bank. Bank yang terganggu
kesehatannya akan sulit melayani permintaan nasabah, seperti permohonan kredit, penarikan tabungan, dan deposito. Keadaan yang demikian akan
mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap bank sehingga menjadi berkurang. Bahkan dapat terjadi lebih dari itu, izin usaha bank dicabut
pemerintah dan dilikuidasi.
C. Tindakan Hukum Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Macet
Kredit macet, merupakan bentuk dari kredit bermasalah atau non performing loan yaitu suatu risiko yang terkandung dalam setiap pemberian kredit oleh Bank.
Risiko tersebut berupa keadaan dimana kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya. Kredit bermasalah atau non performing loan dalam perbankan, dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya ada kesengajaan dari pihak – pihak yang terlibat dalam proses kredit, kesalahan prosedur pemberian kredit, atau
disebabkan oleh faktor lain seperti faktor makroekonomi. Kredit dikategorikan sebagai kredit bermasalah atau non performing loan
NPL tersebut adalah apabila kualitas kredit tersebut tergolong pada tingkat kolektibilitas kurang lancar, diragukan, atau macet. Untuk kredit – kredit
bermasalah yang bersifat nonstrukutural, pada umumnya dapat diatasi dengan langkah – langkah restrukturisasi berupa penurunan suku bunga kredit,
Universitas Sumatera Utara
perpanjangan jangka waktu pengurangan tunggakan bunga kredit, pengurangan tunggakan pokok kredit, penambahan fasilitas kredit, dan atau konversi kredit
menjadi penyertaan sementara. Sedangkan untuk kredit – kredit bermasalah yang bersifat struktural, pada umumnya tidak dapat diselesaikan dengan restrukturisasi
sebagaimana kredit bermasalah yang bersifat nonstruktural, melainkan harus diberikan pengurangan pokok kredit haircut sebagaimana ditentukan oleh
Peraturan Bank Indonesia No. 7 2 PBI 2005 agar usahanya dapat berjalan kembali dan pendapatannya mampu untuk memenuhi kewajiban – kewajibannya.
Untuk menyelesaikan kredit bermasalah atau non performing loan itu, dapat ditempuh dua cara atau strategi, yaitu penyelamatan kredit dan penyelesaian
kredit. Yang dimaksud dengan penyelamatan kredit adalah suatu langah penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan kembali antara bank sebagai
kreditur dan nasabah peminjam sebagai debitur. Penyelamatan kredit bermasalah, dapat dilakukan dengan berpedoman kepada
Surat Edaran Bank Indonesia No. 26 4 BPPP tanggal 29 Mei 1993 yang pada prinsipnya mengatur penyelamatan kredit bermasalah sebelum diselesaikan
melalui lembaga hukum yaitu melalui alternatif penanganan secara penjadwalan kembali rescheduling, persyaratan kembali reconditioning, dan penataan
kembali restructuring. Dalam surat edaran tersebut, yang dimaksud dengan
Universitas Sumatera Utara
penyelamatan kredit bermasalah melalui rescheduling, reconditioning, dan restructuring adalah sebagai berikut
42
a. Alternatif penanganan kredit bermasalah melalui rescheduling penjadwalan
kembali, merupakan suatu upaya hukum untuk melakukan perubahan terhadap beberapa syarat perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal
pembayaran kembali jangka waktu kredit termasuk tenggang waktu grace period, termasuk perubahan jumlah angsuran. Bila perlu, dengan
penambahan kredit. :
b. Alternatif penanganan kredit bermasalah melalui reconditioning persyaratan
kembali, yaitu melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh persyaratan perjanjian, yang tidak terbatas hanya kepada perubahan jadwal angsuran, dan
atau jangka waktu kredit saja. Tetapi perubahan kredit tersebut tanpa memberikan tambahan kredit atau tanpa melakukan konversi atas seluruh atau
sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan. c.
Alternatif penanganan kredit bermasalah melalui restructuring penataan kembali, merupakan suatu upaya berupa melakukan perubahan syarat –
syarat perjanjian kredit, atau melakukan konversi atas seluruh atau sebagian kredit menjadi perusahaan, yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling
dan atau reconditioning. Penyelesaian kredit adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah
melalui lembaga hukum. Penyelesaian kredit dapat dikatakan merupakan langkah
42
Hermansyah. 2008. Hukum Perbankan Nasional Indonesia Edisi Revisi. Jakarta : Kencana, hal 76.
Universitas Sumatera Utara
terakhir yang dapat dilakukan setelah langkah – langkah penyelamatan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 26 4 BPPP yang
berupa restrukturisasi tidak efektif lagi. Dikatakan sebagai langkah terakhir karena penyelesaian kredit melalui lembaga hukum memang memerlukan waktu yang
relatif lama, dan bila melalui badan peradilan, maka kepastian hukumnya baru ada setelah putusan pengadilan itu memperoleh kekuatan hukum tetap inkraacht van
bewijs. Mengingat penyelesaian melalui badan peradilan itu membutuhkan waktu yang relatif lama, maka penyelesaian sengketa bermasalah itu dapat pula melalui
lembaga – lembaga lain yang kompeten dalam membantu menyelesaikan kredit bermasalah. Kehadiran lembaga – lembaga lain itu dimaksudkan dapat mewakili
kepentingan kreditur dan debitur dalam penanganan kredit macet. Yang dimaksud dengan lembaga hukum dalam hal ini adalah Panitia Urusan Piutang Negara
PUPN dan Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara DJPLN, melalui Badan Peradilan, dan melalui Arbitrase atau Badan Alternatif Penyelesaian
Sengketa.
43
Berikut adalah beberapa langkah yang ditempuh Bank dalam melakukan penyelamatan kredit
44
1 Langkah awal
:
a Mengajak debitur untuk kooperatif dalam penyelesaian kredit
bermasalah.
43
Ibid, hal 75.
44
Ibid, hal 149.
Universitas Sumatera Utara
b Melaksanakan inventarisasi kelengkapan data dan informasi yang
berkaitan antara perjanjian kredit dengan debitur, antara lain dokumen essensialia tentang perkreditan, perusahaan, penjaminan, dan penutupan
asuransi yang belum lengkap atau yang masih kurang, untuk segera dilengkapi dan disempurnakan.
c Meneliti kembali kebenaran debitur dan sponsor utamanya.
d Membuat surat untuk melaksanakan penagihan dan segera melunasi
kredit. 2
Menganalisa sebab – sebab dan gejala – gejala yang mengakibatkan kredit bermasalah.
3 Menganalisa masalah pada debitur, termasuk beberapa hal sebagai berikut :
a Itikad dan kewajibannya serta kemauan untuk melunasi kredit.
b Proyek atau kondisi kemampuan usaha dan keuangan.
c Agunan dan perjanjian kredit.
4 Penilaian hasil keputusan atas hasil analisa, apakah perlu dilakukan
rehabilitasi untuk penyehatan proyek atau dilakukan legal action untuk penyelesaian kredit bermasalah.
5 Rehabilitasi dipertimbangkan untuk dilakukan bila :
a Debitur beritikad baik, jujur, dan kooperatif, serta berkemauan untuk
melunasi kreditnya. b
Proyek atau usahanya dinilai masih ada prospek untuk dikembangkan dan ditingkatkan. Pada akhirnya dari kemampuan keuangan usahanya
Universitas Sumatera Utara
diharapkan debitur yang bersangkutan dapat melunasi kewajiban kreditnya.
Apabila upaya rehabilitasi telah dilaksanakan dengan maksimal akan tetapi hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan kreditur, maka dilakukan upaya
hukum atau tindakan hukum. Upaya ini ditekankan pada penjualan aset agunan, saham atau penagihan utang kepada penjamin kredit.
a. Dasar Hukum
1 Perjanjian kredit pinjaman dan perjanjian accessoire tambahan adalah
bukti tertulis adanya perilaku antara kreditur dengan debitur, yang memuat hak dan kewajiban, termasuk transaksi bagi masing – masing
pihak yang harus ditaati. Di dalamnya mengatur antara lain tentang kapan suatu kredit dapat dinyatakan jatuh tempo seketika dan harus dibayar,
dan sanksi – sanksinya apabila debitur cedera janji. Perjanjian – perjanjian tersebut berlaku sebagai undang – undang bagi kedua belah
pihak. 2
Peraturan perundang – undagan yang berlaku. Peraturan perundang – undangan yang berlaku adalah peraturan hukum tertulis yang berlaku dan
harus ditaati bagi semua subjek hukum termasuk kreditur, agar dalam setiap langkah dan tindakannya tidak melanggar hukum.
b. Upaya Hukum Non Litigasi
45
1 Penjualan saham perusahaan
2 Penjualan aset atau agunan kredit
45
Ibid, hal 151.
Universitas Sumatera Utara
3 Eksekusi grose akta perjanjian kredit
4 Eksekusi agunan kredit sesuai dasar pengikatan yang disediakan hukum
yang memberikan hak preferensi kepada kreditur hak tanggungan pertama dan fidusia
5 Pencarian dan penyelesaian jaminan berupa :
a Garansi bank
b Jaminan perorangan personal guarantee
c Jaminan perusahaan corporate guarantee
6 Penagihan kredit melalui kejaksaan.
7 Melalui lembaga arbitrase apabila diatur dalam perjanjian kredit atau
pinjaman. 8
Penyerahan penagihan dan penyelesaian kredit macet kepada Panitia Urusan Piutang Negara.
c. Upaya Hukum Melalui Litigasi
Upaya ini umumnya dilakukan dalam hal kreditur mengharapkan pengembalian kreditnya dari penjualan umum lelang agunan atas dasar
penetapan pengadilan, melalui proses berperkara di pengadilan : 1
Kreditur mengajukan permohonan gugatan terhadap debiturnya. 2
Atas dasar gugatan dari debitur atau gugatan antara debitur dengan pihak lain, dimana kreditur masuk sebagai pihak dalam perkara tersebut.
Universitas Sumatera Utara
D. Perlindungan Terhadap Kreditur atas Sengketa Kredit Macet yang Terjadi Pada Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah
Bank dalam memberikan fasilitas kredit, perlu mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi. Karena asset Bank yang dikreditkan dipegang
oleh pihak lain, yaitu Debitur, Bank harus memiliki suatu jaminan bahwa asset Bank tersebut akan kembali pada Bank. Dalam perjanjian Kredit Pemilikan
Rumah, perlindungan pada Bank terdapat pada ketentuan Asuransi dan Hak Tanggungan yang dicantumkan dalam Perjanjian Kredit yang disetujui kedua
belah pihak. 1.
Ketentuan Mengenai Asuransi Debitur atas biayanya sendiri, wajib menutup dan mempertahankan asuransi
dengan jangka waktu penutupan sesuai dengan jangka waktu Fasilitas Kredit, jenis penutupan asuransi yang diwajibkan yaitu :
a. Asuransi jiwa
Debitur wajib mengasuransikan jiwanya berdasarkan suatu polis asuransi jiwa untuk jumlah minimum sebesar 100 seratus persen dari jumlah
Fasilitas Kredit yang diberikan kepada Debitur. b.
Asuransi kerugian atas agunan, dengan jenis : 1
Asuransi kebakaran, untuk Agunan yang berupa bangunan, dengan nilai pertanggungan atau nilai asuransi yang didasarkan minimum
pada nilai wajar dari bangunan yang dijaminkan sesuai dengan persetujuan dari Bank.
Universitas Sumatera Utara
2 Asuransi kerugian, untuk Agunan yang berupa kendaraan beroda
empat, dengan penutupan risiko minimum total loss only TLO kecuali ditentukan lain dalam Perjanjian Kredit dan nilai
pertanggungan nilai asuransi yang didasarkan pada nilai wajar harga kendaraan on the road untuk mobil baru atau harga pasar untuk mobil
bekas dengan ketentuan bahwa nilai taksasi asuransi tidak boleh rendah dari harga kendaraan sesuai dengan taksasi Bank harga
pasar. Asuransi tersebut di atas wajib ditutup pada perusahaan asuransi yang telah
menjadi rekanan Bank. Pelaksanaan kewajiban berdasarkan polis asuransi dan pembayaran premi asuransi dilakukan oleh debitur, yang kemudian akan
menyerahkan polis – polis asuransi dan bukti pembayaran premi aslinya kepada Bank.
Melalui ketentuan asuransi inilah Bank mendapat ganti rugi atas kerugian jika terjadi kerusakan pada barang jaminan, misalnya kebakaran, maupun jika Debitur
meninggal dunia. Tetapi tidak selalu permasalahan berhutang pada Bank ini langsung selesai begitu terbayar oleh perusahaan asuransi. Hal ini tergantung pada
kondisi kredit Debitur itu sendiri pada saat Debitur meninggal dunia. Pada beberapa kasus yang terjadi, jika sebelum Debitur meninggal dunia telah terdapat
tunggakan pada kreditnya, maka kekurangannya tidak dibayar oleh asuransi melainkan menjadi tanggung jawab ahli waris Debitur.
2. Ketentuan Mengenai Hak Tanggungan
Universitas Sumatera Utara
Dalam Perjanjian Kredit, telah terdapat ketentuan mengenai agunan jaminan yang diterima oleh Bank pada perjanjian Kredit Pemilikan Rumah. Ketentuan
agunan tersebut antara lain : 1
Jenis agunan yang dapat diterima : a.
Rumah Tinggal, atau b.
Rumah Toko Ruko, atau c.
Rumah Kantor Rukan, atau d.
Rumah Susun Hunian Apartemen, atau e.
Rumah Susun Non Hunian Kios. Khusus untuk kios, hanya diperuntukkan dalam rangka investasi pribadi dengan sumber
perlunasan bukan berasal dari penggunaan pemanfaatan obyek yang dibiayai dan berstatus Strate Title.
2 Status agunan :
a. Sertifikat Hak Milik SHM, atau
b. Sertifikat Hak Guna Bangunan SHGB dengan sisa masa berlaku
SHGB pada saat kredit jatuh tempo minimum 2 dua tahun, atau c.
Sertifikat Hak Milik atas Satuan Rumah Susun SHMSRS atau Strate Title yang didirikan di atas tanah Hak Milik atau Hak Guna Bangunan.
3 Kondisi agunan
a. Memiliki Ijin Mendirikan Bangunan IMB.
Bagi daerah yang belum mewajibkan adanya IMB, maka harus dilengkapi dengan surat keterangan dari Pemda minimum Camat
atau Dinas Tata Kota setempat atau instansi pejabat lain yang
Universitas Sumatera Utara
berwenang bahwa di lokasi agunan tidak belum diwajibkan adanya IMB.
b. Memiliki bukti Setoran Pajak Bumi dan Bangunan PBB tahun
terakhir. c.
Lebar jalan minimum 3 m. d.
Tidak terkena banjir dalam 2 tahun terakhir. e.
Tidak berada di bawah jalur tegangan tinggi berjarak minimum 20 meter.
f. Tidak berlokasi tusuk sate T Junction.
g. Tidak berada dalam wilayah jalur hijau green belt.
h. Tidak dalam sengketa.
4 Agunan diatasnamakan calon Debitur atau isteri suami Debitur.
5 Tanah dan Bangunan yang menjadi Agunan tersebut, pada saat selama
Perjanjian Kredit berlaku tetap akan dihuni oleh Debitur Pemilik Agunan dan atau suami isteri Debitur Pemilik Agunan dan atau anak dan
atau orang tua Debitur Pemilik Agunan dan tidak akan dihuni atau disewakan, dijual atau dialihkan dengan cara apapun kepada pihak lain
atau diagunkan tanpa adanya persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Bank.
Jika syarat – syarat tersebut di atas telah terpenuhi, Debitur juga wajib memenuhi syarat – syarat berkenaan dengan jaminan di bawah ini agar Bank
melakukan pencairan fasilitas kredit.
Universitas Sumatera Utara
1 Debitur Pemilik Agunan telah menandatangani dan menyerahkan
kepada Bank : a
Akta Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan SKMHT b
Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT yang dibuat dihadapan PPAT untuk kemudian diproses pendaftarannya di Kantor
Pertanahan setempat. Dalam hal dokumen SKMHT APHT belum dapat diserahkan karena
diperlukan oleh PPAT untuk proses pendaftaran hak tanggungan, maka PPAT harus menyerahkan surat keterangan cover note kepada Bank
yang menyatakan bahwa telah dilakukan penandatanganan APHT yang akan didaftarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan yang berlaku dan kemudian dokumen – dokumen APHT dan Sertifikat Hak Tanggungan atas Tanah dan Bangunan akan diserahkan
kepada Bank. 2
Debitur Pemilik Agunan menyerahkan kepada Bank bukti pembayaran uang muka kepada Pengembang pihak Penjual Tanah dan Bangunan atas
sebagian dari harga penjualan Tanah dan Bangunan. 3
Selambat – lambatnya dalam jangka waktu yang telah ditentukan sejak Perjanjian Kredit ditandatangani, asli Sertifikat Hak Tanggungan SHT
atas pengikatan Tanah dan Bangunan yang menjadi agunan kredit telah diserahkan kepada Bank.
Universitas Sumatera Utara
Setelah semua persyaratan telah dipenuhi dan Perjanjian Kredit telah berjalan, Bank akan melakukan pengawasan terhadap pembayaran angsuran, pokok
maupun bunga. Jika terjadi keterlambatan, Bank akan memberikan peringatan – peringatan berupa telepon, surat peringatan, maupun kunjungan. Jika
keterlambatan yang terjadi sudah mencapai 120 hari, Bank akan mengirimkan surat somasi dan seterusnya sampai pada ketentuan akan dilakukan lelang atas
barang jaminan. Cara – cara penagihan Bank sesuai dengan ketentuan mengenai penggolongan
kualitas kredit yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yaitu : 1
Cara penagihan melalui telepon, yaitu jika Debitur telah menunggak selama 3 hari. Atas kebijakan Bank, pada tunggakan hari ketiga ini
barulah dihitung denda tunggakan, sedangkan selama 2 dua hari sebelumnya Debitur belum dikenai denda.
2 Cara penagihan melalui surat dilakukan setelah tunggakan 14 hari sejak
penagihan melalui telepon dilakukan. Penagihan melalui surat ini tetap dibarengi penagihan melalui telepon untuk mengingatkan Debitur atas
tunggakannya. Penagihan melalui surat ini terbagi atas :
a. Surat Pemberitahuan
b. Surat Peringatan, terbagi atas :
1 Surat peringatan I, dikirimkan setelah 29 hari dari waktu surat
pemberitahuan dikeluarkan.
Universitas Sumatera Utara
2 Surat Peringatan II, dikirimkan setelah 45 hari dari waktu surat
peringatan I dikeluarkan. 3
Surat Peringatan III, dikirimkan setelah 79 hari dari waktu surat peringatan II dikeluarkan.
Sejak surat pemberitahuan dikirimkan penggolongan kualitas kredit sudah termasuk dalam perhatian khusus.
c. Cara penagihan dengan somasi. Ketika surat somasi dikirimkan, maka
kualitas kredit sudah tergolong kurang lancar sampai diragukan. Somasi terbagi atas :
1 Somasi I, dikirimkan setelah 120 hari sejak surat peringatan III
dikeluarkan. 2
Somasi II, dikirimkan setelah 30 hari sejak surat somasi I dikeluarkan.
3 Somasi III, dikirimkan setelah 30 hari sejak surat somasi II
dikeluarkan. 3
Kemudian Bank akan melakukan kunjungan visit on the spot untuk memastikan keadaan barang jaminan atau agunan. Kunjungan ini
dilakukan setelah 45 hari sejak surat somasi III dikirimkan pada Debitur. 4
Pada saat kualitas kredit memasuki golongan macet, Bank akan melakukan lelang.
5 Setelah Bank mengusahakan semaksimal mungkin peringatan –
peringatan pada Debitur, tetap Debitur belum juga melunasi tunggakannya sampai terjadi kredit macet dan Bank memiliki
Universitas Sumatera Utara
kewenangan untuk melakukan lelang, Bank akan mengirimkan Surat Pengosongan pada Debitur untuk segera mengosongkan rumah atau
bangunan yang dijadikan agunan. Pada umumnya, pencairan objek jaminan kredit yang diikat dengan hak
tanggungan diatur dalam Pasal 20 Undang – undang No. 4 Tahun 1996 yang menetapkan cara pencairan objek jaminan utang yang diikat dengan hak
tanggungan melalui eksekusi dan penjualan di bawah tangan. 1.
Pencairan melalui eksekusi. Pencairan objek jaminan utang melalui eksekusi dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut
46
a. Pemegang hak tanggungan peringkat pertama meminta kepada kantor
lelang negara KPKNL atau kantor lelang swasta untuk melakukan pelelangan umum. Hasil penjualan objek jaminan kredit tersebut
diserahkan oleh kantor lelang kepada bank untuk perlunasan utang debitur. Dari praktik perbankan dapat diperhatikan penggunaan cara eksekusi ini
oleh beberapa bank yang mempunyai kedudukan sebagai pemegang hak tanggungan peringkat pertama.
:
b. Penjualan berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan Negeri sehubungan
dengan titel eksekutorial yang terdapat pada Sertifikat Hak Tanggungan. Bank mengajukan permintaan kepada pengadilan untuk melakukan
eksekusi atas objek jaminan kredit. Setelah memenuhi prosedur yang
46
Undang – undang No. 4 Tahun 1996 Pasal 20 ayat 1 jo. Pasal 6 Undang – undang No. 4 Tahun 1996.
Universitas Sumatera Utara
berlaku seperti pemberian teguran kepada debitur, penyitaan atas objek jaminan kredit oleh juru sita dan pelelangan umum oleh kantor lelang,
maka hasil penjualan objek jaminan kredit diserahkan kepada bank untuk perlunasan utang kredit.
2. Pencairan Objek Jaminan Kredit Secara di Bawah Tangan.
Undang – undang No. 4 Tahun 1996 menetapkan pencairan objek jaminan utang secara di bawah tangan dengan memenuhi syarat – syarat sebagai
berikut
47
a. Adanya kesepakatan antara pemberi dan pemegang hak tanggungan untuk
melaksanakan penjualan di bawah tangan atas objek jaminan utang dan akan diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.
:
b. Pelaksanaan penjualan hanya dapat dilakukan setelah lewat satu bulan
sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan atau pemegang hak tanggungan kepada pihak – pihak yang berkepentingan dan diumumkan
sedikitnya dalam dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan dan atau media massa setempat, serta tidak ada pihak yang
menyatakan keberatan. Berikut merupakan Persiapan Pelaksanaan Teknis Lelang pada PT. Bank
Mandiri tempat penulis melakukan penelitian : 1.
Loan Micro Collection Manager Supervisor
47
Undang – undang No. 4 Tahun 1996 Pasal 20 ayat 2 dan ayat 3.
Universitas Sumatera Utara
Loan Micro Collection Manager Supervisor akan menyiapkan dan memastikan Debitur yang akan diajukan lelang mengenai kesiapan dan
kelengkapan persyaratan lelang, yaitu sebagai berikut : a.
Kolektibilitas 5 dan WO Debitur – debitur yang dapat dilakukan lelang eksekusi atas agunan
fasilitas kreditnya adalah Debitur dengan kolektibilitas 5 intrakomtel dan Debitur telah hapus buku write off ekstrakomtel. Debitur –
debitur dengan kolektibilitas 4 diragukan dapat dipersiapkan untuk lelang dengan memperhatikan kondisi Debitur dan agunannya.
Pengajuan lelang atas agunan Debitur dilakukan apabila Debitur telah masuk kolektibilitas 5 macet.
b. Debitur telah dilakukan upaya collection penagihan
Debitur – debitur yang akan diajukan lelang telah dilakukan upaya – upaya collection secara maksimal, yaitu call consumer, send letter,
invite, visit. Upaya – upaya collection tersebut sedapat mungkin terdokumentasi dengan baik. Hal ini dimaksudkan apabila terjadi
gugatan perdata atau tuntutan pidana, Bank mempunyai alat bukti bahwa Bank telah melakukan upaya – upaya collection dan
penyelesaian kredit yang cukup atas Debitur dimaksud. c.
Memastikan lokasi dan posisi agunan Lokasi dan posisi agunan telah diketahui secara benar dan tepat
mengenai batas – batas tanah dan bangunannya. d.
Surat peringatan I, II, dan III
Universitas Sumatera Utara
Debitur – debitur yang akan diajukan lelang telah diberika Surat Peringatan SP atau somasi sebanyak 3 kali, dengan ketentuan sebagei
berikut : 1
Surat peringatan I, II, dan III memuat : a
Total kewajiban atau hutang b
Implikasi Hukum termasuk Lelang atas agunan fasilitas kreditnya apabila jumlah kewajiban tidak diselesaikan dalam
jangka waktu tertentu. 2
Tenggat waktu antara SP I dan SP II, lalu SP II dan SP III agar diberikan waktu yang cukup. Umumnya dalam kebiasaan adalah
minimal 14 hari. 3
Surat Peringatan I, II, dan III diberikan dengan tanda terima atau surat tercatat, serta diadministrasikan dengana baik.
e. Surat pernyataan default atau jatuh tempo
Debitur diberikan Surat Pernyataan Default atau Wanprestasi. Surat ini sebagai dasar bahwa Debitur telah default atau wanprestasi, sehingga
dapat diajukan lelang. f.
Mengumpulkan syarat dokumen lelang dan check list 1
Melakukan pengumpulan dan fotokopi dokumen perkreditan berupa fotokopi :
a Perjanjian Kredit
b Bukti Kepemilikan Hak Atas Tanah : SHM, SHGB, SHMRS,
Hak Pakai .
Universitas Sumatera Utara
c Akta Pembebanan Hak Tanggungan APHT
d Sertifikat Hak Tanggungan SHT.
e Surat Peringatan I, II, dan III
f Surat Pernyataan Default
g Izin Mendirikan Bangunan IMB untuk kepentingan penilaian
agunan. h
Nomor Objek Pajak NOP atau Nilai Jual Objek Pajak NJOP untuk kepentingan penetapan harga limit lelang.
2 Melakukan penelitian dan pencocokkan mengenai kesesuaian data
materi antara dokumen perkreditan yang satu dan yang lainnya. Apabila terdapat ketidaksesuaian data materi antara dokumen
perkreditan yang satu dan yang lainnya, maka terlebih dahulu dimintakan perbaikan koreksi atau renvoi kepada unit yang
berwenang. 3
Masing – masing Debitur dibuatkan Check List Copy Dokumen Perkreditan.
4 Fotokopi dokumen berkas kredit Debitur tersebut di atas
diadministrasikan dan disimpan dengan baik. Fotokopi dokumen tersebut menjadi master atau sumber data. Untuk keperluan
penyelesaian kredit, lelang, kasus hukum, dsb diambil dari dokumen master tersebut dengan melakukan fotokopi kembali.
g. Penilaian agunan dan data NJOP
Universitas Sumatera Utara
Melakukan permintaan via Nota Memo kepada Unit Credit Operation untuk melakukan penilaian agunan – agunan Debitur yang
akan dilelang dengan melampirkan masing – masing Debitur berupa fotokopi :
1 Bukti Kepemilikan Hak atas Tanah : SHM, SHGB, SHMRS, Hak
Pakai 2
Izin Mendirikan Bangunan IMB h.
Nilai Jual Objek Pajak NJOP Melakukan pencarian NJOP terakhir atau tahun berjalan atas masing-
masing objek agunan debitur yang akan dilakukan lelang. 2.
Collection Centre Manager Collection Centre Manager melakukan review terhadap kesiapan
pelaksanaan lelang dan debitur – debitur yang akan dilelang yaitu sebagai berikut :
a. Menandatangani Surat Memo Nota yang menjadi kewenangannya
dan memonitor pengiriman antara lain : 1
Surat Peringatan Somasi 2
Surat Pernyataan Default atau Jatuh Tempo 3
Surat Memo Nota Permintaan Penilaian Ulang Agunan 4
Surat Memo Nota lainnya yang menjadi kewenangannya b.
Melakukan review terhadap kesiapan pelaksanaan lelang yaitu : 1
Personil yang akan menangani kegiatan administrasi lelang, proses pelaksanaan pra lelang dan lelang agunan.
Universitas Sumatera Utara
2 Ketersediaan Balai Lelang Swasta yang membantu pelaksanaan pra
lelang dan lelang. c.
Melakukan review terhadap kesiapan dan kelengkapan dokumen – dokumen persyaratan lelang, yaitu :
1 Debitur – debitur yang memenuhi syarat untuk dapat dilakukan
lelang eksekusi atas agunannya. 2
Dokumen – dokumen persyaratan lelang atas masing – masing Debitur yang akan diajukan lelang lengkap, termasuk hasil
penilaian ulang agunan dan NJOP tahun berjalan. Sebelum Bank melaksanakan lelang, Bank akan mengirimkan dokumen –
dokumen yang diperlukan ke kantor pusat. Dokumen – dokumen dimaksud antara lain :
1. Perjanjian Kredit PK
2. Surat Penawaran Pemberian Kredit SPPK
3. Surat pemberitahuan.
4. Surat peringatan I
5. Surat peringatan II
6. Surat peringatan III
7. Rincian Hutang
8. NJOP terbaru
9. Nilai appraisal yang berlaku 1 tahun
Universitas Sumatera Utara
Setelah dikirimkan ke kantor pusat, kantor pusat akan melakukan pemeriksaan dan menentukan harga limit. Setelah dilakukan pemeriksaan, kantor
pusat akan mengembalikan dokumen – dokumen tersebut di atas. Kecuali NJOP Terbaru dan nilai appraisal yang berlaku 1 tahun, dokumen kemudian dikirimkan
pada balai lelang swasta yang merupakan rekanan Bank yang akan menagih, melihat kondisi jaminan, maupun membuat laporan pada Bank.
Bank kemudian akan menghubungi KPKNL Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang yang berhak melakukan lelang untuk menentukan harga dan
waktu lelang. Dalam melaksanakan lelang, KPKNL akan memimpin jalannya lelang. Pihak – pihak yang hadir pada saat lelang dilaksanakan adalah pejabat
KPKNL, perwakilan dari pihak Bank, dan Perwakilan dari Balai Lelang Swasta.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan