bunga tepat waktu, pembayaran angsuran sesuai ketentuan dan sebagainya. Laporan atau informasi ekstern meliputi laporan posisi
persediaan stock, laporan aktivitas usaha meliputi pembelian dan penjualan, laporan keuangan dan laporan konsultan serta laporan
kunjungan setempat on the spot. c
Pengawasan dalam artian audit, yaitu untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan rencana kerja di bidang kredit telah dilakukan oleh para
eksekutif. Manajemen perlu melakukan penilaian yang obyektif dan mandiri guna mengkaji kegiatan – kegiatan di bidang keuangan,
administrasi dan kegiatan operasional lain yang menyangkut bidang perkreditan, sebagai dasar penyampaian jasa – jasa yang bersifat
konstruktif kepada pihak manajemen.
B. Sebab – sebab Timbulnya Kredit Macet
Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia No. 7 2 PBI 2005 serta Perubahannya dengan Peraturan Bank Indonesia No. 8 2 PBI 2006 dan
Peraturan Bank Indonesia No. 9 6 PBI 2007 mengenai Penilaian Kualitas Aktiva, mengatur penilaian kualitas aktiva Bank Umum. Sebagian besar dari
ketentuan tentang penilaian kualitas aktiva adalah mengenai hal – hal yang berkaitan dengan pemberian kredit. Pemberian kredit merupakan bagian dari
aktiva produktif bank dalam rangka penyediaan dana untuk memperoleh penghasilan. Sehubungan dengan ketentuan PBI No. 7 2 PBI 2005 beserta
perubahan – perubahannya dan SEBI tentang petunjuk pelaksanaannya, sepanjang
Universitas Sumatera Utara
mengenai bidang perkreditan diatur mengenai hal – hal seperti kualitas kredit, penyisihan penghapusan aktiva, restrukturisasi kredit, kredit hapus buku dan
hapus tagih, dan mengenai agunan yang diambil alih. Ketentuan mengenai kualitas kredit ditetapkan sebagai berikut :
1. Kualitas kredit ditetapkan berdasarkan faktor penilaian mengenai hal – hal
berikut : a.
Prospek usaha, yang meliputi penilaian terhadap komponen – komponen : 1
Potensi pertumbuhan usaha; 2
Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan; 3
Kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja; 4
Dukungan dari grup atau afiliasi; dan 5
Upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara lingkungan. b.
Kinerja performance debitur, yang meliputi penilaian terhadap komponen – komponen :
1 Perolehan laba;
2 Struktur permodalan;
3 Arus kas; dan
4 Sensitivitas terhadap risiko pasar.
c. Kemampuan membayar, yang meliputi terhadap komponen – komponen :
1 Ketepatan pemabyaran pokok dan bunga;
2 Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur;
3 Kelengkapan dokumentasi kredit;
4 Kesesuaiaan penggunaan dana; dan
Universitas Sumatera Utara
5 Kewajaran sumber pembayaran kewajiban.
2. Penetapan kualitas kredit dilakukan dengan mempertimbangkan :
a. Signifikansi dan materialitas dari setiap faktor penilaian dan komponen;
dan b.
Relevansi dari faktor penilaian dan komponen terhadap debitur yang bersangkutan.
3. Berdasarkan penilaian sebagaimana disebutkan di atas, maka kualitas kredit
ditetapkan menjadi : a.
Lancar; b.
Dalam perhatian khusus; c.
Kurang lancar; d.
Diragukan; atau e.
Macet. Kredit yang masuk dalam golongan lancar dinilai sebagai kredit yang
performing loan atau kredit yang tidak bermasalah, sedangkan kredit yang masuk golongan dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet, dinilai
sebagai kredit yang non performing loan atau kredit yang bermasalah. Nasabah – nasabah yang mendapatkan kredit dari bank tidak semuanya dapat
mengembalikannya dengan baik tepat pada waktu yang diperjanjikan. Pada kenyataannya, selalu ada nasabah yang karena suatu sebab tidak dapat
mengembalikan kredit kepada bank yang telah meminjaminya. Akibat nasabah tidak dapat membayar lunas utangnya, maka menjadikan perjalanan kredit
berhenti atau macet.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit Bank tepat pada waktunya disebut kredit macet. Keadaan yang demikian dalam hukum
perdata disebut wanprestasi atau ingkar janji. Sebagaimana telah diketahui bahwa kredit merupakan perjanjian pinjam uang, maka debitur yang tidak dapat
membayar lunas utangnya setelah jangka waktunya habis, adalah debitur yang telah melakukan wanprestasi.
Dari macam – macam wanprestasi yang dikenal selama ini, yaitu
37
a. Debitur tidak melaksanakan sama sekali apa yang telah diperjanjikan.
:
b. Debitur melaksanakan sebagian apa yang telah diperjanjikan.
c. Debitur terlambat melaksanakan apa yang telah diperjanjikan.
d. Debitur menyerahkan sesuatu yang tidak diperjanjikan.
e. Debitur melakukan perbuatan yang dilarang dalam perjanjian. Misalnya
penyewa telah membangun sebuah kamar karena rumah tidak cukup untuk ditempati satu keluarga, padahal dalam perjanjian debitur dilarang
mendirikan bangunan tanpa izin pemilik rumah. Jika dihubungkan dengan kredit macet, maka ada tiga macam perbuatan yang
tergolong wanprestasi, yaitu sebagai berikut : a
Nasabah sama sekali tidak dapat membayar angsuran kredit beserta bunganya.
b Nasabah membayar sebagian asuransi kredit beserta bunganya.
Pembayaran angsuran kredit tidak dipersoalkan apakah nasabah tidak membayar sebagian besar atau sebagian kecil angsuran. Walaupun
37
Gatot Supramono, 1995. Perbankan dan Masalah Kredit, Djambatan : Jakarta, hal. 92.
Universitas Sumatera Utara
nasabah kurang membayar satu kali angsuran, tetap tergolong kreditnya sebagai kredit macet. Soal bank melepaskan haknya, itu soal lain.
c Nasabah membayar lunas kredit beserta bunganya setelah jangka waktu
yang diperjanjikan berakhir. Hal ini tidak termasuk nasabah membayar lunas setelah perpanjangan jangka waktu kredit yang telah disetujui bank
atas permohonan nasabah, karena telah terjadi perubahan perjanjian yang disepakati bersama. Jadi, yang dimaksudkan adalah tidak pernah terjadi
perubahan perjanjian kredit sedikitpun. Keadaan di atas dapat terjadi setelah bank mengambil langkah untuk menyelesaikannya ke pengadilan,
nasabah bersangkutan bersedia membayar lunas kreditnya, karena nasabah merasa khawatir apabila sampai dihukum secara perdata oleh pengadilan
akan menyebabkan kepercayaan masyarakat padanya menjadi berkurang. Sehingga nantinya nasabah akan menemui kesulitan untuk memperoleh
kembali kepercayaan dalam menjalankan perusahaannya. Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 7 2 PBI 2005 ditetapkan bahwa
debitur dinyatakan wanprestasi apabila
38
1. Terjadi tunggakan pokok dan atau bunga dan atau tagihan lainnya selama
90 sembilan puluh hari walaupuan Aktiva Prouktif belum jatuh tempo; :
2. Tidak diterimanya pembayaran pokok dan atau bungan dan atau tagihan
lainnya pada saat Aktiva Produktif jatuh tempo; atau
38
Peraturan Bank Indonesia No. 7 2 PBI 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Produktif Bank Umum Pasal 34 ayat 2.
Universitas Sumatera Utara
3. Tidak dipenuhinya persyaratan lainnya selain pembayaran pokok dan atau
bunga yang dapat mengakibatkan terjadinya wanprestasi. Tb Irman, dalam bukunya yang berjudul “Anatomi Kejahatan Perbankan”
menyatakan gejala atau tanda – tanda kredit bermasalah adalah sebagai berikut : 1
Adanya penyimpangan dari ketentuan dan syarat – syarat perjanjian kredit perjanjian pinjaman bisa dilakukan oleh kreditur atau debitur.
2 Adanya penurunan kondisi keuangan debitur yang kelihatan dari
keterlambatan pembayarannya. 3
Adanya perbuatan dari debitur yang mulai kurang kooperatif dengan mulai menunggak dan membayar tidak tepat waktu.
4 Adanya penyampaian data atau informasi dan laporan yang tidak benar atau
sama sekali tidak ada laporannya. 5
Adanya penurunan nilai dan kualitas serta kuantitas aset dan agunan yang telah ditentukan dalam perjanjian.
6 Adanya pergantian pengurus tanpa persetujuan kreditur, baik pejabat,
pemegang saham, maupun posisi – posisi penting lainnya. 7
Adanya penjualan saham atau aset atau agunan yang dilakukan tanpa sepengetahuan kreditur.
8 Adanya permasalahan pribadi atau keluarga yang dibawa ke dalam
perusahaan, atau permasalahan di antara pengurus. 9
Adanya gugatan dari dalam perusahaan sendiri atau dari luar perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
10 Adanya permasalahan tenaga kerja atau perburuhan yang mengganggu
kestabilan perusahaan.
39
Yang mempengaruhi terjadinya kredit macet selain berasal dari nasabah, dapat juga berasal dari bank, karena bank tidak terlepas dari kelemahan yang
dimilikinya. Faktor ini tidak berdiri sendiri tapi selalu berkaitan dengan nasabah. 1.
Faktor yang berasal dari nasabah Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kredit macet yang
berasal dari nasabah, yaitu
40
Nasabah kurang mampu mengelola usahanya. Hal ini dapat terjadi nasabah yang kurang menguasai bidang usahanya diberi
kredit, karena nasabah mampu meyakinkan bank akan keberhasilan usahanya. :
Nasabah menyalahgunakan kredit yang diperolehnya. Setiap kredit yang diperoleh nasabah telah diperjanjikan tujuan
pemakaiannya, sehingga nasabah harus menggunakan kredit sesuai dengan tujuannya. Jika pada prakteknya, Debitur melakukan pemakaian kredit yang
menyimpang, misalnya kredit untuk pengangkutan dipergunakan untuk pertanian merupakan sektor dengan pengelolaan yang berbeda, lalu mengakibatkan usaha
nasabah gagal, karena nasabah spekulatif, maka nasabah Debitur dikatakan telah menyalahgunakan kredit yang diperolehnya.
39
T.b. Irman, 2006. Anatomi Kejahatan Perbankan, MQS Publishing : Bandung , hal. 147.
40
Gatot Supramono, 1995. Perbankan dan Masalah Kredit, Jakarta : Djambatan, hal 93 – 96.
Universitas Sumatera Utara
Akibatnya usaha yang dibiayai dengan kredit tidak dapat berjalan dengan baik, misalnya hasil produksi kualitasnya rendah sehingga sulit bersaing di pasaran.
Nasabah beritikad tidak baik Ada sebagian nasabah mungkin jumlahnya tidak banyak yang sengaja dengan
segala daya upaya mendapatkan kredit, tetapi setelah kredit diterima, kredit tersebut digunakan untuk kepentingan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Nasabah sejak awal tidak berniat mengembalikan kredit, walaupun dengan risiko apapun. Biasanya sebelum jatuh tempo kreditnya, nasabah sudah melarikan diri
untuk menghindari tanggung jawab. Menurut Tb Irman dalam bukunya, faktor penyebab yang berasal dari debitur
antara lain : 1
Prospek usaha debitur berupa adanya kegagalan usaha debitur yang dipengaruhi oleh berbagai fakta yang terdapat dalam lingkungan kegiatan
usaha debitur, berupa :
a Kegagalan produksi
b Kegagalan pemasaran
c Kegagalan distribusi
2 Tenaga kerja atau kemampuan skill yang salah urus atau
mismanagement.
3 Kurang pengetahuan dan pengalaman.
4 Ketidakmampuan karena on match atau force mejeure.
5 Penutupan asuransi.
Universitas Sumatera Utara
6 Menurunnya kegiatan ekonomi dan suku bunga.
7 Musibah yang terjadi pada debitur atau kegiatan usahanya, seperti
kebakaran, meninggal dunia, sementara debitur tidak melakukan
pengamanan melalui penutupan asuransi.
8 Penggunaan dana oleh debitur untuk tujuan yang bersifat spekulatif.
9 Itikad buruk dari debitur untuk tidak membayar kredit on will.
41
2. Faktor yang berasal dari bank
Bank juga dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya kredit macet. Dalam memberikan kredit kepada nasabah, pejabat bank diwajibkan melaksanakan
prinsip – prinsip perbankan yang sehat. Sebagaimana diketahui, dalam memberikan kredit, bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur dalam melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Keyakinan tersebut diperoleh dari penilaian bank terhadap watak, kemampuan,
modal, agunan, dan prospek usaha debitur. Selain itu, pemberian kredit kepada kelompoknya, pemilik bank maupun pengurus bank itu sendiri dibatasi oleh
undang – undang. Apabila kewajiban dan larangan tersebut tidak dipatuhi, maka mengandung risiko yang sangat tinggi bagi bank. Ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi pejabat bank bertindak menyimpang dari prinsip – prinsip perbankan di atas sebagai berikut :
Kualitas pejabat bank
41
T.b.Irman, 2006. Anatomi Kejahatan Perbankan, 2006. Bandung : MQS Publishing, hal. 148.
Universitas Sumatera Utara
Setiap pejabat bank selalu dituntut untuk dapat bekerja secara profesional. Namun tidak semua pejabat bank mempunyai kualitas yang baik. Pejabat yang
bekerja tidak profesional tentu tidak diharapkan dapat memperoleh hasil kerja yang memadai. Terutama di bagian kredit, pejabat yang demikian dapat
mempengaruhi penyaluran kredit yang tidak sebagaimana mestinya. Persaingan antar bank
Jumlah bank yang beroperasi terus meningkat sejak keluarnya Paket Oktober 1988, mengakibatkan persaingan antar bank semakin ketat. Dalam melakukan
persaingan ini, setiap bank selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyrakat, guna mendapatkan nasabah yang banyak dan nasabah
yang sudah ada tidak pindah ke bank yang lain. Situasi dan kondisi yang demikian mempengaruhi bank untuk bertindak spekulatif, dengan memberi fasilitas yang
mudah bagi nasabahnya, dan berakhir dengan mengabaikan prinsip – prinsip perbankan yang sehat.
Hubungan ke dalam Hubungan ini terutama terdapat pada bank swasta. Yang dimaksud adalah
hubungan bank dengan perusahaan – perusahaan yang tergabung dalam kelompoknya. Termasuk hubungan bank dengan pengurus maupun pemegang
saham. Dari adanya hubungan tersebut, bank dalam melayani kepentingan – kepentingan nasabah dari “dalam” cenderung lebih mudah dibandingkan dengan
nasabah – nasabah yang lain. Terkadang proyek yang dibiayai dengan kredit
Universitas Sumatera Utara
kurang begitu menguntungkan, tetapi karena masih satu ikatan, bank dengan setia membantu kesulitan nasabah bersangkutan.
Pengawasan Setiap aktivitas bank dalam menyalurkan fasilitas kredit selalu dibarengi
dengan tindakan pengawasan. Tindakan tersebut selain dilakukan dari dalam bank itu sendiri oleh bagian pengawas kredit, bank juga diawasi oleh Bank Indonesia.
Terlepas dari mana pengawasan itu dilakukan, apabila bidang pengawasan lemah, maka akan mengakibatkan prinsip – prinsip perbankan tidak dapat dijalankan
dengan baik di dunia perbankan. Kredit macet yang terjadi mempunyai akibat bagi masing – masing pihak,
yaitu : 1.
Akibat Kredit Macet bagi Nasabah Berakibat nasabah harus menanggung beban kewajiban yang cukup berat
terhadap bank, karena bunga tetap dihitung terus selama kredit belum dilunasi utang pokok ditambah dengan bunga, sehingga jumlah kewajiban nasabah
semakin lama semakin bertambah besar. Kewajiban nasabah penunggak kredit yang menjadi cukuo berat mengakibatkan kemungkinan besar jaminan
yang telah diikat tidak cukup untuk melunasi utangnya, maka harta kekayaan nasabah yang lain masih dapat disita untuk kepentingan bank. Bisa terjadi
antara utang pokok dengan bunga jumlahnya lebih besar bunga. 2.
Akibat Kredit Macet bagi Bank
Universitas Sumatera Utara
Kredit macet bagi bank merupakan persoalan serius. Ada dua alasan yang dapat dikemukakan, yaitu pertama karena dana bank berasal dari masyarakat,
dan kedua karena kredit macet mengakibatkan bank kekurangan dana sehingga mempengaruhi kegiatan usaha bank. Bank yang terganggu
kesehatannya akan sulit melayani permintaan nasabah, seperti permohonan kredit, penarikan tabungan, dan deposito. Keadaan yang demikian akan
mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap bank sehingga menjadi berkurang. Bahkan dapat terjadi lebih dari itu, izin usaha bank dicabut
pemerintah dan dilikuidasi.
C. Tindakan Hukum Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Macet