meningkatnya proporsi penderita gagal ginjal kronik harus dicermati bagaimana pola konsumsi pangan penderita gagal ginjal tersebut. Karena dengan adanya pengaturan
diet yang baik, maka penderita gagal ginjal kronik dapat hidup normal kembali, dan produktif serta dapat menunda menjalani dialisa untuk jangka waktu yang cukup lama
Ikaristi, 2007. Melihat pentingnya diet bagi pasien gagal ginjal kronik yang mengalami
hemodialisa, maka peneliti tertarik untuk meneliti diet pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pola makan pada pasien gagal ginjal rawat jalan yang menjalani
hemodialisa di RSUD dr.Pirngadi Medan.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pola makan penderita gagal ginjal rawat jalan yang menjalani hemodialisa di RSUD dr. Pirngadi Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik pasien penderita gagal ginjal rawat jalan
di RSUD dr. Pirngadi Medan.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui jenis, jumlah, frekuensi bahan makanan yang
dikonsumsi penderita gagal ginjal rawat jalan yang melakukan hemodialisa di RSUD dr. Pirngadi Medan.
3. Untuk mengetahui asupan zat gizi : energi, protein, dan air pada penderita
gagal ginjal rawat jalan yang melakukan hemodialisa di RSUD dr. Pirngadi Medan.
4. Untuk mengetahui apakah konsumsi pangan sumber kalium dan natrium
sesuai dengan standar atau tidak pada penderita gagal ginjal rawat jalan yang melakukan hemodialisa di RSUD dr. Pirngadi Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi yang membantu bagi masyarakat mengenai
disiplin terapi diet gagal ginjal. 2.
Sebagai masukan bagi RSUD dr. Pringadi Medan agar dapat membuat suatu tindakan dalam hal pemberian pola makan pasien gagal ginjal rawat jalan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gagal Ginjal Kronik 2.1.1. Pengertian Gagal Ginjal Kronik
Menurut NKF National Kidney Foundation, 2002, Penyakit Gagal Ginjal PGK adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai penurunan Laju
Filtrasi Glomerulus LFG yang kurang dari 60 ml. PGK merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang bersifat progresif dan menetap sehingga ginjal tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya Wilson Price, 1994. Gagal ginjal kronik menahun merupakan kerusakan ginjal yang progresif
dan ireversibel karena suatu penyakit Hartono, 2005 . Penyakit Ginjal Kronik PGK tidak bisa disembuhkan dan memerlukan
pengobatan dalam jangka waktu lama. Dalam kondisi tersebut diperlukan terapi pengganti untuk mempertahankan hidup penderita yaitu hemodialisis, peritoneal
dialisis dan transplantasi ginjal. Dialisis adalah suatu tindakan terapi pengganti yang hanya menggantikan
sebagian fungsi ginjal yaitu fungsi ekskresi untuk membuang zat-zat toksin dari tubuh Raharjo, 1992.
2.1.2. Penyebab GGK
Banyak hal yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronik, banyak penyakit ginjal yang mekanisme patofisiologinya bermacam-macam tapi semuanya
menyebabkan destruksi nefron yang progresif. 6
Universitas Sumatera Utara
Penyebab gagal ginjal kronik di Indonesia semual dilaporkan dengan tiga penyebab yaitu : glomerulus nefritis 46,6, sumbatan dan infeksi 40,65, dan
diabetik nefropati 6,6 Sidabutar, 1996.
Bermacam-macam Etiologi
GGK dapat digolongkan sebagai berikut : 1.
Penyakit Glomerulus Primer; penyebab terbanyak adalah glomerulus nefritik kronik.
2. Penyakit tubulus primer; hiperkalemia primer, hipokalemia kronik, keracunan
logam berat seperti tembaga, dan kadmium. 3.
Penyakit vaskuler; iskemia ginjal akibat kongenital atau stenosis arteri ginjal, hipertensi maligna atau hipertensi aksekrasi.
4. Infeksi Pielonefritis kronika terapi nepropati repluks inbercolusis.
5. Obstruksi; batu ginjal, fobratis retroperi toneal, pembesaran prostat striktur uretra,
dan tumor. 6.
Penyakit Autoimun; lupus eritomatosus sistemik, polior tentisnodosa, sindroma granulomatesa wegener.
National Kidney Foundation NKF, 2002, merekomendasikan PGK berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG dapat dilihat dari tabel 2.1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Klasifikasi PGK
Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik PGK
Stadium 1
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria persisten dan LFG yang masih normal 90mlmenit
Stadium 2
Kelainan ginjal dengan albuminuria persisten dan LFG antara 60-89 mlmenit
Stadium 3 Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mlmenit
Stadium 4 Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 mlmenit
Stadium 5 Kelainan ginjal dengan LFG antara 15 mlmenit
Klasifikasi PGK ini mempunyai konsekwensi terhadap rencana kerja pengelolaan PGK baik berupa terapi obat-obatan maupun terapi nutrisi. Pada setiap
stadium terjadi perubahan patofisiologi maupun gangguan metabolik. Tujuan pengelolaan adalah untuk memperlambat prograsifitas penyakit ginjal Tryani, 2005.
2.2. Penanganan Gagal Ginjal 2.2.1. Diagnosis Gagal Ginjal Kronis
Kita dapat mendiagnosis pasien yang menderita gagal ginjal kronis melalui gejala klinis seperti berikut Alatas, 2002 :
1. Gangguan pada sistem gastrointestinal : Anoreksia, nausea, cegukan.
2. Kulit : pucat, ekimosis, urea frost, bekas-bekas garutan karena gatal.
3. Sistem hematologi : berkurangnya produksi eritropoetin, hemolisis, defisiensi
besi. 4.
Sistem saraf dan otot. 5.
Sistem kardiovaskuler : hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung.
Universitas Sumatera Utara
6. Sistem endokrin : gangguan seksual, gangguan metabolisme glukosa, lemak dan
vitamin D. 7.
Gangguan sistem lain : terdapat pada tulang, asidosis metabolik.
2.2.2. Pemeriksaan yang Diperlukan
Di bawah ini adalah pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa penderita gagal ginjal kronis Alatas, 2002 :
1. Pemeriksaan laboratorium : urine, kreatinin darah, sedimen urin dan elektrolit
serum. 2.
Pemeriksaan EKG. 3.
Ultrasonograpi USG. 4.
Foto polos abdomen. 5.
Pemeriksaan radiologi tulang. 6.
Pielografi Intra Vena PIV. 7.
Pemeriksaan Prelografi Retrograd. 8.
Pemeriksaan foto dada.
2.2.3. Upaya Pengobatan Penderita GGK
a. Penatalaksanaan Konservatif Gagal Ginjal Progresif Alatas, 2002 Diadakan untuk mengendalikan gejala, meminimalkan komplikasi, mencegah
akibat jangka panjang, dan memperlambat insufiensi ginjal, dapat dilakukan dengan cara:
1. Menjaga tekanan darah dalam batas normal.
2. Minum air putih yang banyak.
Universitas Sumatera Utara
3. Tidak sembarang minum obat dan dalam jangka waktu yang lama.
4. Mematuhi program diet seperti : batasi makanan yang mengandung kalium,
natrium, protein tinggi, garam tinggi, dan kolesterol tinggi. 5.
Memakai alat pelindung diri saat bekerja dengan bahan kontaminan. 6.
Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala terutama fungsi ginjal. 7.
Mengurangi stres dan meningkatkan berpikir positif. 8.
Meningkatkan aktivitas yang aman. b. Dialisis
Cara yang umum dilakukan untuk menangani gagal ginjal di Indonesia adalah dengan menggunakan mesin pencuci darah dialiser yang berfungsi sebagai ginjal
buatan. Dialisa aadalah suatu proses dimana solut dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membrane berpori darisuattu kompartemen cair menuju
kompartemen lainnya Poice, 2006 . Hemodialisis dan dialysis peritoneal merupakan dua tehnik utama dalam dialysis, dan prinsip dasar kedua teknik itu sama,
difusi solut dan air dari plasma ke larutan dialysis sebagai responden terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu Burton, 1990 .
2.3. Zat Gizi pada penderita GGK
Unsur-unsur gizi nutrient yang memiliki makna khusus dalam pengobatan conventional yang dapat digunakan sebagai terapi pendamping sudah harus
dilaksanakan dan memerlukan pemantauan ketat. 1.
Cairan dan Natrium
Universitas Sumatera Utara
Gejala pertama pada keadaan gagal ginjal menahun adalah ketidakmampuan nefron yang masih berfungsi itu untuk meningkatkan filtarat glomelurus secara baik
dan mengatur eksresi natrium kedalam air seni, dengan semakin parahnya kegagalan ginjal dan menurunnya glomerulus GFR hingga 10 atau kurang dari nilai
normlnya, maka produksi air seni akan menjadi sedikit sehingga masukan air dan natrium dalam jumlah yang lazim tidak dapat ditolerir. Kebutuhan penderita akan air
dapat ditentukan lewat pengukuran jumlah air seni yang dikeluarkan selama 24 jam dengan memakai gelas silinder dan ditambah air 500 ml, ini akan menganti jumlah
kehilangan air yang hilang dari dalam tubuh volume urine + 500 ml. 2.
Natrium Natrium perlu dibatasi karena natrium diperlukan di dalam tubuh walaupun faal
ginjal sudah menurun. Hal ini penting bila terdapat hipertensi, edema dan bendungan paru- paru. Parameter yang digunakan untuk menilai kecukupan natrium adalah berat
badan, kadar Na urine, serum dan laju filtrasi glomerulus. Pemberian natrium harus diberikan dalam jumlah maksimal yang dapat ditolerir dengan tujuan untuk
mempertahankan volume cairan ekstraseluler terkendalinya asupan natrium yang ditandai nya terkontrolnya tekanan darah dan pembengkakan oedema.
3. Protein Asupan protein disesuaikan dengan derajat ganguan fungsi ginjal laju filtrasi
glomerulus kurang dari 25, berdasarkan berbagai hasil- hasil penelitian di dapatkan bahwa pada GGK di perlukan peranan asupan protein sampai 0,5-0,6 grkg BBhari,
rata- rata 0,5 gr kg BB hari agar tercapai keseimbangan metabolisme protein yang
Universitas Sumatera Utara
optimal. Dari protein 0,5 grkg BBhari ini hendaknya diusahakan sekurang- kurangnya 60 atau 0,35 grkg BB hari berupa protein dengan nilai biologik tinggi.
Protein dengan nilai biologik tinggi adalah protein dengan susunan asam amino yang menyerupai aturan amino essensial dan pada umumnya berasal dari protein hewani
susu, telur, ikan, unggas, daging tidak berlemak. 4. Kalium
Kalium jarang meningkat pada GGK, bila terjadi hiperkalemia maka biasanya berkaitan dengan oliguri berkurangnya volume urine, keadaan metabolic, obat-
obatan yang mengandung kalium. Kadar kalium dalam dalam serum harus dijaga dalam suatu kisaran yang sempit yaitu 3,5 hingga 5 EqI untuk mencegah timbulnya
kegawatan jantung karena hiperkalmia. 5. Kalori Energi
a. Asupan Energi Kebanyakan penderita GGK menunjukkan kurang gizi, hal ini disebabkan
oleh berbagai factor metabolisme dan kurangnya asupan kalori. Kalori cukup tinggi di hasilkan dari sumber karbohidrat dan lemak merupakan hal yang penting bagi
penderita kronik pembatasan masukan protein yang diperlukan untuk memperbaiki keseimbangan nitrogen, guna mencegah oksidasi protein. Untuk memproduksi energi
disarankan masukan kalori paling sedikit 35kkalkg BBhari, kebutuhan asupan kalori penderita GGK yang stabil adalah 35 kkalkg BBhari
b. Kebutuhan kalori harus dipenuhi guna mencegah terjadinya pembakaran protein tubuh dan merangsang pengeluaran insulin.
Universitas Sumatera Utara
6. Lemak Lemak terbatas, diutamakan pengguna lemak tak jenuh ganda. Lemak normal
untuk pasien dialisis 15-30 dari kebutuhan energi total. 7. Vitamin
Defisiensi asam folat, piridoksin dan vitamin C dapat terjadi sehingga perlu suplemen vitamin tersebut. diantaranya vitamin larut lemak, kadar vitamin A
meningkat sehingga harus dihindari pemberian vitamin A pada GGK. Vitamin E dan K tidak membutuhkan suplemen tasi.
2.4. Diet Penyakit Ginjal Kronik 2.4.1. Tujuan Diet Penyakit Ginjal Kronik