BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit gagal ginjal merupakan salah satu penyebab kematian di Indonesia dimana peningkatan jumlah penderita terus bertambah hingga saat ini. Berdasarkan
hasil survei Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia PAPDI tahun 1990 sampai 1992 menunjukkan bahwa 13 dari sekitar 50.000 orang pasien rawat inap di rumah
sakit di seluruh Indonesia menderita gagal ginjal. Penderita gagal ginjal tahap akhir terminal di Indonesia bertambah sekitar 100 orang pasien setiap 1 juta
penduduktahun dan hanya 3000 orang yang menjalani terapi dialisis dari 150 ribu
orang penderita gagal ginjal di Indonesia saat ini Sapri, 2004.
Meningkatnya angka kegemukan, diabetes dan tekanan darah tinggi sangat mempengaruhi peningkatan risiko gagal ginjal. Penanganan penyakit gagal ginjal
seperti sebuah tindakan dalam fungsinya, yang umumnya tidak hanya satu, tetapi banyak komponen nutrisi yang perlu dikontrol Peckenpaylit, 2007 .
Salah satunya pengaturan pola makandiet pada penderita gagal ginjal. Pengobatan ini merupakan anjuran yang harus dipatuhi oleh setiap penderita gagal
ginjal selain terapi dialisiscuci darah atau transplantasi ginjal. Pentingnya pengaturan pola konsumsi pangan penderita gagal ginjal dilakukan untuk membantu mengurangi
kerja ginjal yang tidak dipatuhi dapat meningkatkan angka mortalitas pasien gagal ginjal Lumenta, 1992.
1
Universitas Sumatera Utara
Keberhasilan penatalaksanaan pengaturan pola konsumsi pangan pada penderita gagal ginjal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dimaksud
antara lain motivasi atau keyakinan sembuh terhadap program pengobatan yang diberikan Becker, 1974 dikutip Kotler, 1987. Sedangkan menurut Mechenbaum
1977 dikutip dari Niven 2002, faktor penting dalam mencapai kepatuhan pasien yaitu melalui dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota
keluarga yang lain, teman, dan uang. Penyakit Ginjal Kronik PGK adalah suatu keadaan menurunnya fungsi
ginjal yang bersifat kronik, progresif dan menetap berlangsung. Beberapa tahun pada keadaan ini ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan
cairan tubuh dalam keadaan asupan diet normal Ardaya, 2003 . Penderita yang berada pada stadium akhir untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya diperlukan
terapi penganti yaitu hemodialisis HD, peritoneal dialysis mandiri berkesinambungan Continuos Ambulatory Peritoneal dialysis CAPD atau
transplantasi ginjal Wilson Price, 1994 . Penyakit ginjal tahap akhir biasanya ditandai dengan test klirens kreatinin
rendah. Penderita dengan test klirens kreatinin 15 mlmenit dianjurkan untuk menjalani terapi pengganti, salah satunya adalah dengan dialisis. Tindakan dialisis
merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kelangsungan hidup pasien bertujuan menurunkan kadar ureum, kreatinin dan zat toksik lainnya dalam darah
Triyani, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Terapi nutrisi pada penderita gagal ginjal dapat digunakan sebagai terapi pendamping komplementer utama dengan tujuan mengatasi racun tubuh,
mencegah terjadinya infeksi dan peradangan, dan memperbaiki jaringan ginjal yang rusak. Caranya adalah diet ketat rendah protein dengan kalori yang cukup untuk
mencegah infeksi atau berkelanjutannya kerusakan ginjal. Kalori yang cukup agar tercapai asupan energi yang cukup untuk mendukung kegiatan sehari– hari, dan berat
badan normal tetap terjaga Tim Redaksi Vitahealth, 2008 .
Pengaturan diet pada penyakit gagal ginjal yang menjalani hemodialisis sedemikian kompleks, pengaturan diet tersebut sangat sukar untuk di patuhi oleh
pasien sehingga memberikan dampak terhadap status gizi dan kualitas hidup penderita Sidabutar, 1992 .
Berdasarkan penelitian tahun 2004 di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam mengurangi
asupan cairan pada penderita GGK yang menjadi HD, menunjukkan 67,3 penderita yang patuh dan 32,7 penderita yang tidak patuh. Hal tersebut antara lain karena
dipengaruhi faktor keterlibatan tenaga kesehatan dan faktor lamanya 1 tahun menjalani HD.
Di Rumah Sakit Umum dr. Pringadi Medan jumlah penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di ruang hemodialisa pada tahun 2006 sebanyak 12,83
dari seluruh pasien rawat jalan di bagian penyakit dalam. Tahun 2007 meningkat menjadi 14,48, dan tahun 2008 menunjukkan persentase 23,52. Dengan
Universitas Sumatera Utara
meningkatnya proporsi penderita gagal ginjal kronik harus dicermati bagaimana pola konsumsi pangan penderita gagal ginjal tersebut. Karena dengan adanya pengaturan
diet yang baik, maka penderita gagal ginjal kronik dapat hidup normal kembali, dan produktif serta dapat menunda menjalani dialisa untuk jangka waktu yang cukup lama
Ikaristi, 2007. Melihat pentingnya diet bagi pasien gagal ginjal kronik yang mengalami
hemodialisa, maka peneliti tertarik untuk meneliti diet pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
1.2. Perumusan Masalah