Tujuan Akibat penyimpangan Tinjauan Teoritis 1. Perbedaan Akuntansi Komersial dengan Akuntansi Fiskal

xxiii b Mempertemukan antara biaya untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan proper matching taxable income and deductible expense sesuai dengan prinsip 3M mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, beban expense yang dapat dikurangkan atas penghasilan kena pajak taxable income adalah beban yang timbul dalam hubungannya dengan penghasilan match and link. Dalam suatu transaksi akan melibatkan lebih dari satu pihak lainnya akan membukukan sebagai beban. Misalnya, pada transaksi pembayaran gaji, pihak pemebri kerja akan membukukannya sebagai beban gaji sedangkan karyawanpegawai akan memperlakukan imbalan gaji tersebut sebagai penghasilan. Sebaliknya, bila pihak yang satu tidak membukukan sebagai penghasilan kena pajak maka pihak lawan transaksinya akan membukukan sebagai bukan beban non deductible expenses. Misalnya pada transaksi pemberian imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan fringe benefits kepada karyawanpegawai, dianggap bukan sebagai penghasilan kena pajak non objek pajak bagi karyawanpegawai dan tidak dapat dibebankan oleh pemeberi kerja. c Konservatif tidak digunakan. d Materialistis digunakan oleh auditor untuk menyatakan wajartidak wajar dalam penilaian laporan keuangan komersial tidak digunakan selain bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, hanya diperkenankan dengan metode langsung

c. Tujuan

Tujuan laporan keuangan komersial adalah: menghitung laba bersih, mengukur kinerja, mengukur keadaan posisi keuangan, mengukur keadaan kekayaan dan laporannya ditujukan untuk pihak ketiga dan manajemen. Sedangkan tujuan laporan keuangan fiskal adalah : menghitung besarnya pajak yang terutang dan laporannya ditujukan kepada pihak fiskus.

d. Akibat penyimpangan

Akibat dari penyimpangan dari laporan keuangan komersial, misalnya : pengambilan keputusan yang tidak tepat oleh manajemen, adanya opini yang buruk terhadap laporan keuangan yang berhubungan langsung dengan kreditor, investor dan pemilik perusahaan. Sedangkan akibat penyimpangan dari laporan keuangan fiskal adalah dikenakannya sanksi di bidang perpajakan antara lain : sanksi administrasi yang berupa denda, bunga atau kenaikan sedangkan sanksi pidananya berupa kurungan atau penjara. Menurut Gunadi 2001 : 201 – 202 Perbedaan Laporan keuangan Komersial dengan laporan Keuagan Fiskal disebabkan antara lain: 1. Perbedaan antara apa yang dianggap penghasilan menurut ketentuan perpajakan dan praktek akuntansi, misalnya kenikmatan dan natura benefits and kinds, intercompany dividend, pembebasan utang dan pengahsilan BUT karena atribusi force attraction. Universitas Sumatera Utara xxiv 2. Ketidaksamaan pendekatan penghitungan penghasilan, misalnya link and match, antara beban dan penghasilan, metode depresiasi, penerapan norma penghitungan, pemajakan dengan metode basis bruto atau netto. 3. Pemberian relif atau keringanan yang lainnya misalnya laba rugi pelaporan aktiva atau pengahasilan hibah, penghasilan tidak kena pajak, perangsang penanaman dan penyusutan dipercepat. 4. perbedaan perlakuan kerugian misalnya kerugian mancanegara atau harta yang tidak dipakai dalam usaha. Bila kita tinjau kembali maka sebenarnya perbedaan laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal terdapat pada: 1 Perbedaan mengenai konsep penghasilan atau pendapatan Konsep penghasilan Income menurut IAI 2007:13, adalah ”Kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”. Dari sisi fiskal, konsep penghasilan tidak jauh berbeda dengan konsep akuntansi, yaitu: Segala tambahan kemampuan ekonomis yang diterimadiperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari Luar Indonesia yang bisa dikonsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun. Lebih lanjut fiskal membedakan penghasilan tersebut menjadi tiga kelompok yang sesuai dengan UU No 36 Tahun 2008 Pasal 4 Tentang Pajak Penghasilan, yaitu: a Penghasilan yang merupakan Objek Pajak Penghasilan b Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final c Penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak Penghasilan Universitas Sumatera Utara xxv Pengelompokan penghasilan tersebut akan berakibat adanya perbedaan mengenai konsep penghasilan antara SAK dan Fiskal. Penghasilan yang bukan objek pajak berarti atas penghasilan tersebut tidak dikenakan pajak tidak menambah laba fiskal, lebih jelasnya tentang pengelompokkan penghasilan tersebut diuraikan dalam UU No 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 1,2 3 Tentang Pajak Penghasilan. 2 Perbedaan Konsep Beban Biaya Beban expense menurut IAI 2007:13, diartikan sebagai “Penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal”. Sisi Fiskal sendiri, mengartikan Beban sebagai biaya untuk menagih, memperoleh dan memelihara penghasilan atau biaya yang berhubungan langsung dengan perolehan penghasilan. Perbedaan inilah yang menyebabkan pihak fiskus sering berbeda pendapat dengan wajib pajak dalam hal menentukan bebanbiaya yang boleh atau tidak boleh dikurangkan sehingga harus dikeluarkantidak boleh diperhitungkan sebagai pengurangan penghasilan. Misalnya penafsiran atas bunyi undang-undang yang menyatakan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan adalah meliputi biaya untuk menagih, memelihara dan mempertahankan penghasilan. Wajib pajak sendiri sering diharuskan untuk memberikan sumbangan baik yang wajib maupun tidak wajib, dan kadang kala tidak disertai dengan bukti-bukti yang mendukung. Kemudian wajib pajak menganggap biaya yang dikeluarkan Universitas Sumatera Utara xxvi tersebut dapat dibiayakan karena dikeluarkan sehubungan dengan kelancaran usaha, sedangkan pihak fiskus menganggap biaya tersebut termasuk hibah, bantuan dan sumbagan yang tidak boleh dikurangkan. 3 Perbedaan dalam konsep Penyusutan dan Nilai Persediaan Perbedaan dalam konsep antara akuntansi dengan peraturan perpajakan terutama menyangkut konsep penyusutan dan penilaian persediaan barang dagangan. a Konsep Penyusutan Perbedaan utama antara akuntansi dengan undang-undang perpajakan adalah penentuan umur aktiva dan metode penyusutan yang boleh digunakan. Akuntansi menentukan umur aktiva berdasarkan umur sebenarnya walaupun penentuan umur tersebut tidak terlepas dari tafsiran Judgement. Menurut IAI 2007: Akuntansi memiliki beberapa metode penyusutan yaitu: 1. Metode garis lurus Straight line method yaitu, menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat asset jika dinilai residunya tidak berubah. 2. Metode Saldo Menurun diminishing balance method yaitu, menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat asset. 3. Metode Jumlah Unit sum of the unit method, yaitu menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat asset. Ketentuan perpajakan hanya menetapkan dua metode penyusutan yang harus dilaksanakan wajib pajak berdasarkan pasal UU No 36 tahun 2008 pasl 11 tentang Pajak Penghasilan yaitu berdasarkan metode garis lurus dan metode saldo menurun yang dilaksanakan secara konsisten, kemudian aktiva harta berwujud dikelompokkan berdasarkan jenis harta dan masa manfaat sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara xxvii Tabel 1.1 Kelompok Harta Berwujud, Metode, serta Tarif Penyusutan Sumber : Undang-Undang No 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tidak berwujud dan pengeluaran lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun dilakukan juga dengan memakai 2 metoda yaitu : metoda garis lurus dan metoda saldo menurun, dengan pengelompokan sebagai berikut : Tabel 1.2 Kelompok Harta Tak Berwujud, Metode, serta Tarif Amortisasi Sumber : Undang-Undang No 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat Tarif Penyusutan sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 Ayat 2 I. Bukan Bangunan Kelompok 1 4 Tahun 25 50 Kelompok 2 8 Tahun 12.5 25 Kelompok 3 16 Tahun 6.25 12.5 Kelompok 4 20 Tahun 5 10 II. Bangunan Permanen 20 Tahun 5 - Tidak Permanen 10 Tahun 10 - No Kelompok harta tidak berwujud Masa Manfaat Tarif Amortisasi berdasarkan Metode Garis Lurus Tarif Amortisasi Berdasarkan Metode Saldo Menurun 1 2 3 4 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 4 Tahun 8 Tahun 16 Tahun 20 Tahun 25 12.5 6.25 5 50 25 12.5 10 Universitas Sumatera Utara xxviii Penentuan masa manfaat, jenis harta, metode, serta tarif dimaksudkan untuk memberikan keseragaman bagi wajib pajak dalam melakukan penyusutan maupun amortisasi. b Konsep Nilai Persediaan Dalam undang-undang pajak penghasilan Indonesia, persediaan dan pemakaian persediaan untuk menghitung harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan cost yang dilakukan dengan metode rata-rata average atau dengan metode mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama yang dikenal dengan first in first out FIFO. Penggunaan metode tersebut harus dilakukan secara konsisten. Apabila kita meninjau secara akuntansi maka ada 3 jenis metode yang dilakukan untuk menilai persediaan yang sesuai dengan SAK No 14 tahun 2007 yaitu dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama MPKP atau FIFO, kemudian rata-rata tertimbang weight average cost method dan masuk terakhir keluar pertama MTKP atau LIFO. Kemudian untuk barang yang lazimnya tidak dapat digantikan dengan barang lain not ordinary interchangeable dan barang serta jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek khusus harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing. Universitas Sumatera Utara xxix 2 Pengertian Laba Komersial dan Laba Fiskal a. Laba Komersial. Laba komersial adalah pengukuran laba yang lazim digunakan dalam dunia bisnis. Laba komersial dihitung berdasarkan prinsip akuntansi yang berterima secara umum. Laba komersial tersebut penghitungannya bertumpu pada prinsip matching cost against revenue yaitu penandingan antara pendapatan dengan biaya–biaya terkait, dalam salah satu prinsip tersebut terhadap konsep tersebut ialah bahwa pengeluaran perusahaan yang tidak mempunyai manfaat untuk masa yang akan datang bukanlah merupakan asset maka akan dibebankan sebagai biaya. Dengan demikian dalam akuntansi diakui bahwa seluruh pengeluaranbeban perusahaan sepanjang memang harus dikeluarkan oleh perusahaan maka akan diakui sebagai biayabeban. Penghasilan Income adalah penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan revenue dan keuntungan gains. Menurut IAI 2007 : 23 “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.” Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya Universitas Sumatera Utara xxx ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Pada umumnya imbalan tersebut terbentuk kasa atau setara kas. Biaya adalah semua pengurang terhadap penghasilan. Sehubungan dengan periode akuntansi, pemanfaatan pengeluaran dipisahkan antara pengeluaran kapital dengan pengeluaran penghasilan. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan penurunan ekiutas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Beban juga menyangkut kerugian yang belum direalisasi, misalnya kerugian yang timbul dari pengaruh selisih kurs mata uang asing. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara yang biaya yang timbul dan penghasilan tertentu yang diperoleh. Kalau manfaat ekonomi yang timbul lebih dari satu periode akuntansi dan hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tidak langsung beban diakui berdasarkan alokasi yang rasional dan sistematis. Misalnya pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan aktiva tetap, goodwill, paten dan merk dagang. Beban ini dikenal dengan istilah penyusutan atau amortisasi.

b. Laba Fiskal