xxxv dengan format yang ditawarkan dalam UU No. 16 Tahun 2000 pasal 28 ayat 5,
yang memberikan pilihan untuk menggunakan kas basis atau akrual basis. Menurut Zain 2005 : 209 perbedaan waktu dapat dibagi menjadi :
a. Perbedaan waktu positif, terjadi apabila pengakuan beban untuk akuntansi lebih lambat dari pengakuan beban untuk pajak lebih
lambat dari pengakuan penghasilan untuk tujuan akuntansi.
b. Perbedaan waktu negatif, terjadi jika ketentuan perpajakan mengakui beban lebih lambat dari pengakuan dari pengakuan beban
akuntansi komersial atau akuntansi mengakui penghasilan lebih lambat dari pengakuan penghasilan menurut ketentuan pajak.
Contoh perbedaan waktu antara lain : penyusutan atau amortisasi, penilaian
persediaan, kerugian piutang kecuali bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, cadangan biaya reklamasi usaha pertambangan,
rugi laba selisih kurs, rugi laba atas penilaian efek dan rugi laba atas penyertaan saham.
4. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial ke Laporan Keungan Fiskal
Perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan
fiskal akan menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara
akuntansi komersial yang mendasarkan pada laba konsep dasar akuntansi yaitu the proper matching cost against revenues, sedangkan dari segi fiskal tujuannya
adalah penerimaan Negara. Dalam penyusunan laporan keuangan fiskal, wajib pajak harus mengacu kepada peraturan perpajakan, sehingga laoran keuangan
komersial yang dibuat berdasarkan standard akuntansi keuangan harus disesuaikandikoreksi fiskal terlebih dahulu sebelum menghitung besarnya
penghasilan kena pajak.
Universitas Sumatera Utara
xxxvi Solusi antara penerapan standard akuntansi keuangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan adalah dilakukannya suatu rekonsiliasi. Untuk menyusun rekonsiliasi antara laporan keuangan komersial dengan laporan
keuangan fiskal dapat dilakukan dengan cara seperti berikut ini : a. Buat terlebih dahulu daftar penyusunan fiskal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. b. Penyusutan fiskal tersebut kemudian dialokasikan sesuai dengan
pengalokasian yang dilakukan oleh perusahaan. c. Susun harga pokok produksi.
d. Susun rekonsiliasi biaya operasional. e. Susun rekonsiliasi pendapatanbeban lain-lain.
f. Susun rekonsiliasi laba rugi, yang dihimpun dan jumlah-jumlah akhir masing-masing rekonsiliasi sebelumnya.
Banyaknya rekonsiliasi yang harus disusun, disesuaikan dengan tipe perusahaan dan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Untuk
memberikan gambaran bagaimana rekonsiliasi itu dilakukan, maka berikut ini akan ditampilkan tahapan-tahapannya sebagai berikut:
1 Laporan Keuangan Komersial Laporan Keuangan Komersial yang diilustrsikan terutama laporan keungan
yaitu neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas. 2 Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial Ke laporan Keuangan Fiskal
Sebelum membuat rekonsiliasi, perlu diketahui dahulu perbedaan-perbedaan tentang apa saja yang perlu direkonsiliasikan. Perbedaan waktu menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
xxxvii perhitungan pajak atas jumlah laba yang berbeda dengan laba menurut
akuntansi. Namun, perbedaan tersebut akan terkoreksi secara otomatis di periode yang akan datang.
3 Laporan Keuangan Fiskal Berdasarkan rekonsiliasi atau koreksi fiskal yang dilakukan maka akan dapat
disusun suatu laporan keuangan fiskal. Ada beberapa perubahan penting yang sangat berpengaruh dalam perhitungan pajak perusahaan antara lain:
a Peredaran Usaha Peredaran usaha yang disajikan adalah peredaran usaha komersial sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi komersial atau standard akuntansi keuangan, yang merupakan penerimaanperedaran bruto dari kegiatan
usaha, baik di Indonesia maupun di luar negeri melalui bentuk usaha tetap atupun bukan bentuk usaha tetap.
b Harga Pokok Penjualan HPP Dilaporkan sesuai dengan sistem dan metode akuntansi komersial. Bagi
wajib pajak tertentu bank, dana pensiun, reksadana dan sebagainya tidak terdapat pemisahan antara HPP dan biaya beban usaha lainnya.
c Penghasilan Netto dari Luar Usaha Penghasilan lainnya yang bukan merupakan pengahasilan dari kegiatan
usaha atau tidak ada kaitannya dengan kegiatan usaha, misalnya bila terjadi penjualan aktiva tetap maka harus disajikan dalam laporan
keuangan.
Universitas Sumatera Utara
xxxviii d Penghasilan yang dikenakan PPh final dan yang tidak termasuk objek
pajak. Penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang dikenakan PPh final dan
yang tdak termasuk objek pajak harus dikeluarkan. e Penyesuaian Fiskal Positif
Pengeluaran komersial yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan, misalnya biaya untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
dana cadangan, imbalan natura dan kenikmatan serta pajak penghasilan. f Penyesuaian Fiskal Negatif
Perhitungan komersial yang lebih rendah dari ketentuan fiskal, misalnya selisih penyusutan komersial dibawah penyusutan fiskal dan penghasilan
yang ditangguhkan pengakuannya. Merekonsliasi perbedaan tersebut diperlukan kertas kerja rekonsiliasi
tersendiri yang berisi perbedaan waktu dan perbedaan tetap. Perbedaan waktu positif dan perbedaan tetap positif akan diberlakukan sebagai penambah,
sedangkan perbedaan waktu negatif dan perbedaan tetap negatif akan diberlakukan sebagai pengurang. Hasil penambahan atau pengurangan tersebut
merupakan saldo yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan fiskal. Berikut ini adalah gambar rekonsiliasi laporan keuangan komersial ke laporan
keuangan fiskal :
Universitas Sumatera Utara
xxxix
Gambar 4.1 Rekonsiliasi laporan keuangan komersial ke laporan keuangan fiskal
Sumber : Yayasan Artha Bhakti Cabang Medan, Brevet A B, 2009
5 Tata Cara Perhitungan PPh Badan a. Komponen Perhitungan PPh Badan
Menghitung PPh Badan, diperlukan minimal 5 kompenen yang sangat penting, yaitu:
a. Penghasilan yang menjadi objek pajak. Berdasarkan pasal 4 ayat 1 Undang–Undang PPh, objek pajak ialah:
Penghasilan, yang dapat digunakan untuk konsumsi danatau menambah harta.
b. Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak, Pengecualian ini diatur dalam UU PPh Pasal 4 ayat 3
Dokumen Sumber
Jurnal Buku
Besar Neraca
Percobaan LK
Komersial
Buku Pembantu
Dicocokkan
LK Fiskal
Penyesuaiain Fiskal
Universitas Sumatera Utara
xl c. Penghasilan yang pajaknya dikenakan secara final. Yaitu penghasilan
yang pajaknya telah finalselesai. d. Biaya yang boleh diurangi dari penghasilan bruto.
e. Biaya yang tidak boleh dikurangi dari penghasilan bruto.
b. Pengelompokan Pajak Badan Dalam Undang-undang PPh 1 PPh Pasal 22
Menurut Mardiasmo 2004:179, PPh Pasal 22 merupakan ”Pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah
baik pusat maupun daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga- lembaga negara lainnya sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang,
dan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain”.
2 PPh Pasal 23
Menurut Mardiasmo 2004:187, PPh Pasal 23 mengatur pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa atau peyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,
yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau Subjek Pajak dalam negeri, peyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya.
3 PPh Pasal 24
PPh Pasal 24 merupakan perhitungan besarnya pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak
penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri. Konsep Umum
• Pajak yang telah di luar negeri dapat kreditkan
Universitas Sumatera Utara
xli • Syarat untuk dapat mengkreditkan pajak yang telah dibayar di luar
negeri. - Menyampaikan laporan keuangan dari penghasilan yang berasal
dari laur negeri - Menyampaikan fotocopy Surat pemberitahuan Pajak yang
disampaikan di luar negeri. - Menyampaikan dokumen pembayaran pajak luar negeri.
• Kerugian dari usaha yang berasal dari luar negeri tidak diakui sebagai kerugian
• Mekanisme pengkreditan di Indonesia menggunakan metode Ordinary Credit Method
- Jumlah yang dapat dikreditkan dibatasi secara proposional sesuai dengan beban total pajak terutang.
4 PPh Pasal 25
Ketentuan PPh Pasal 25 mengatur tentang penghitungan besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan.
Konsep Umum • Angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh WP setiap
bulan dalam tahun pajak berjalan • Besarnya angsuran pajak dihitung dengan rumus:
Pajak penghasilan terutang menurut SPT tahun lalu dikurangi dengan pajak penghasilan yang telah dipotong dan atau dipungut serta pajak
penghasilan yang di bayar atau terutang di luar negeri yang boleh
Universitas Sumatera Utara
xlii dikreditkan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 21, 22, 23, dan
24, kemudian dibagi dengan 12 atau banyaknya bulan dalam tahun pajak.
5. PPh Pasal 26