Koreksi Fiskal Rekonsiliasi Laporan Keuangan Untuk Menghitung PPh Terhutang Pada PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan

xxxi Penghasilan kena pajak berdasarkan prinsip taxability deductability, dengan prinsip ini suatu biaya baru dapat dikurangkan dari penghasilan bruto apabila pihak yang menerima pengeluaran atas biaya yang bersangkutan melaporkannya sebagai penghasilan dan penghasilan tersebut dikenakan pajak taxable. Misalnya tunjangan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan dapat dianggap sebagai biaya dan mengurangi laba kotor jika karyawan yang menerima tunjangan tersebut mengakui tunjangan yang diberikan dari penghasilan bruto dan dikenakan PPh pasal 21.

3. Koreksi Fiskal

Menurut Agus Setiawan dan Basri Musri 2006 : 421 “Koreksi fiskal adalah penyesuaian ketentuan menurut pembukuan secara komersial atau akuntansi yang harus disesuaikan menurut ketentuan perpajakan.” Perhitungan laba komersial yang dihasilkan oleh semua perusahaan, harus mengalami koreksi fiskal untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak, karena tidak semua ketentuan dalam dalam standard akuntansi keuangan digunakan dalam peraturan perpajakan atau banyak ketentuan perpajakan yang tidak sama dengan Standard Akuntansi Keuangan. Koreksi fiskal secara akuntansi tidak memerlukan perlakuan jurnal khusus karena pada prinsipnya koreksi fiskal tidak mengubah besarnya saldo pada rekening nominal atau rekening rill pada neraca ataupun laporan rugi laba.

a. Koreksi Fiskal Terhadap Neraca

Ada beberapa perbedaan dalam penyajian di neraca, yaitu : 1 Pengakuan piutang tidak tertagih Universitas Sumatera Utara xxxii Akuntansi komersial mengakui adanya analisa umur piutang yang memungkinkan menyisihkan kerugian piutang yang tidak tertagih meskipun belum ada bukti pendukung yang kuat bahwa piutang tersebut tidak dapat ditagih, kerugian ini ditaksir melalui analisa umur piutang misalnya piutang yang telah berumur lebih dari 2 tahun dianggap telah hangus 100, piutang yang berumur antara 12 – 18 bulan nilainya tinggal 30 dan piutang yang berumur 1 bulan diakui masih 10. Neraca fiskal hanya boleh mengakui kerugian piutang tidak tertagih, apabila piutang tersebut ternyata tidak dapat ditagih dengan diperkuat oleh putusan pengadilan atau alasan lain yang lebih kuat. 2 Penilaian Persediaan. Metode penilaian persediaan yang diakui oleh akuntansi komersial yang populer adalah metode Fifo, Lifo dan Average. Walau demikian masih ada beberapa metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung persediaan dengan syarat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan dan dilakukan secara konsisten taat asas. Dalam neraca fiskal hanya mengakui penilaian persediaan dengan menggunakan metode FIFO dan average saja. 3 Metode Penyusutan Aktiva Tetap Neraca komersial mengakui adanya beberapa metode yang dapat dipakai dalam menyusutkan aktiva tetap, paling tidak ada tiga metode yang populer dipakai dalam penghitungan penyusutan yaitu : Metode garis lurus Straight line method, metode saldo menurun diminishing balance method metode jumlah unit sum of the unit method. Penyusutan dalam akuntansi secara komersial mengakui adanya nilai residu bila dikehendaki, masa manfaat aktiva tetap dan Universitas Sumatera Utara xxxiii masa penyusunannya tergantung umur ekonomisnya, sedangkan pada neraca fiskal nilai residu tidak diperhatikan dan masa manfaat ditentukan oleh undang- undang berdasarkan penggolongan aktiva tetap, dalam hal ini telah diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan No 79PMK.032008

b. Koreksi Fiskal Terhadap Laporan Laba Rugi

Dalam laporan laba rugi ada dua perbedaan antara laporan laba rugi secara komersial dan laporan laba rugi secara fiskal yaitu : 1 Beda tetap Permanent differences Beda Tetap, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang tidak boleh dikurangkan pada penghasilan kena pajak, contohnya : sumbangan, biaya entertain tanpa daftar nominatif, pengeluaran yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan perusahaan dan lain – lain. Menurut zain 2005 : 2003 perbedaan tetap dapat dibagi menjadi a. Perbedaan tetap positif, terjadi karena ada laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan dan relief pajak. b. Perbedaan tetap negatif, terjadi karena disebabkan adanya pengeluaran sebagai beban laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan fiskal . Contoh beda tetap ialah dividen yang diterima dari penyertaan modal pada badan usaha yang berdiriberkedudukan di Indonesia, penerimaan hibah atau bantuan dari pihak-pihak yang ada hubungan istimewa, penghasilan yang bersifat final, penggantian imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan, sanksi administrasi perpajakan, kerugian penjualan atau pengalihan aktiva, PPh pasal 21 dan 26 yang ditanggung oleh pemberi kerja, biaya perjalanan, biaya promosi, biaya entertainment, biaya penelitian dan pengembangan, kerugian piutang biaya Universitas Sumatera Utara xxxiv penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia piutang yang dapat dihapuskan adalah piutang yang ternyata tidak dapat ditagih dan dibuatkan daftar normatif atau dilampirkan di SPT tahunan PPh keperluan pribadi pemilik atau pemegang saham yang dibukukan sebagai beban usaha, keperluan pribadi pegawai perusahaan yang dibukuka n sebagai beban usaha. 2 Beda Waktu Perbedaan waktu adalah perbedaan yang bersifat sementara karena adanya ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan beban antara peraturan perpajakan dengan standard akuntansi keuangan. Sesuai dengan adanya asumsi dasar dalam pembukuan yang berbeda pembukuan laporan keuangan fiskal mengakui adanya prinsip kas basis dan akrual basis pasal 28 ayat 5 UU No. 16 Tahun 2000, akuntansi komersial hanya mengakui pendapatan dan beban dengan prinsip akrual, hal ini tertuang dalam PSAK Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan IAI, 2007 Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan matching of cost with revenues ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama. Warren, Reeve, Fess 2005:63, Menyatakan bahwa ”Pendapatan adalah Peningkatan ekuitas pemilik yang diakibatkan oleh proses penjualan barang atau jasa kepada pembeli”. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan pengakuan antara beban dan pendapatan yang diakui prinsip matching. Laporan laba rugi fiskal memberi peluang untuk menyajikan dengan sistem kas basis ha ini sesuai Universitas Sumatera Utara xxxv dengan format yang ditawarkan dalam UU No. 16 Tahun 2000 pasal 28 ayat 5, yang memberikan pilihan untuk menggunakan kas basis atau akrual basis. Menurut Zain 2005 : 209 perbedaan waktu dapat dibagi menjadi : a. Perbedaan waktu positif, terjadi apabila pengakuan beban untuk akuntansi lebih lambat dari pengakuan beban untuk pajak lebih lambat dari pengakuan penghasilan untuk tujuan akuntansi. b. Perbedaan waktu negatif, terjadi jika ketentuan perpajakan mengakui beban lebih lambat dari pengakuan dari pengakuan beban akuntansi komersial atau akuntansi mengakui penghasilan lebih lambat dari pengakuan penghasilan menurut ketentuan pajak. Contoh perbedaan waktu antara lain : penyusutan atau amortisasi, penilaian persediaan, kerugian piutang kecuali bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, cadangan biaya reklamasi usaha pertambangan, rugi laba selisih kurs, rugi laba atas penilaian efek dan rugi laba atas penyertaan saham.

4. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial ke Laporan Keungan Fiskal