Gambaran Perkembangan Psikososial PEMBAHASAN

dan selama tahun-tahun sekolah dasar, anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu luang mereka bersama anak-anak yang berjenis kelamin sama. Dampak jangka panjang dari anak-anak yang tinggal dipanti asuhan terkait dengan perkembangan psikososial, terkandung dalam penelitian Banunaek 1999 menyatakan bahwa sebagian besar anak-anak yang tinggal di panti asuhan mengalami sindrom deprivasi maternal aspek psikososial. Hilangnya figur pengganti orang tua ini menyebabkan gangguan perkembangan tingkah laku yang akhirnya menimbulkan sindrom deprivasi maternal. Deprivasi maternal adalah suatu kondisi yang terjadi terutama pada balita yang mengalami ketidak hadiran atau ketidak pedulian atau tidak mendapat perhatian dari ibu atau pengasuh atau pengganti ibu, karena putusnya hubungan antara ibupengasuhpengganti ibu, sehingga anak tersebut mengalami hambatan tumbuh kembang Humris, 1985 dalam Banunaek, 1999.

B. Perkembangan Psikososial Tahap Inisiatif

Inisiatif merupakan perkembangan yang muncul dimana anak mulai mendengarkan kata hati, ketika akan melakukan sesuatu, dan memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu Santrock, 2002. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa tahap inisiatif anak- anak PSAA Balita Tunas Bangsa sebanyak 17 anak 58.6 inisiatif baik, inisiatif cukup sebanyak 12 anak 41.4, sedangkan anak dengan inisiatif kurang tidak ada. Artinya perkembangan psikososial tahap inisiatif anak yang tinggal di panti asuhan sebagian besar baik, maksudnya anak-anak di panti asuhan sudah mampu mendengarkan kata hati dalam melakukan sesuatu, dan memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu. Hal ini terlihat pada pencapaian karakteristik tahap inisiatif anak-anak di panti asuhan. Karakteristik yang dicapai oleh anak-anak panti asuhan adalah berinisiatif bermain dengan benda-benda di sekitarnya, menikmati bermain bersama dengan anak seusianya, mudah berpisah dengan orang tua, mengetahui hal-hal yang salah dan benar, dan mengikuti aturan, mengenal minimal 4 warna, mampu mengerjakan pekerjaan sederhana, dan mengenal jenis kelamin. Sementara itu karakteristik yang belum tercapai adalah mengkhayal dan kreatif, belajar keterampilan fisik baru dan merangkai kata-kata dalam bentuk kalimat. Karakteristik inisiatif yang tercapai dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu, permainan dan lingkungan sekolah. Permainan merupakan sebuah aktivitas yang menyenangkan apabila terlibat didalamnya, serta bentuknya yang bervariasi, selain itu bermain merupakan aktivitas seorang anak. Aktivitas bermain yang dilakukan anak-anak mampu mengkoordinasikan penglihatan dan gerakan, serta memperoleh keterampilan baru Santrock, 2011. Hal tersebut menyebabkan memudahkan pengasuh untuk memberikan arahan maupun stimulasi untuk pencapaian perkembangan, terutama perkembangan psikososial dalam pencapaian karakteristik inisiatif. Selain permainan, lingkungan juga turut mempengaruhi pencapaian karakteristik inisiatif, terutama lingkungan sekolah. Irfan 2007, dalam Utami, 2008 menyebutkan bahwa lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pola pengasuhan untuk mencapai perkembangan yang optimal. Ketika pengasuh belum memenuhi kebutuhan anak untuk perkembangannya, di lingkungan sekolah terdapat guru yang membantu memenuhi kebutuhan anak, selain itu lingkungan sekolah mengajarkan kebaikan pada anak. Sebagai contoh, di sekolah anak di ajarkan untuk berdoa sebelum belajar, anak di ajarkan untuk saling berbagi dengan teman-temannya. Berdasarkan pengamatan peneliti, panti asuhan mendatangkan seorang guru untuk mendampingi anak-anak berusia 3-5 tahun layaknya kelompok bermain yang berada di luar panti, sementara itu anak yang berusia 6 tahun bersekolah di Taman Kanak-kanak TK di luar panti asuhan. Anak yang berusia 3-5 tahun membentuk kelompok bermain untuk mempersiapkan sekolah TK, sedangkan anak usia 6 tahun yang sekolah TK dipersiapkan untuk masuk Sekolah Dasar SD. Kelompok bermain adalah bentuk layanan bagi anak usia dini 3-6 tahun yang berfungsi untuk membantu meletakkan dasar- dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Kelompok bermain yang baik harus dapat menyediakan sarana dan program pembelajaran yang memadai bagi proses pendidikan dan perkembangan anak, yang tentunya disesuaikan dengan tahapan perkembangan dan usia anak Depdiknas, 2002 dalam Latifah, 2010. Materi yang diberikan oleh guru di panti asuhan tersebut antara lain menulis, menggambar, mewarnai, mengenal huruf, mengenal angka, dan masih banyak lagi, selain itu sarana dan prasarana yang tersedia di panti juga cukup memadai untuk mendukung perkembangan anak. Pihak panti asuhan mendatangkan seorang guru, dengan harapan ketika anak-anak masuk TK kemampuan kognitif anak-anak sudah di asah. Hurlock 2002 menyebutkan, anak-anak yang mengikuti pendidikan prasekolah misalnya pendidikan untuk anak sebelum taman kanak-kanak Nursery school, pusat pengasuhan anak pada siang hari day care center, atau taman kanak-kanak kindergarten biasanya mempunyai sejumlah besar hubungan sosial yang telah ditentukan dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuaian yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah. Pernyataan Hurlock sejalan dengan penelitian Rudiati 2010 yang bertujuan untuk menganalisa perbedaan perkembangan psikososial anak TK dengan playgroup dan tanpa playgroup, dan hasilnya terdapat perbedaan perkembangan psikososial antara anak TK dengan kelompok bermain dan tanpa kelompok bermain. Perkembangan psikososial anak TK dengan kelompok bermain berada dalam kategori baik sedangkan anak TK tanpa kelompok bermain dalam kategori kurang baik. Penelitian Rudiati sejalan dengan Hastuti 2009 yang bertujuan untuk menganalisis penyelenggaraan stimulasi psikososial pada anak di kelompok bermain dan pengaruhnya terhadap tumbuh kembang, menyatakan bahwa kelompok bermain memberikan pengaruh terhadap perkembangan sosial emosi. Anak yang mengikuti kelompok bermain, anak dapat menceritakan perasaannya, memberitahu tentang hal yang ditakutkan, mengenal etiket makan, menjadi pendengar yang baik, mampu membereskan alat-alat permainan, tidak membalas memukul apabila dipukul temannya, serta mau bermain dan ramah dengan orang yang baru dikenalnya, mampu memilih baju sendiri, mulai mahir menggunakan toilet, sudah dapat ditinggalkan orang tua, dan mudah bermain dengan siapa saja. Tetapi, hampir semua anak akan menangis dan marah apabila permintaannya tidak dikabulkan.

C. Perkembangan Psikososial Tahap Rasa bersalah

Rasa bersalah merupakan perasaan bersalah yang muncul ketika anak mengalami hambatan, tidak mampu atau gagal dalam melakukan sesuatu. Hasil penelitian tahap rasa bersalah anak PSAA Balita Tunas Bangsa didapatkan hasil sebanyak 13 anak 44.8 rasa bersalah baik, rasa bersalah cukup sebanyak 16 anak 55.2 sedangkan rasa bersalah kurang tidak ada. Artinya rasa bersalah anak di PSAA Balita Tunas Bangsa dalam nilai cukup, anak masih belum mampu mengatasi hambatan yang ada dalam melakukan sesuatu. Hal tersebut disebabkan karena beberapa karakteristik perkembangan psikososial tahap rasa bersalah masih ada yang belum tercapai. Karakteristik yang menyebabkan rasa bersalah cukup adalah masih ada anak yang pesimis, tidak memiliki cita-cita, sangat membatasi aktivitasnya, dan masih ada yang berperilaku agresif. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama penelitian, ada anak yang menghindar dari teman-temannya pada saat bermain bersama, anak terlihat hanya diam saja ketika ditanya. Selain itu ada juga anak yang suka menggoda anak lain sampai menangis, ada anak yang merebut mainan temannya, ada anak yang tidak mengikuti aturan, karena hanya ingin bermain saja padahal sudah masuk jam untuk mengikuti playgroup dan ada juga anak yang berkata kasar akibat keinginan tidak dituruti. Kejadian anak yang menangis dan berkata kasar terulang beberapa kali selama penelitian berlangsung. Tingkah laku tersebut menggambarkan perilaku agresif, dan perilaku tersebut biasanya