Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial

pemahaman mengenai gendernya, anak perempuan dicirikan mengenakan kerudung, sedangkan anak laki-laki mengenakan peci, sehingga ketika anak berada dilingkungan sosial sudah bisa dibedakan laki-laki dan perempuan. c. Permainan Permainan adalah sebuah aktivitas yang menyenangkan dengan terlibat di dalamnya, ketika fungsi serta bentuknya bervariasi Santrock, 2011. Bermain adalah pekerjaan seorang anak, dan hal ini berkontribusi terhadap seluruh aspek perkembangan. Melalui bermain, anak merangsang indera, belajar menggunakan otot-otot mereka, mengkoordinasikan penglihatan dan gerakan, memperoleh penguasaan tubuh, dan memperoleh berbagai keterampilan baru Papalia, 2009. Penelitian Hastuti 2009 yang bertujuan untuk menganalisis penyelenggaraan stimulasi psikososial pada anak di kelompok bermain dan pengaruhnya terhadap tumbuh kembang, menyatakan bahwa kelompok bermain memberikan pengaruh terhadap perkembangan sosial emosi. Anak yang mengikuti kelompok bermain, anak dapat menceritakan perasaannya, memberitahu tentang hal yang ditakutkan, mengenal etiket makan, menjadi pendengar yang baik, mampu membereskan alat-alat permainan, tidak membalas memukul apabila dipukul temannya, serta mau bermain dan ramah dengan orang yang baru dikenalnya, mampu memilih baju sendiri, mulai mahir menggunakan toilet, sudah dapat ditinggalkan orang tua, dan mudah bermain dengan siapa saja. Tetapi, hampir semua anak akan menangis dan marah apabila permintaannya tidak dikabulkan. Penelitian Rudiati 2010 yang bertujuan untuk menganalisa perbedaan perkembangan psikososial anak TK dengan playgroup dan tanpa playgroup, dan hasilnya terdapat perbedaan perkembangan psikososial antara anak TK dengan kelompok bermain dan tanpa kelompok bermain. Perkembangan psikososial anak TK dengan kelompok bermain berada dalam katagori baik sedangkan anak TK tanpa kelompok bermain dalam katagori kurang baik. Permainan merupakan sarana untuk mengembangkan sosialisasi anak-anak dalam mengenal lingkungan, dan orang lain disekitarnya. Melalui kegiatan bermainan anak mampu mengembangkan kreativitasnya. Selain itu, dengan ditunjang sarana dan prasarana untuk bermain, anak-anak mampu melalui tahap perkembangan sesuai dengan usianya. Selain itu juga, banyaknya kelompok bermain atau play group yang tersedia, memudahkan orang tua atau pengasuh dalam memfasilitasi anak untuk bermain bahkan anak-anak dapat dipantau perkembangannya. d. Pengasuhan Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan perkembangan psikososial anak adalah praktik pengasuhan anak. Keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima kehadiran anak. Dalam mengasuh anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Disamping itu, orang tua juga diwarnai oleh sikap-sikap tertentu didalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan anak-anaknya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbeda-beda, karena orang tua mempunyai pola pengasuhan tertentu Soetjiningsih, 1998. Pola pengasuhan atau perawatan anak sangat bergantung pada nilai-nilai yang dimiliki keluarga. Pada budaya timur seperti Indonesia, peran pengasuhan atau perawatan lebih banyak dipegang oleh istri atau ibu meskipun mendidik anak merupakan tanggung jawab bersama pada dasarnya tujuan utama pengasuhan adalah: 1 Mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatnnya. 2 Memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya. 3 Mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakini Supartini, 2004 dalam Utami, 2008. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, orang tua memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengasuh anak-anaknya. Baumrind 1971 dalam Santrock, 2011 menggambarkan empat jenis pengasuhan yaitu: 1 Pengasuhan otoriter authoritarian parenting adalah gaya membatasi dan menghukum ketika orang tua memaksa anak-anak untuk mengikuti arahan dari orang tua dan di paksa untuk menghormati pekerjaan serta upaya orang tua. 2 Pengasuhan otoritatif authoritative parenting adalah gaya pengasuhan yang mendorong anak-anak untuk menjadi mandiri, tetapi masih ada batasan dari orang tua dan orang tua masih mengontrol tindakan anak-anak. 3 Pengasuhan lalai neclectful parenting merupakan gaya pengasuhan dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak-anaknya. 4 Pengasuhan permisif indulgent parenting merupakan gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dengan kehidupan anak-anaknya, dan orang tua memberikan tuntutan pada anak-anak mereka. Untuk mencapai pengasuhan sesuai, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan, yaitu: 1 Pengasuh Pola pengasuhan menjadi terganggu jika pengasuh menunjukkan sikap: a Inkonsistensi Sikap tidak konsisten terjadi kala pengasuh melakukan penyimpangan terhadap aturan atau disiplin yang sudah diterapkan orang tua. b Ketidaksiapan pengasuh Perilaku pengasuh yang suka membentak, mencubit atau berkata kasar yang mungkin akan ditiru oleh anak. c Overprotektif Pengasuh yang menerima dan menerapkan aturan dari oarng tua sebagaimana adanya, sehingga membuat anak merasa terkekang. 2 Lingkungan rumah Lingkungan rumah sekitar seperti tetangga, anak bisa mendapatkan pengalaman negatif yang akan mempengaruhi keberlangsungan pola pengasuhan orang tua. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu: a Membandingkan Ketika anak menemukan perbedaan pola pengasuhan maka anak akan membandingkan dan hal ini bisa mempengaruhi anak sehingga akan menyebabkan protes dari anak kepada orang tuanya. b Inkonsistensi Jika anak mendapati toleransi yang berbeda antara rumah temannya dengan apa yang ditemuinya dirumah sendiri maka anak kemungkinan akan melanggar ketetapan yang ada di rumahnya. Hal ini akan menyebabkan tidak konsistennya pola pengasuhan yang sudah ditetapkan sebelumnya. 3 Lingkungan sekolah Sekolah umumnya tidak selalu berpengaruh, tapi bisa jadi berpengaruh karena faktor berikut ini: a Beda peraturan Sebaiknya rumah mengacu pola pengasuhan yang diterapkan disekolah, karena umumnya sekolah mengajarkan kebaikan pada anak. bila pola pengasuhan yang diterapkan berbeda maka akan menyababkan pola pengasuhan tidak efektir. b Pengaruh teman Umumnya anak menganal beragam perilaku negatif lain yang datang dari teman-temannya, sehingga terkadang aturan-aturan orang tua hilang begitu saja Irfan, 2007 dalam Utami, 2008. Pengasuhan merupakan salah satu faktor yang penting dalam tahap perkembangan. Pengasuhan dapat membentuk bagaimana tingkah laku anak di lingkungan sosialnya. Pengasuhan terkait dengan orang yang paling dekat dengan anak, yaitu orang tua. Bagaimana orang tua memperlakukan anak-anaknya dapat dilihat dari cara pengasuhan yang digunakan. Sebagai contoh, apabila orang tua menerapkan pengasuhan yang otoriter, maka cenderung untuk mengatur semua tindakan anak- anaknya. Tetapi ketika anak-anak berada di luar pengawasan orang tua anak seringkali merasa cemas, gagal melakukan kegiatan, dan kurang mampu berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. e. Hubungan dengan anak lain Hampir semua karakteristik aktivitas dan perilaku melibatkan anak lain. Melalui bersaing dan membandingkan diri sendiri dengan anak lain, anak-anak dapat menilai kompetensi fisik, sosial, kognitif, dan bahasa, serta dapat memperoleh perasaan diri yang lebih realistis Bandura, 1994 dalam Papalia, 2009. Ada beberapa hubungan yang dijalin dengan anak lain, yaitu: 1 Hubungan dengan saudara kandung Hubungan dengan saudara kandung meliputi membantu, berbagi, mengajar, berkelahi, dan bermain. Saudara kandung dapat bertindak sebagai pemberi dukungan emosional, rival, dan mitra komunikasi Howe Recchina, 2008 dalam Santrock, 2011. 2 Hubungan dengan teman sebaya Pada saat anak-anak tumbuh dewasa, mereka semakin banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya yang seusia atau tingkat kematangannya hampir sama. Kelompok teman sebaya ini penting untuk menyediakan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga. Anak-anak menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka dari kelompok teman sebaya Santrock, 2011. Hurlock 2002 menyebutkan, anak-anak yang mengikuti pendidikan prasekolah misalnya pendidikan untuk anak sebelum taman kanak-kanak Nursery school, pusat pengasuhan anak pada siang hari day care center, atau taman kanak-kanak kindergarten biasanya mempunyai sejumlah besar hubungan sosial yang telah ditentukan dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuaian yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah. f. Televisi Banyak anak menghabiskan lebih banyak waktu di depan televisi daripada bercakap-cakap dengan orang tuanya. Televisi adalah salah satu media massa yang paling banyak mempengaruhi perilaku anak-anak Santrock, 2002. Televisi dapat memiliki efek negatif pada anak-anak karena, televisi menjadikan anak-anak pembelajar pasif. Akan tetapi, televisi dapat memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan anak, melalui program pendidikan yang akan diberikan pada anak.

D. Kompetensi psikososial anak prasekolah

Menurut Bredekamp Copple 1997 dalam Ramli 2005 anak usia prasekolah memiliki perkembangan psikososial sebagai berikut:

1. Anak usia 3 tahun, memiliki kompetensi sebagai berikut:

a. Memahami dirinya sebagai seorang individu. b. Bermain dengan diri sendiri dan orang lain. c. Belajar berbagi mainan dengan teman sebaya. d. Tidak dapat berbagi tempat kerja. e. Menunggu giliran. f. Menyukai berpakaian. g. Menyukai humor sederhana. h. Menyukai permainan lantai. i. Bangga pada sesuatu yang dibuat sendiri. j. Membantu orang dewasa dengan aktivitas rumah. k. Berperan sebagai orang dan objek Ramli, 2005.

2. Anak usia 4 tahun, kompetensi psikososial yang dicapainya adalah:

a. Masih melakukan permainan yang bersifat asosiatif tetapi mulai melakukan permainan kerjasama dan saling memberi dan menerima b. Menunjukkan kesulitan berbagi tempat tetapi mulai memahami arti giliran dan melakukan permainan sederhana dalam kelompok kecil c. Lebih senang bermain dengan orang lain d. Mulai menawarkan segala sesuatu kepada orang lain secara spontan e. Menunjukkan kemarahan tetapi mulai memperbaiki tindakan agresif f. Semakin mengerti tentang perilaku pengaturan diri g. Menunjukkan kemampuan yang lebih besar untuk mengendalikan perasaan Ramli, 2005

3. Anak usia 5 tahun, kemampuan psikososialnya adalah:

a. Menikmati permainan drama dengan anak-anak lain b. Bekerjasama dengan baik c. Memahami kekuatan penolakan terhadap orang lain d. Menyukai orang lain dan dapat bertindak dengan cara hangat dan empatik e. Menunjukkan sedikit perilaku agresif secara fisik f. Dapat mengikuti permainan g. Berpakaian dan makan dengan sedikit pengawasan h. Memadankan dan memberikan nama pada 4 warna dasar Ramli, 2005.

4. Anak usia 6 tahun, kompetensi psikososial yang dicapai adalah:

a. Bermaksud menyenangkan orang tua dan orang dewasa lainnya dalam kelompok keluarga b. Melindungi saudara kandung atau teman bermain yang lebih muda c. Bersemangat untuk berteman d. Memiliki keterampilan sosial untuk memberi, menerima dan berbagi e. Memiliki tingkah laku lebih mandiri f. Mempelajari hubungan antar benda Ramli, 2005

E. Karakteristik perkembangan psikososial usia 3-6 tahun

Menurut Erikson pada tahap inisiatif versus rasa bersalah, anak menunjukkan karakteristik sebagai berikut: 1. Memiliki hubungan yang dekat dengan orang tua. 2. Menguasai perasaan otonomi, dengan dukungan orang tua dalam imajinasi dan aktivitas, dan anak berupaya menguasai perasaan inisiatif. 3. Mengembangkan perasaan bersalah ketika orang tua menjadikan anak merasa bahwa imajinasi dan aktivitasnya tidak dapat diterima. 4. Memiliki perasaan ansietas dan ketakutan ketika pemikiran dan aktivitasnya tidak sesuai dengan harapan orang tua Muscari, 2005. Beberapa karakteristik perkembangan psikososial anak usia 3-6 tahun antara lain Erikson, 1950 dalam Keliat, 2008: 1. Karakteristik sosial a. Memiliki hubungan dengan orang lain selain orang tua, yang meluas kepada hubungan anak dengan kakek-nenek, saudara kandung dan guru-guru di sekolah. b. Memerlukan interaksi yang teratur dengan teman sebaya untuk membantu mengembangkan keterampilan sosial. 2. Karakteristik perilaku Sesuai dengan tugas perkembangannya, anak usia 3-6 tahun memperlihatkan perilaku sebagai berikut Keliat, 2008; Kozier, 1995; Papalia, 2009: a. Perilaku inisiatif 1 Mengkhayal dan kreatif Merupakan bagian penting dari tahapan perkembangan anak usia prasekolah. Anak usia prasekolah memiliki imajinasi atau khayalan yang aktif dan kreatif. Imajinasi atau khayalan anak usia prasekolah terjadi ketika anak-anak sedang bermain. Sebagai contoh, sebuah kursi akan menjadi indah apabila diduduki oleh raja dan ratu, anak mampu merealisasikan imajinasinya melalui sebuah gambar Kozier, 1995. 2 Berinisiatif bermain dengan benda-benda di sekitarnya Bermain merupakan kegiatan anak yang utama. Ketika anak sudah mulai bosan dengan mainan yang dimilikinya, anak berusaha untuk mendapatkan objek permainan yang baru. Untuk menemukan objek mainan yang baru, anak melihat di lingkungan sekitarnya apakah ada objek atau benda lain yang dapat digunakan untuk bermain. Selain itu rasa ingin tahu akan hal baru yang belum diketahui anak, akan memicu anak untuk bermain menggunakan benda-benda yang ditemukan di lingkungan sekitarnya, misalnya ketika anak berada di meja makan melihat piring, sendok, gelas dan kemudian anak berinisiatif untuk memukul-mukul benda tersebut. 3 Belajar keterampilan fisik baru Anak usia 3-6 tahun, merupakan masa-masa dimana anak sedang bergerak aktif. Pemanfaatan gerak aktif ini memudahkan untuk belajar berbagai macam keterampilan, terutama keterampilan secara fisik. Keterampilan yang diberikan dapat diberikan ketika bermain dan keterampilan fisik baru lebih menggunakan kemampuan motorik kasar anak, seperti melompat, melempar, berdiri satu kaki Nugroho, 2009. 4 Menikmati bermain bersama dengan anak seusianya Anak-anak sering berkumpul bersama untuk bermain. Saling menjalin hubungan satu sama lain, bertukar barang mainan yang mereka miliki. Anak-anak prasekolah terlibat dalam permainan asosiatif, dimana anak terlibat dalam kegiatan yang terpisah, tetapi mereka masih dapat berinteraksi dengan bertukar mainan atau mengomentari perilaku anak-anak yang lain dan anak terlihat senang ketika bermain bersama teman-temannya, anak terlihat berbagi mainan dengan temannya Kozier, 1995. 5 Mudah berpisah dengan orang tua Anak usia prasekolah sudah mulai dapat mengontrol emosinya. Kemampuan anak usia sekolah mengontrol emosinya tergantung pada masukan sensori yang diterima anak. Sebagai contoh, ibu