Autokorelasi Serial Correlation Uji Asumsi Klasik .1 Uji Multikolinearity

0.973107. Dengan demikian tidak terdapat gejala multikolinearity karena R- Square persamaan 2 lebih kecil dari pada R-Square persamaan 1. 2. retribusi daerah = f pajak daerah, lain-lain PAD yang sah retribusi daerah = α + β2LogX1+ β3LogX3+µ …………...............…3 Dari hasil analisis regresi diperoleh R 2 sebesar 0.958914. Artinya variable pajak daerah X 1 dan lain-lain PAD yang sah X 3 mampu memberi penjelasan sebesar 95 terhadap nilai PDRB. R 2 Y, X 1, X 2, X 3 R 2 X 1, X 3 0.982719 0.958914. Dengan demikian tidak terdapat gejala multikolinearity karena R- Square persamaan 3 lebih kecil dari pada R-Square persamaan 1. 3. lain-lain PAD yang sah = f pajak daerah, retribusi daerah lain-lain PAD yang sah = α + βLogX 1 + β2LogX2+µ …...................……4 Dari hasil analisis regresi diperoleh R 2 sebesar 0.947661. Artinya variabel pajak daerah X 1 dan retribusi daerah X 2 mampu memberi penjelasan sebesar 39 terhadap nilai PDRB. R 2 Y, X 1, X 2, X 3 R 2 X 1, X 2 0.982719 0.947661. Dengan demikian tidak terdapat gejala multikolinearity karena R-Square persamaan 4 lebih kecil dari pada R-Square persamaan 1.

4.4.3.2 Autokorelasi Serial Correlation

Autokorelasi atau serial korelasi terjadi bila term of error μ dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa term of error berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila variabel ei.ej ≠ 0 untuk I ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi. Universitas Sumatera Utara Dalam model penelitian ini dilakukan uji Lagrange Multiplier LM – Test untuk medeteksi adanya autokorelasi, yaitu dengan membandingkan antara nilai X 2 hitung X 2 tabel, dengan kriteria sebagai berikut : 3. Jika nilai X 2 hitung X 2 tabel dan Probabilitas 0,05 , maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model yang digunakan, ditolak. 4. Jika nilai X 2 hitung X 2 tabel dan Probabilitas 0,05, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model yang digunakan, diterima. Berdasarkan program E-Views 5,1 uji LM – Test dengan penambahan AR 1 sebagai variable bebas sebagai berikut : Obs R-squared = 1.220374 prob. Chi square = 0.543249 Berdasarkan uji kriteria LM – Test, Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkkan bahwa nilai Obs R-squared X 2 hitung X 2 tabel yaitu 1.220374 38,93 pada level signifikan 1. Prob. Chi square adalah 0.543249 lebih besar dari 0,05 . Maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model yang digunakan, diterima. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pajak daerah berpengaruh positif terhadap nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang dan besarnya koefisien 0.630882, artinya jika Pajak daerah dinaikkan sebesar 1 maka akan menyebabkan peningkatan nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang sebesar 0.630882 pada tingkat kepercayaan 99 α = 1, cateris paribus. 2. Retribusi daerah berpengaruh positif terhadap nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang dan besarnya koefisien 0.207241, artinya Jika kurs dinaikkan sebesar 1 maka akan menyebabkan peningkatan nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang 0.207241 pada tingkat kepercayaan 99 α = 1, cateris paribus. 3. Lain-lain PAD yang sah berpengaruh positif terhadap nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang dan besarnya koefisien 0.192261, artinya Lain- lain PAD yang sah dinaikkan sebesar 1 maka akan menyebabkan peningkatan nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang sebesar 0.192261 pada tingkat kepercayaan 99 α = 1, cateris paribus. 4. Variabel pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah secara simultan ternyata berpengaruh signifikan terhadap nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang. Koefisien Determinasi R-Square sebesar = 0.982719 atau 98 . Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan variasi yang terjadi pada variabel independen pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah dapat menjelaskan variabel dependen PDRB Kabupaten Universitas Sumatera Utara