dan beragam sehingga mampu menganalisis berbagai cuplikan secara kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun campuran Ditjen
POM, 1995. Saat ini, KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas
untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain : farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri-
industri makanan. KCKT biasanya dilakukan pada suhu kamar. Jadi, untuk zat – zat yang labil pada pemanasan atau tidak menguap merupakan pilhan yang logis
Rohman, 2007.
2.3 Jenis Pemisahan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Berdasarkan jenis fase gerak dan fase diamnya, jenis pemisahan KCKT dibedakan atas :
a. Kromatografi Fase Normal
Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat polar, misalnya silika gel, alumina, sedangkan fase geraknya bersifat non polar seperti heksan.
b. Kromatografi Fase Terbalik
Pada kromatografi fase terbalik, fase diamnya bersifat non polar, yang banyak dipakai adalah oktadesilsilan ODS atau C18 dan oktilsilan C8. Sedangkan fase
geraknya bersifat polar, seperti air, metanol dan asetonitril Mulja dan Suharman, 1995.
2.4 Parameter Kromatografi
Ada beberapa parameter kromatografi yang digunakan secara umum, yaitu :
2.4.1 Waktu Tambat t
R
Universitas Sumatera Utara
Waktu tambat atau waktu retensi t
R
adalah selang waktu yang diperlukan oleh linarut solut mulai saat injeksi sampai keluar dari kolom dan sinyalnya
ditangkap oleh detektor Mulja dan Suharman, 1995. Waktu tambat suatu zat selalu konstan pada kondisi kromatografi yang sama. Hal ini dijadikan suatu dasar
analisis kualitatif Meyer, 2004.
Gambar 3. Kromatogram hasil analisis KCKT. sumber : Meyer, V.R. 2004.
Gambar 3 menunjukkan, w adalah lebar puncak dan t disebut waktu hampa void
timedead time yaitu waktu tambat pelarut yang tidak tertahan atau waktu yang dibutuhkan oleh fase gerak untuk melewati kolom breakthrough time Meyer,
2004.
2.4.2 Faktor Kapasitas k’
Faktor kapasitas k’ merupakan suatu ukuran seberapa jauh senyawa tersebut berpartisi mengadsorpsi ke dalam fase diam dari fase gerak. Lamanya
waktu yang dibutuhkan suatu senyawa ditahan untuk melewati kolom bergantung pada faktor kapasitasnya Watson, 2009. Faktor kapasitas suatu komponen dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : t
= waktu yang diperlukan bagi suatu molekul-takditahan untuk melewati volume hampa
t
r
= waktu yang diperlukan analit untuk melewati kolom
2.4.3 Resolusi Rs
Resolusi didefinisikan sebagai perbedaan antara waktu retensi 2 puncak yang saling berdekatan dibagi dengan rata-rata lebar puncak.
Nilai resolusi harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena akan memberikan pemisahan puncak yang baik Rohman, 2007.
2.4.4 Selektifitas atau Faktor Pemisahan α
Selektifitas α adalah kemampuan sistem kromatografi untuk membedakan analit yang berbeda. Selektifitas ditentukan sebagai rasio
perbandingan faktor kapasitas k’ dari analit yang berbeda:
Kazakevich, 2007. Nilai selektifitas yang didapatkan dalam sistem KCKT harus lebih besar dari 1
Ornaf dan Dong, 2005.
2.4.5 Faktor Tailing dan Faktor Asimetri
Universitas Sumatera Utara
Faktor asimetri disebut juga “tailing factor TF” yaitu terjadinya pengekoran pada kromatogram sehingga bentuk kromatogram menjadi tidak
simetris Mulja dan Suharman, 1995. Idealnya, puncak kromatogram akan
memperlihatkan bentuk Gaussian dengan derajat simetris yang sempurna Ornaf and Dong, 2005. Namun kenyataannya, puncak yang simetris secara sempurna
jarang dijumpai. Jika diperhatikan secara cermat, maka hampir setiap puncak dalam kromatografi memperlihatkan tailing. Pada Gambar 4 ditunjukkan tiga
jenis bentuk puncak.
Gambar 4. Bentuk puncak kromatogram. sumber: Kazakevich, Y. 2007.
Pengukuran derajat asimetris puncak dapat dihitung dengan 2 cara, yakni faktor tailing dan faktor asimetris. Faktor tailing T
f
dihitung dengan menggunakan lebar puncak pada ketinggian 5 W0,05, rumusnya dituliskan sebagai berikut.
f W
T 2
05 ,
=
Gambar 5. Pengukuran derajat asimetris puncak sumber : Meyer, V.R. 2004.
Universitas Sumatera Utara
Dengan nilai f merupakan setengah lebar puncak pada ketinggian 5. Sedangkan faktor asimetri dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
1 ,
1 ,
a b
T =
Nilai a dan b dalam perhitungan faktor asimetri merupakan setengah lebar puncak pada ketinggian 10. Jika nilai T = 1, maka faktor tailing dan asimetri
menunjukkan bentuk puncak yang simetris sempurna. Bila puncak berbentuk tailing, maka kedua faktor ini akan bernilai lebih besar dari 1 dan sebaliknya bila
puncak berbentuk fronting, maka faktor tailing dan asimetri akan bernilai lebih kecil dari 1.
2.4.6 Efisiensi Kolom N