alir 0,5 mlmenit, 0,75 mlmenit, dan 1,0 mlmenit, dan dideteksi pada panjang gelombang 257 nm. Kemudian dipilih perbandingan fase gerak dan laju alir yang
memberikan data yang terbaik.
3.5.4.3 Analisis Kualitatif 3.5.4.3.1 Uji Identifikasi Teofilin-Efedrin HCl Menggunakan KCKT
Larutan Induk Baku Teofilin dipipet 5,0 ml masukkan dalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda, dikocok sehingga diperoleh
larutan Teofilin dengan konsentrasi 500 mcgml. Larutan Induk Baku Efedrin HCl dipipet 1,0 ml masukkan dalam labu
tentukur 10 ml, dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda, dikocok sehingga diperoleh larutan Efedrin HCl dengan konsentrasi 50 mcgml.
Masing-masing larutan disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µ m dan diawaudarakan selama 5 menit, diinjeksikan ke dalam sistem KCKT
menggunakan vial autosampler sebanyak 10 µ l, menggunakan perbandingan fase gerak dan laju alir yang memberikan pemisahan yang terbaik, kemudian dicatat
masing-masing waktu tambatnya. Kemudian waktu tambat Teofilin dan Efedrin HCl BPFI dibandingkan dengan waktu tambat masing-masing sampel. Apabila
waktu tambat sampel hampir sama dengan waktu tambat BPFI, maka sampel mengandung Teofilin dan Efedrin HCl.
3.5.4.4 Analisis Kuantitatif 3.5.4.4.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Teofilin BPFI
Larutan Induk Baku Teofilin dipipet sebanyak 3,5 ml, 4,0 ml, 4,5 ml, 5,0 ml, 5,5 ml, dan 6,0 ml, dimasukkan dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan
pelarut hingga garis tanda. Kocok sehingga diperoleh konsentrasi 350 mcgml,
Universitas Sumatera Utara
400 mcgml, 450 mcgml, 500 mcgml, 550 mcgml, dan 600 mcgml. Kemudian masing-masing larutan disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm, dan
diinjeksikan kesistem KCKT menggunakan vial autosampler sebanyak 10 µ l dideteksi pada panjang gelombang 257 nm. Selanjutnya dari luas area yang
diperoleh pada kromatogram dibuat kurva kalibrasi dihitung persamaan garis regresi dan faktor korelasinya.
3.5.4.4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Efedrin HCl BPFI
Larutan Induk Baku Efedrin HCl dipipet sebanyak 1,5 ml, 2,0 ml, 2,5 ml, 3,0 ml, 3,5 ml, dan 4,0 ml, dimasukkan dalam labu tentukur 25 ml, diencerkan
dengan pelarut hingga garis tanda. Kocok sehingga diperoleh konsentrasi 30 mcgml, 40 mcgml, 50 mcgml, 60 mcgml, 70 mcgml, dan 80 mcgml.
Kemudian masing-masing larutan disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm, dan diinjeksikan kesistem KCKT menggunakan vial autosampler sebanyak 10 µ l
dideteksi pada panjang gelombang 257 nm. Selanjutnya dari luas area yang diperoleh pada kromatogram dibuat kurva kalibrasi dihitung persamaan garis
regresi dan faktor korelasinya.
3.5.4.4.3 Penetapan Kadar Sampel Ditimbang 20 tablet mengandung Teofilin dan Efedrin HCl kemudian
digerus, ditimbang sejumlah serbuk tablet setara dengan 130 mg Teofilin dan 12,5 mg Efedrin HCl sebanyak 6 kali pengulangan. Masing-masing dimasukkan
kedalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan pelarut, diencerkan dengan pelarut sampai garis tanda, hingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 2600
mcgml Teofilin dan 250 mcgml Efedrin HCl, kemudian saring dengan kertas saring, 10 filtrat pertama dibuang. Dari keenam larutan, masing-masing dipipet
Universitas Sumatera Utara
2,0 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan pelarut sampai garis tanda, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 520 mcgml
Teofilin dan 50 mcgml Efedrin HCl. Masing-masing larutan tersebut disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µ m dan diawaudarakan selama 5 menit,
kemudian diinjeksikan sebanyak 10 µ l kesistem KCKT menggunakan vial autosampler dan dideteksi pada panjang gelombang 257 nm dengan laju alir
terpilih kemudian hitung kadarnya. Kadar dapat dihitung dengan mensubtitusikan luas area sampel pada Y
dari persamaan regresi : Y = aX + b.
3.5.4.5 Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik
Data perhitungan kadar dianalisis secara statistik menggunakan uji t. Rumus yang digunakan untuk menghitung Standar Deviasi SD adalah :
1
2
− −
=
∑
n X
X SD
Kadar dapat dihitung dengan persamaan garis regresi dan untuk menentukan data diterima atau ditolak digunakan rumus:
t hitung n
SD X
X −
=
Dengan dasar penolakan apabila t hitung ≥ t tabel , pada interval kepercayaan 99
dengan nilai α = 0,01, dk = n-1. Keterangan :
SD = Standard deviationsimpangan baku X = Kadar dalam satu perlakuan
X = Kadar rata-rata dalam satu sampel n = Jumlah perlakuan
Universitas Sumatera Utara
Untuk mencari kadar sebenarnya dapat digunakan rumus:
n SD
x t
X
dk 2
1 1
α
µ
−
± =
Keterangan: μ = Kadar sebenarnya
X = Kadar sampel n = Jumlah perlakuan
t = Harga t
tabel
sesuai dengan derajat kepercayaan dk= Derajad kebebasan.
3.5.5 Metode Validasi 3.5.5.1 Akurasi
Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali dalam kaitannya dengan jumlah analit yang ditambahkan kedalam sampel, atau sebagai perbedaan
antara jumlah yang diketahui dan jumlah yang ditentukan oleh analis. Uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali dilakukan dengan membuat 3
konsentrasi analit dengan rentang spesifik 80, 100, dan 120, masing-masing dengan 3 replikasi dan setiap rentang spesifik mengandung 70 analit dan 30
bahan baku, kemudian dianalisa dengan perlakuan yang sama seperti pada penetapan kadar sampel. Persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus:
Perolehan kembali
100 x
C B
A −
=
Keterangan : A = Konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan bahan baku
B = Konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku C = Konsentrasi baku yang ditambahkan
Universitas Sumatera Utara