BAB V PEMBAHASAN
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang masih merupakan masalah dunia terutama untuk daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina. Pada penelitian ini dikumpulkan 100 sampel serum dari penderita demam Dengue yang diperoleh dari
tiga rumah sakit di Kota Medan : RS. H. Adam Malik, RS. Pirngadi dan RS. Herna Medan. Setelah 100 sampel serum dikumpulkan kemudian di ekstraksi, di RT-PCR
dengan menggunakan primer Den-4. Hasil RT-PCR di elektroforesis dan di visualisasi. Hasilnya negatif. Berarti Dengue Serotipe 4 tidak ditemukan pada 100
sampel. Terbukti dari tidak ditemukannya pita ukuran 398 pasangan basa antara pita ukuran 300 sampai dengan 400 pasangan basa pada marker DNA Ladder.
Dari tabel 5 di atas jika dilihat berdasarkan umur dan jenis kelamin, penderita terbanyak DBD pada usia 15-44, dan berdasarkan jenis kelamin, penderita
laki-laki lebih banyak dari penderita perempuan. Pada penelitian ini dari 100 sampel serum tidak ditemukan adanya Dengue
Serotipe 4. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Depkes. Pada penelitian Depkes ditemukan Dengue Serotipe 2, 3 dan 4.
Marliana Lubis : Frekuensi Virus Dengue Serotipe 4 Dari Serum Penderita DD BBD Di Rumah Sakit Kota Medan Menggunakan RT-PCR, 2009
USU Repository © 2008
Dengan tidak ditemukannya Dengue Serotipe 4 pada penelitian ini, bukan berarti bahwa kita tidak perlu waspada terhadap bahaya gigitan nyamuk Aedes
aegypti yang merupakan sumber masalah kejadian luar biasa. Perbedaan hasil yang didapat tentunya menimbulkan berbagai pertanyaan,
apakah karena waktu penelitian yang berbeda, sampel yang berbeda atau keparahan penyakit yang ditimbulkan oleh masing-masing serotipe berbeda sehingga tidak
terdeteksi adanya infeksi virus Dengue Tipe 4. Untuk mengantisipasi terjadinya infeksi yang kedua kalinya dengan virus serotipe berbeda akan mempunyai resiko
lebih besar menderita DBD dan DSS. Karena makin ditemukannya lebih dari satu serotipe virus Dengue di satu daerah akan semakin tingginya kasus DBD di daerah
itu. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian DBD antara lain faktor hospes,
lingkungan dan faktor virus itu sendiri. Faktor hospes adalah kerentanan dan respon imun, letak geografis serta jenis nyamuk dan kepadatan penduduk, curah hujan,
ketinggian dari permukaan laut, angin, kelembaban, perilaku, sosial ekonomi penduduk. Data dari berbagai penelitian di beberapa negara menggambarkan suatu
perbedaan jenis serotipe, dimana masing-masing serotipe virus Dengue memicu terjadinya wabah kejadian luar biasa KLB berdasarkan kondisi geografis dan
periode waktu yang berbeda. Tujuan pemeriksaan PCR yang dilakukan pada penelitian ini adalah untuk
menentukan adanya RNA virus Dengue pada serum penderita yang sekaligus untuk menentukan Dengue Serotipe 4. Hal ini penting untuk dapat membuat pola distribusi
Marliana Lubis : Frekuensi Virus Dengue Serotipe 4 Dari Serum Penderita DD BBD Di Rumah Sakit Kota Medan Menggunakan RT-PCR, 2009
USU Repository © 2008
serotipe virus Dengue diberbagai wilayah khususnya yang berbeda kondisi geografis dan klimatologisnya seperti daerah didataran rendah, dataran sedang dan dataran
tinggi. Hingga saat ini telah diketahui ada 4 Serotipe virus Dengue : Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Laporan WHO menyatakan bahwa seluruh wilayah tropis didunia
telah menjadi hiperendemis dengan keempat serotipe virus secara bersama-sama di wilayah Amerika, Asia Pasifik dan Afrika. Di Quennsland Australia telah dilaporkan
keberadaan tiga serotipe Den-1, Den-2 dan Den-3 serta di timur tengah terdapat dua serotipe Den-1 dan Den-2.
Serotipe virus Dengue yang bersirkulasi di Bangkok, Thailand ternyata berbeda pada kurun waktu yang berbeda pula. Den-1 prodominan pada tahun 1990
sampai dengan 1992, Den-2 pada tahun 1973-1986 dan tahun 1988-1989, Den-3 1987 dan 1995-1999, Den-4 pada tahun 1993-1994. Hanya Den-3 yang berkaitan
dengan terjadinya wabah. Seluruh Serotipe virus Dengue terdapat di Indonesia. Den-3 merupakan
Serotipe yang paling ditemui selama terjadinya KLB di banyak daerah, diikuti Den-2, Den-1 dan Den-4. Den-3 juga merupakan serotipe yang paling dominan yang
berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit diikuti Den-2. Hasil pemeriksaan PCR dari penelitian ini dari 100 sampel serum ditemukan Dengue Serotipe 4 negatif,
sampel minimalnya yang digunakan sebanyak 85 orang, berarti penelitian ini telah memenuhi sampel yang diinginkan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Dengue Serotipe 4 tidak ditemukan di kota Medan. Terbukti dari telah diambilnya 100 sampel serum
Marliana Lubis : Frekuensi Virus Dengue Serotipe 4 Dari Serum Penderita DD BBD Di Rumah Sakit Kota Medan Menggunakan RT-PCR, 2009
USU Repository © 2008
penderita Dengue dari tiga rumah sakit di Kota Medan yaitu RS. HAM, RS. Herna, RS.Pirngadi.
Dengan tidak ditemukannya Dengue Serotipe 4 di Kota Medan, bukan berarti kita tidak perlu waspada terhadap kepedulian lingkungan terhadap gigitan
nyamuk Aedes agypti. Perlu ditingkatkan kebersihan lingkungan disetiap kabupaten dan kota, diadakan penyuluhan tentang hidup sehat, pencegahan penyakit yang
bertujuan untuk mencegah keparahan dari Dengue Serotipe yang didapat. Hasil penelitian Depkes tersebut dapat dilihat pada gambar peta penyebaran
Serotipe virus Dengue di 19 kota Di Indonesia pada tahun 2003-2005 di bawah ini.
Marliana Lubis : Frekuensi Virus Dengue Serotipe 4 Dari Serum Penderita DD BBD Di Rumah Sakit Kota Medan Menggunakan RT-PCR, 2009
USU Repository © 2008
Gambar 6. Penyebaran Serotipe Di Indonesia Dari gambar peta di atas terlihat bahwa Dengue Serotipe 2 lebih banyak dan tersebar
luas di pulau yang ada di Indonesia. Pada penelitian ini tidak ditemukan Dengue Serotipe 4.
Marliana Lubis : Frekuensi Virus Dengue Serotipe 4 Dari Serum Penderita DD BBD Di Rumah Sakit Kota Medan Menggunakan RT-PCR, 2009
USU Repository © 2008
BAB VI PENUTUP