Dengue syok sindrom adalah manifestasi klinis demam berdarah Dengue yang disertai tanda-tanda kegagalan sirkulasi berupa:
- Penyempitan tekanan nadi
≤ 20 mmHg. -
Frekuensi nadi cepat dan kecil -
Hipotensi Beberapa karakteristik manifestasi klinis infeksi Dengue secara umum
berupa: nyeri kepala 98 , lemah badan 88 , mual-muntah 84 , nyeri epigastrium 78 , nyeri sendi otot 69 , petechie 64 , epistaksis perdarahan gusi 36 ,
bercak darah rash 22 , nyeri retroorbital 17 , hepatomegali 14 , hematemesismelena 14 , faringitis 12 , dan limfadenopati 12 .
II. 4. Diagnosa Differensial dari DBD
Untuk menegakkan diagnosa infeksi virus Dengue digunakan kriteria WHO 1997 yaitu dijumpainya demam tinggi dengan onset yang akut,
hemokonsentrasi 20 , manifestasi perdarahan, hepatomegali, hipotensi dan syok.
Diagnosa klinis demam berdarah Dengue ditetapkan berdasarkan penetapan derajat tingkat keparahan penderita secara klinis dengan menggunakan
kriteria WHO 1997 yang terbagi atas 4 tingkatan: Derajat 1 : ditandai dengan adanya demam mendadak , keluhan yang tidak
spesifik dan uji torniquet positif.
Marliana Lubis : Frekuensi Virus Dengue Serotipe 4 Dari Serum Penderita DD BBD Di Rumah Sakit Kota Medan Menggunakan RT-PCR, 2009
USU Repository © 2008
Derajat 2 : terdapat seluruh manifestasi DBD derajat 1 disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
Derajat 3 : terdapat seluruh manifestasi DBD derajat 2 disertai kegagalan sistem sirkulasi yaitu : frekuensi nadi cepat, lemah, pulse pressure sempit
≤ 20 mmHg atau hipotensi, kulit teraba lembab, dingin dan penderita gelisah.
Derajat 4 : terdapat seluruh manifestasi DBD derajat 3 disertai manifestasi
syok, dimana tensi tidak terukur dan nadi tidak teraba. Manifestasi laboratorium dapat dilihat dari beberapa parameter seperti terjadinya
leucopenia dengan jumlah neutrofil menonjol limfosit atipikal 15 , trombositopenia
∑ trombosit ≤ 100.000mm
3
, hemokonsentrasi, abnormalitas pembekuan darah, hiponatremia, hipoalbuminemia dan peningkatan kadar SGOT
SGPT. Pemeriksaan serologi adalah salah satu alat untuk membantu membuat
konfirmasi diagnosa Infeksi virus Dengue. Pemeriksaan yang banyak dipakai dalam praktek adalah hemaglutinasi inhibisi dan elisa.
Hemaglutinasi Inhibisi
Sampai saat ini uji hemaglutinasi inhibisi masih menjadi patokan baku WHO untuk mengkonfirmasi dan klasifikasi jenis virus Dengue. Pemeriksaan
ini dilakukan berdasarkan metode Clark Cassal, dimana memerlukan sepasang serum yang di ambil saat akut pada waktu penderita datang dan saat
konfalesens 2-3 minggu dari saat sakit, dengan interval minimal 1 minggu dari
Marliana Lubis : Frekuensi Virus Dengue Serotipe 4 Dari Serum Penderita DD BBD Di Rumah Sakit Kota Medan Menggunakan RT-PCR, 2009
USU Repository © 2008
pengambilan pertama. Prinsip metode ini adalah mengukur kadar IgM dan IgG melalui prinsip adanya kemampuan antibody anti Dengue menghambat reaksi
hemaglutinasi darah angsa. Pemeriksaan IgM dan IgG dapat untuk menentukan jenis infeksi virus
Dengue apakah primer atau sekunder. Pada anak di atas 1 tahun infeksi primer biasanya terkait dengan penampilan klinis ringan, sedang infeksi sekunder dapat
tampil dengan penampilan klinis berat.
Uji Elisa anti Dengue
Dikatakan uji Elisa anti Dengue ini mempunyai sensitivitas yang sama dengan uji hemaglutinasi inhibisi. Prinsip metode ini adalah mendeteksi adanya
antibodi IgM dan IgG dalam serum penderita dengan cara menangkap antibody yang beredar dalam darah penderita. Uji Elisa ini tidak mengadakan
reaksi silang dengan golongan flavivirus lain, sehingga metode ini lebih spesifik
dibandingkan metode hemaglutinasi inhibisi.
II. 5. RT-PCR