Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data Karakteristik Informan Rangkuman Hasil Penelitian

38 penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data secara kasar yang timbul dalam catatan-catatan tertulis di lapangan”. 2. Penyajian Data Penyajian data yang akan digunakan dalam penelitian dapat berbentuk teks naratif, tabel dan sebagainya. Untuk mempermudah pemahaman terhadap informasi yang besar jumlahnya, maka dalam penyajian data akan dilakukan penyederhanaan informasi. Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan teks naratif. 3. Verifikasi Data Tahapan selanjutnya adalah verifikasi dari kegiatan sebelumnya dan dilanjutkan ke penarikan kesimpulan. Pada tahap ini peneliti akan melakukan proses menginterpretasi data-data yang telah dikumpulkan dengan metode wawancara serta observasi sambil melakukan pencocokan terhadap kesimpulan yang akan dibuat.

3.6. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menjaga keabsahan data dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan bebrapa metode triangulasi, yakni teknik yang dilakukan dengan meminta penjelasan lebih lanjut. Adapun teknik triangulasi yang digunakan adalah: 1. Triangulasi Data Menggunakan berbagai sumber data seperti hasil wawancara, hasil observasi dan dokumentasi 39 2. Triangulasi Teori Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut. 3. Triangulasi Metode Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam hal ini, penelitian melakukan metode wawancara yang didukung dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan. 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini adalah kepala perpustakaan UNP, ketua dan pustakawan bagian IT . Adapun karakteristik dari para informan tersebut sebagai berikut: Tabel 4.1 Karakteristik Informan Kode Status I 1 Kepala Perpustakaan UNP I 2 Ketua bagian IT I 3 Pustakawan bagian IT Informan pertama I 1 adalah responden yang berhasil diwawancarai dengan perkenalan pendekatan terlebih dahulu, begitu juga dengan responden I 2 dan I 3. Kemudian diminta waktu dan kesediannya untuk diwawancarai, dengan menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan dari penelitian dan yang dilakukan melalui wawancara. Wawancara berlangsung secara informal, dimana wawancara dilakukan dengan pedoman dan wawancara mendalam. Suasana dan kondisi wawancara bersifat alamiah artinya apa adanya dan tidak dibuat-buat atau tidak diatur sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. 41

4.2 Kategori

Setelah melakukan wawancara peneliti menyusun kerangka awal analisis sebagai acuan atau pedoman dalam melakukan coding, memilih data yang relevan dengan judul penelitian sehingga menghasilkan beberapa kategori.

4.2.1 Kebijakan Transformasi Digital

Salah satu kegiatan di Perpustakaan Universitas Negeri Padang yang sudah memiliki konsep hybrid library, adalah transformasi digital perpustakaan. Kegiatan ini dilakukan pada bagian pengolahan, pelestarian dan layananan bahan pustaka. Dalam melakukan transformasi digital kebijakan yang dimaksud adalah keputusan yang diambil ketika melakukan kegiatan transformasi digital dari perpustakaan konvensional ke perpustakaan digital. Kebijakan transformasi digital perpustakaan dari hasil wawancara dengan informan terkait dapat dilihat dari uraian berikut: I 1 : “Kalau kebijakan untuk sekarang itu baru untuk terbitan-terbitan local content. Jadi local content itu seperti penelitian-penelitian dosen, buku- buku karya dosen, diktat dosen. Kalau dari karya mahasiswa ada tugas akhir, skripsi, thesis dan disertasi dosen kami terima dalam bentuk digital atau softcopy. Jadi karya-karya tadi yang dulunya dalam bentuk cetak diubah bentuknya menjadi bentuk digital dalam format pdf. Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Informan 2 I 2 sebagai berikut: I 2 : “Kalau kebijakan sudah ada, tapi hanya sebatas karya civitas akademika saja. Kalau untuk buku kami tidak punya hak untuk mengalihmediakannya karena melanggar hak cipta. Koleksi dialihmediakan dalam bentuk CD supaya disamping perawatannya mudah, tempat penyimpanannya banyak, kalau ada yang hilang masih ada back up-nya” 42 Berdasarkan dari beberapa pernyataan informan dapat diketahui bahwa kebijakan terhadap transformasi digital pada Perpustakaan Universitas Negeri Padang sudah ada. Hanya saja kebijakan tersebut masih diberlakukan untuk karya civitas akademika saja. Untuk koleksi tercetak seperti buku itu tidak bisa dialihmediakan dalam bentuk digital karena melanggar hak cipta. Koleksi dialihmediakan dalam bentuk softcopy dalam format pdf.

4.2.2 Tujuan Transformasi Digital Perpustakaan

Tujuan dari transformasi digital adalah untuk meningkatkan layanan perpustakaan yang berbasis teknologi informasi pada perpustakaan. Saleh 2010,4 juga menjelaskan kelebihan perpustakaan digital dibanding dengan perpustakaan konvensional adalah sebagai berikut. 1. Menghemat ruangan Karena koleksi perpustakaan digital adalah dokumen-dokumen berbentuk digital, maka penyimpanan akan sangat efisien. 2. Akses ganda multiple acces Kekurangan perpustakaan konvesional adalah akses terhadap koleksinya bersifat tunggal. Artinya apabila ada sebuah buku dipinjam oleh seorang pemustaka, maka anggota lain yang akan meminjam harus menunggu buku tersebut dikembalikan terlebih dahulu. Koleksi digital tidak demikian. 3. Tidak dibatasi oleh ruang dan waktu Perpustakaan dapat dikses dari mana saja dan kapan saja dengan catatan ada jaringan komputer computer internetworking. Sedangkan perpustakaan konvensional hanya bisa diakses jika orang tersebut datang ke perpustakaan pada saat perpustakaan membuka layanan. 4. Koleksi dapat berbentuk multimedia Koleksi perpustakaan digital tidak hanya bersifat teks atau gambar saja. Koleksi perpustakaan digital dapat berbentuk kombinasi antara teks gambar dan suara. 5. Biaya lebih murah Secara relatif dapat dikatakan bahwa biaya untuk dokumen digital termasuk murah. Mungkin tidak sepenuhnya benar. Namun melihat sifat e-book yang bisa digandakan dengan jumlah yang tidak terbatas dan 43 dengan biaya yang murah, mungkin kami akan menyimpulkan bahwa dokumen elektronik tersebut biayanya sangat murah. Hal ini sesuai dengan tujuan dari transformasi digital pada Perpustakaan Universitas Negeri Padang yang ingin meningkatkan layanan perpustakaan digital yang dijabarkan dari pernyataan informan berikut: I 1 : “Tujuannya sudah jelas untuk mengurangi space, karena kalau diterima dalam bentuk cetak akan butuh ruangan atau tempat yang lebih besar lagi. Tapi kalau sudah dalam bentuk digital, tentu saja space yang dibutuhkan berkurang.” I 2 : “Tujuannya pasti untuk meningkatkan layanan perpustakaan. Bagi kami pustakawan tentu akan memudahkan dalam melaksanakan pekerjaan. Kalau bagi pemustakan tentu saja memudahkan dalam akses informasinya. Bagi perpustakaan sendiri sudah jelas akan mengurangi tempat penyimpanan koleksinya. Koleksi tersebut juga nantinya akan berubah wujud dalam bentuk yang lebih minimalis.” Dari kutipan wawancara tersebut dapat dilihat bahwa tujuan utama dari transformasi digital Perpustakaan Universitas Negeri Padang adalah untuk meningkatkan layananan perpustakaan terutama layanan digital. Dengan begitu pemanfaatan teknologi mampu memberikan efektivitas dalam pemanfaatan ruang, kemudahan akses, alih media dan pengelolaan anggaran yang lebih murah.

4.2.3 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia SDM yang melakukan transformasi digital pada Perpustakaan Universitas Negeri Padang dapat dilihat dari wawancara berikut: I 1 : “Semua dilakukan oleh pustakawan. Ada 3 orang pustakawan termasuk saya sendiri sebagai ketua bagian IT.” 44 Pernyataan tersebut lebih detail lagi dijelaskan informan dilihat dari hasil wawancara berikut: I 1 : “Pelatihan merupakan salah satu program kami dalam mengembangkan SDM yang ada di perpustakaan. Sebisa mungkin kami mengutamakan memberikan pembekalan bagi staf sendiri dari pada menyuruh orang luar untuk melakukan pekerjaan yang nanti kami juga yang akan mengerjakannya.” I 2 : “Kalau dari perpustakaan tidak secara khusus, stafnya sampai sekarang belum ada yang profesional untuk menangani masalah digital. Jadi untuk pengerjaan digital masih dikerjakan oleh pustakawan yang bukan tenaga ahli teknologi informasi.” SDM yang dimiliki Perpustakaan Universitas Negeri Padang sudah melakukan pelatihan dalam pengembangan kapasitas SDM dengan target menjadikan SDM yang professional dalam bidangnya yang tentunya dapat diandalkan dalam proses ke depannya. Akan tetapi penguasaan SDM dalam kegiatan transformasi digital belum dapat dikatakan mampu karena tenaga ahli yang ada tidak mencukupu dan belum mendapatkan pelatihan secara khusus. Transformasi digital pada Perpustakaan Universitas Negeri Padang masih sedikit lambat mengingat keterbatasan jumlah SDM dan kendala-kendala lain yang berkaitan dengan proses pengolahan alih media.

4.2.4 Persiapan dalam Transformasi Digital

Persiapan dalam pengolahan koleksi tercetak yang akan dialihmediakan dalam bentuk digital sangat diperlukan agar nantinya bisa memberikan manfaat yang maksimal bagi pemustaka. Federasi perpustakaan di Amerika Serikat juga memberi batasan istilah perpustakaan digital sebagaimana dikutip oleh Pendit 2007, 29 sebagai berikut: 45 “Digital Libraries are organizations that provide the resources, including the specialized staff, to select, structure, offer intellectual acces to, interpret, distribute, preserve the integrity of, and ensure the persistence over time of collections of digital works so that they are readily and economically available for use by a defined community or set of communities.” Hal ini cukup mendukung pernyataan informan tentang pesiapan dalam transformasi digital pada Perpustakaan Universitas Negeri Padang seperti yang dijabarkan dari pernyataan informan berikut: I 1 : “Persiapannya adalah seperti sarana dan prasarana, . data yang akan diolah, sistem atau program untuk pengolahaan data, komputer dan jaringan, kemudian man manusia nya sebagai SDM.” I 2 : “Untuk pengadaan perlengkapan dan peralatan transformasi digital, kami tidak punya wewenang untuk ini. Maksudnya pengadaan barang itu satu pintu di UNP, jadi kami hanya menerima peralatan dan mengajukan permintaankebutuhan dan diputuskan oleh bagian logistik UNP. Dua tahun terakhir pengeluaran uang negara itu melalui satu pintu, untuk bagian unit-unit itu tidak dibenarkan untuk membeli peralatan.” Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan bahwa persiapan yang dilakukan pada Perpustakaan Universitas Negeri Padang dalam transformasi digital adalah sarana dan prasarana, data yang akan diolah, sistem yang digunakan untuk mengolah data, komputer dan jaringan internet serta orang selaku SDM.

4.2.5 Proses Transformasi Perpustakaan Dalam Mengintegrasi Sistem Konvensional ke Digital

Proses transformasi perpustakaan dalam mengintegrasikan sistem konvensional ke digital oleh Perpustakaan Universitas Negeri Padang dapat dilihat dari wawancara berikut: I 2 : “Mungkin ini untuk karya civitas akademika, bukan untuk buku. Kalau buku berarti kami melanggar hak cipta. Jadi untuk karya civitas ini dulu ada yang manual, itu sudah kami usahakan untuk mendigitalnya 46 dengan cara mengcopy scanner dan diteruskan dengan menggunakan aplikasi Acrobat Reader dan masih dalam proses dibagian pengolahan. Kemudian bentuknya dalam formad pdf. Untuk yang baru itu sudah diterima dalam bentuk softcopy. Kemudian untuk proses transformasinya kami menggunakan beberapa sistem atau program. Pertama, Sistem Informasi Perpustakaan SIPUS sifatnya semua koleksi baik buku, jurnal, maupun KKI digital itu wajib diinputkan ke sipus dan itu bisa nanti ditelusuri nanti di luar dengan menggunakan digilib UNP. Kedua, sistem yang digunakan khusus lokal atau hanya diruangan layanan digital perpustakaan saja. Koleksi disini ditampilkan secara full text. Mahasiswa bisa mencari ke server melalui client dan bisa dicatat jika dibutuhkan. Ketiga, kami menggunakan sistem Website Perpustakaan UNP, disitu nanti ada menu KKI digital, pada halaman awal web selalu kami tampilkan 5 karya civitas akademika yang terbaru atau terakhir dientrykan. Untuk karya mahasiswa, itu hanya abstraknya saja yang kami tampilkan, untuk karya dosen atau penelitian itu ditampilkan full text. Dari beberapa dokumen ini ada juga kami link ke Garuda, tapi tidak semuanya tergantung izin dari yang punya dokumen. Dari kutipan wawancara tersebut dapat dilihat bahwa proses transformasi perpustakaan dalam mengintegrasikan sistem konvensional ke digital oleh Perpustakaan Universitas Negeri Padang dilakukan dengan cara copy scanner koleksi lama dan menerima koleksi terbaru dalam bentuk softcopy. Dalam transformasi perpustakaan tersebut digunakan 3 tiga sistem yaitu Sistem Informasi Perpustakaan SIPUS, layanan digital perpustakaan yang bersifat lokal, dan website perpustakaan itu sendiri. Alur kerja proses transformasi perpustakaan dalam mengintegrasikan sistem konvensional ke digital dapat dijabarkan sebagai berikut: 1 identifikasi kategori, penetapan kategori dari pemilihan informasi harus dipertimbangkan berdasarkan kebutuhan. Setelah penetapan kategori tersebut dipilih, maka dilanjutkan dengan memperhatikan hak cipta; 2 mengumpulkan koleksi, menghimpun koleksi dengan menyiapkan akses ke koleksi digital; 3 digitalisasi, 47 pengalihmediaan informasi dari berbagai jenis media dapat dilakukan dengan berbagai alat perekam seperti copy scanner atau menjadikannya dalam bentuk softcopy; 4 pengatalogan, agar data yang telah direkam tadi dapat ditelusuri kembali dibutuhkan metadata; 5 pengelolaan, tahap pengelolaan informasi digital seperti hak cipta; 6 pendistribusian, merupakan hasil akhir pendistribusian informasi melalui situs web

4.2.6 Konsep Hybrid Library

Sebagai perpustakaan perguuran tinggi yang berkonsep hybrid library, Perpustakaan UNP memperrtahankan koleksi tercetak dan digital secara bersamaan. Pendit 2007, 33-35 menjelaskan hybrid library merupakan continuum antara perpustakaan konvensional dan perpustakaan digital, dimana informasi yang dikemas dalam media elektronik maupun cetak digunakan secara bersamaan. Tantangan pengelola hybrid library adalah mendorong pemakai untuk menemukan informasi dalam berbagai format. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan tentang mempertahankan sinergitas perpustakaan konvensional dan digital pada Perpustakaan Universitas Negeri Padang seperti berikut: I 1 : “Ya, yang jelas kami sama-sama mempertahankan keduanya. Kalau kami membutuhkan koleksi tercetak, dilakukan pembelani buku, majalah dan lainnya. Kalau membutuhkan yang digital, membeli ebook dan koleksi elektronik seperti itu. Yang jelas buku pasti masih dibutuhkan sampai sekarang.” I 2 : “Kalau untuk karya civitas yang tercetak ini kami mau retensi, kami hanya menerima dalam bentuk softcopy dan dientrikan ke website. Mulai dari tahun 2010 kami tidak lagi menerima koleksi yang tercetak. Bahkan koleksi tercetak yang lama kami digitalkan dan kemudian diretensi. Jadi kalau koleksi tidak ditemukan di server kami 48 masih ada cadangan dalam bentuk CD. Kalau masih ingin koleksi yang tercetak, itu masih bisa ditemukan di perpustakaan fakultas.” Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa terlihat dari cara mempertahankan koleksi perpustakaan dengan tidak mengutamakan koleksi tertentu dan tetap bisa digunakan secara bersamaan, Perpustakaan Universitas Negeri Padang sudah menerapkan konsep hybrid library dengan cukup baik. Disamping itu, retensi juga dilakukan untuk koleksi civitas akademika tercetak demi meminimalisir ruang dengan perhitungan tertentu. Namun, koleksi tercetak tersebut tetap bisa di dapatkan di perpustakaan fakultas jika dibutuhkan.

4.2.7 Kompetensi Pustakawan

Pustakawan memiliki peranan besar dalam perkembangan perpustakaan dan membantu pemustaka untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. Oleh sebab itu pustakawan diharapkan memiliki keahlian dan pengetahuan dalam mengelola dan menyediakan akses ke sumber-sumber informasi serta mampu mmengikuti perkembangan teknologi informasi. Maka pada Perpustakaan UNP pustakawan dituntut memiliki kompetensi, seperti hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan berikut: I 2 : “Kompetensi ini yg menjadikan pustakawan nantinya menjadi profesional. Yang paling utama tentu pustakawan harus mampu memperbaharui pengetahuannya. Karena kalau sudah dari pustakawannya yang tidak mau berkembang, bagaimana mau maju perpustakaan, apalagi di dunia yang serba digital pada saat sekarang ini. Selanjutnya baru kreativitas dan inisiatif personal, bisa mengoperasikan komputer dan komitmen untuk inovatif mengelola SDM.” I 3 : “Sudah jelas pustakawan harus menguasai teknologi informasi dan mampu mengoperasikan komputer. Yang paling penting itu perpustakaan bukan hanya tentang buku tetapi juga teknologi. Pustakawan juga harus memiliki pengetahuan luas, dapat bekerja 49 dalam tim maupun belajar secara mandiri. Satu lagi pustakawan harus bisa menerima perubahan.” Dari pernyataan informan dapat disimpulkan bahwa kompetensi pustakawan yang paling utama adalah pengetahuan tentang teknologi informasi, terutama mengoperasikan komputer. Selanjutnya pustakawan dituntut untuk mampu bekerja sama, kreatif dan berinisiatif untuk mengembangkan pengetahuan, serta harus memiliki komitmen dalam mengelola SDM perpustakaan sebagai dukungan terhadap kemajuan dan perkembangan perpustakaan. Selain kompetensi, pustakawan juga harus mampu bersikap dalam menanggapi transformasi perpustakaan. seperti yang dijelaskan oleh informan 3 I 3 berikut: I 3 : “Sebagai pustakawan tentu harus bersikap terbuka dan menerima. Sebisa mungkin kami mencoba untuk mengikuti kemajuan teknologi yang berkembang. Meskipun kami sebagai pustakawan, masih harus tetap belajar kalau tidak mau ketinggalan. Kami juga harus terlibat secara aktif dan mendukung perubahan.” Kompetensi merupakan perpaduan antara pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sikap pustakawan Universitas Negeri Padang yang terbuka dan menerima transformasi perpustakaan merupakan bagian dari kompetensi pustakawan yang mendukung kemajuan teknologi informasi.

4.2.8 Pengembangan Koleksi

Tujuan pengembangan koleksi adalah untuk menambah koleksi perpustakaan yang baik dan seimbang, sehingga mampu melayani kebutuhan pemustaka yang berubah dan tuntutan pengguna masa kini mau pun mendatang. Berikut penjelasan dari inforrnan: 50 I 1 : “Yang dikembangkan tentu koleksi buku-buku yang sesuai dengan kurikulum yang ada. Begitu juga dengan koleksi yang sesuai dengan permintaan fakultas. Kami tidak menargetkan jenis koleksi apa yang dikembangkan, karena tiap fakultas memiliki kebutuhan berbeda. Jadi disesuaikan saja.” I 2 : “Koleksi yang sudah ada yaitu tugas akhir, skripsi, thesis dan disertasi. Termasuk juga karya ilmiah dosen, laporan penelitian, makalah, jurnal yang bisa ditemui di website perpustakaan kami. Beberapa koleksi ada yang fulltext dan hanya abstrak saja.” Selain pengembangan koleksi, Informan 3 I 3 menambahkan bahwa Perpustakaan UNP juga melakukan pengenalan terhadap koleksi dan lingkungan perpustakaan. Serta kebutuhan pemustaka pada layanan digital. Seperti hasil wawancara berikut: I 3 : “Sebagai bentuk pengenalan, setiap mahasiswa baru akan diberikan pendidikan pemakai dan mengenalkan lingkungan perpustakaan. selain itu melalui brosur, spanduk dan promosi perpustakaan tentunya.” I 3 : “Koleksi yang paling banyak dicari itu adalah karya civitas akademika seperti skripsi, thesis, disertasi. Untuk ebook belum ada, tetapi kami memberikan link ke website tertuju.” Berdasarkan pemaran di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan koleksi pada Perpustakaan UNP didasarkan pada kurikulum yang ada, permintaan dosen dan kebutuhan pemustaka. Dalam pengenalan koleksi kepada pemustaka dilakukan dengan cara pendidikan pemakai dan promosi perpustakaan. koleksi yang paling banyak dibutuhkan adalah karya civitas akademika.

4.2.9 Integrasi Layanan Informasi

Integrasi layanan informasi mendorong terciptanya perpustakaan yang progresif, terbuka dan mampu memberikan layanan prima kepada pemustakanya. 51 Tedd dan Large yang dikutip oleh Pendit 2007, 30 menyebut ada tiga karakter untuk menyebut perpustakaan sebagai perpustakaan digital yaitu: 1. Memakai teknologi yang mengintegrasikan kemampuan menciptakan, mencari, dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dalam sebuah jaringan digital yang tersebar luas. 2. Memiliki koleksi yang mencakup data dan metadata yang saling mengaitkan berbagai data, baik di lingkungan internal maupun eksternal. 3. Merupakan kegiatan mengoleksi dan mengatur sumberdaya jasa untuk memenuhi kebutuhan informai masyarakat tersebut karenanya perpustakaan digital merupakan integrasi institusi museum, arsip, dan sekolah yang memilih, mengoleksi, mengelola, merawat dan menyediakan informasi secara meluas ke berbagai komunitas. Hal tersebut mendukung pernyataan informan tentang integritas layanan informasi yang ada pada Perpustakaan Universitas Negeri Padang seperti berikut: I 1 : “Ya, terhubung semuanya dengan serat optic fiber optic” I 2 : “Semuanya sudah bisa diakses online termasuk ke perpustakaan fakultas kecuali untuk FMIPA karena dia tidak memiliki perpustakaan di fakultasnya. Jadi setiap perpustakaan di fakultas sudah terhubung dalam satu sistem yaitu SIPUS itu tadi. I 3 : ”Mahasiswa bisa mengakses website perpustakaan di perpustakaan.unp.ac.id disana terdapat repository yang menyediakan layanan koleksi. Mahasiswa bisa mengakses koleksi dan mendownloadnya jika koleksi tersebut fulltext atau hanya abstraknya saja. Dari kutipan wawancara tersebut dapat dilihat bahwa integrasi layanan informasi pada Perpustakaan Universitas Negeri Padang sudah diterapkan yaitu dengan mengintegrasikan sistem yang ada pada perpustakaan pusat dengan perpustakaan cabang yang ada pada setiap fakultas dengan menggunakan penghubung serat optik, SIPUS, dan melalui situs web perpustakaan. 52

4.2.10 Kendala dalam Transformasi Perpustakaan

Dalam melakukan transformasi perpustakaan ada beberapa masalah yang dihadapi Perpustakaan UNP yang mengakibatkan hybrid library belum sempurna dalam pengelolaannya. Berikut ini pernyataan dari Informan: I 1 : “Untuk hambatan atau kendala, selain anggaran dana yang masih kurang dari pihak universitas, kami masih sangat kurang untuk staf pustakawan bagian teknologi informasi. I 2 : “Kendalanya adalah SDM yang masih kurang. Dibidang perpustakaan kami cukup memadai, tetapi untuk bagian teknologi informasi masih kurang. Kalau dilihat yang bisa dibina itu adalah tenaga-tenaga atau pustakawan yang baru karena pemikiran dan semangatnya masih bagus, dibandingkan pustakawan kami yang mayoritas sudah banyak mau pensiun. Berdasarkan beberapa pernyataan informan maka diketahui bahwa dalam melakukan transformasi perpustakaan ada masalah yang dihadapi dari segi keterbatasan dana atau anggaran, kurangnya sumber daya manusia terutama SDM bagian TI yang mengakibatkan kurang efektifnya kualitas jasa informasi. Seharusnya Perpustakaan UNP mampu mengevaluasi kebutuhan perpustakaan dan merekrut pegawai atau pustakawan baru yang profesional kemudian mengikutsertakan pustakawan dalam pelatihan atau seminar agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi pustakawan.

4.2.11 Kebijakan Anggaran

Kebijakan anggaran yang ditetapkan Perpustakaan Universitas Negeri Padang dapat dijabarkan dari hasil wawancara berikut: I 1 : “Ya tentu saja dua-duanya dianggarkan sesuai kebutuhan. Jadi seperti jurnal, ebook, buku tercetak kalau kami butuh dilanggan atau dibeli. Yang penting dalam pengadaan itu kami sesuaikan dengan 53 permintaan dari jurusan, fakultas dan prodi yang ada di lingkungan UNP.” I 2 : “Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, untuk anggaran kami hanya diterima melalui satu pintu yaitu melalui bagian logistik UNP. Nominalnya tidak bisa disebutkan, bisa saja staf ingin dananya tinggi. Badan perpustakaan menyesuaikan dengan kebutuhan, sebelum membuat anggaran tentu staf sudah tahu apa yang dibutuhkan, berapa anggaran untuk pembelian alat, berapa anggaran untuk orang yang mengelola kemudian berapa materi yang akan dialihmediakan juga harus tahu. Dengan adanya penjabaran tersebut baru bisa menganggarkan berapa alat yang dibutuhkan, jadi sesuai dengan kebutuhan. Idealnya tentu kalau bisa seluruh apa yang perpustakaan punya bisa dialihmediakan tapi anggarannya terbatas.” Dana untuk melakukan proses transformasi digital itu disesuaikan dengan kebutuhan. Sebelum membuat anggaran mereka sudah mengetahui apa yang dibutuhkan, dengan begitu baru bisa di anggarkan. Dana yang dianggarakan tersebut terbatas untuk kegiatan transformasi perpustakaan, dana digunakan untuk pembelian peralatan, perawatan, dan anggaran pengelola sampai pendistribusian koleksi yang telah dialihmediakan ke dalam bentuk digital maupun akses ke situs web. Sebagai bagian dari universitas anggaran tersebut tergantung dana yang diberikan oleh Instansi tersebut, karena anggaran terbatas maka untuk proses transformasi digital pun juga minim. Hal tersebut mengakibatkan aktivitas yang ada terkadang tidak bisa dilaksanakan dengan maksimal dan kenyataannya kendala dana merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam pelaksanaan pengalihmediaan koleksi tercetak ke digital. 54

4.3 Rangkuman Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan, melalui proses analisis data yang menjaga keabsahan data serta melakukan triangulasi, maka diperoleh beberapa kategori sebagai berikut: Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Penelitian No Kategori Indikator 1 Kebijakan Transformasi Digital Perpustakaan UNP sudah memiliki kebijakan, hanya untuk karya civitas akademika saja. 2 Tujuan Transformasi Digital Perpustakaan Meningkatkan layananan perpustakaan terutama layanan digital. 3 Sumber Daya Manusia SDM Perpustakaan UNP sudah memadai sebagai pustakawan, namun belum untuk bagian TI 4 Persiapan dalam Transformasi Digital Sarana dan prasarana, data yang akan diolah, sistem yang digunakan untuk mengolah data, komputer dan jaringan internet serta orang selaku SDM 5 Proses Transformasi Digital a. Capturing Pengumpulan b. Scanning Pemindaian c. Editing Penyuntingan d. Compilation Penyusunan e. Organizing Pengelompokan f. Publishing Pendistribusian 55 6 Konsep Hybrid Library Mempertahankan koleksi perpustakaan tercetak dan elektronik, dan dapat digunakan secara bersamaan 7 Kompetensi Pustakawan Memiliki pengetahuan yang luas, mampu mengoperasikan komputer, kreatif dan inisiatif, serta memiliki komitmen 8 Pengembangan Koleksi Didasarkan pada kurikulum yang ada, permintaan dosen dan kebutuhan pemustaka 9 Integrasi Layanan Informasi Terhubung melalui serat optik, SIPUS, dan melalui situs web perpustakaan menggunakan jaringan internet 10 Kendala dalam Transformasi Perpustaakaan Keterbatasan danaanggaran dan kurangnya SDM 11 Kebijakan Anggaran Anggaran diterima melalui satu pintu yaitu melalui bagian logistik UNP. . 56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan