Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Perpustakaan Konvensional dan Digital

6 Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang “Evaluasi Hybrid Library pada Perpustakaan Universitas Negeri Padang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah transformasi perpustakaan dari konvensional ke digital pada Perpustakaan Universitas Negeri Padang? 2. Bagaimanakah sumber informasi tercetak dan elektronik pada Perpustakaan Universitas Negeri Padang? 3. Bagaimanakah integrasi layanan informasi dan penerapan TI pada proses evaluasi hybrid library pada Perpustakaan Universitas Negeri Padang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses transformasi perpustakaan, sumber informasi tercetak dan digital serta integrasi layanan informasi hybrid library pada Perpustakaan Universitas Negeri Padang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi semua pihak, antara lain: 1. Instansilembaga, sebagai pertimbangan untuk mengoptimalkan transformasi perpustakaan pada hybrid library atau instansi tertentu 2. Pembaca, dapat digunakan sebagai pedoman untuk penambah wawasan dan untuk penelitian selanjutnya. 7 3. Penulis, menambah pengetahuan tentang hybrid library yang menganut sistem konvensional dan digital serta penerapan ilmu yang telah didapatkan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah mengevaluasi hybrid library pada Perpustakaan Universitas Negeri Padang. Batasan pembahasan dalam penelitian ini meliputi: 1 transformasi perpustakaan; 2 electronic information resources, yaitu sumber informasi dalam bentuk elektronik atau digital; 3 traditional hardcopy resources, yaitu sumber informasi yang berbentuk cetak; 4 integrated information service, yaitu integrasi layanan informasi. 8 BAB II KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Konvensional dan Digital

Perpustakaan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang merefleksikan perubahan yang terjadi dimasyarakat. Perpustakaan atau library didefenisikan sebagai tempat buku-buku yang diatur untuk dibaca dan dipelajari atau dipakai sebagai bahan rujukan. Istilah perpustakaan juga diartikan sebagai pusat media, pusat belajar, sumber pendidikan, pusat informasi, pusat dokumentasi dan pusat rujukan The American Library Association yang dikutip oleh Mahmudi, 2006. Untuk perpustakaan modern, dengan paradigma baru kerangka berpikir atau model teori ilmu pengetahuan, koleksi perpustakaan tidak hanya terbatas pada buku-buku, majalah, koran, atau barang tercetak printed matter lainnya. Koleksi perpustakaan telah berkembang dalam bentuk terekam, dan digital recorded matter. Alur perubahan perpustakaan bisa dinarasikan seperti berikut, perpustakaan tradisional dengan akses tertutup bergeser ke perpustakaan dengan akses terbuka. Perpustakaan dengan akses terbuka kemudian bergeser ke perpustakaan otomatis, perpustakaan yang otomatis kemudian berubah menjadi elektronik, kemudian elektronik berubah menjadi digital dan akhirnya berakhir di perpustakaan digital dan memiliki aspek yang berbeda. Menurut Ogunsola 2011 traditional library were collection of books, manuscripts, journal, and others sources of recorded information. Sedangkan WTEC hyper-library 1999 menjelaskan bahwa karakteristik perpustakaan konvensional adalah: 9 - emphashis on storage and preservation of physical items, particularly books and periodicals - cataloging at a high level rather than one of detail, e.g., author and subject indexes as opposed to full text - browsing based on physical proximity of related materials, e.g., books on sociology are near one another on the shelves - passivity; information is physically assembled in one place; user must travel to the library to learn what is there and make use of it. Berdasarkan teori di atas perpustakaan konvensional merupakan perpustakaan yang memiliki koleksi buku, manuskrip, jurnal, sumber informasi terekam lainnya dan terbitan yang terbatas pada bentuk cetak dengan akses manual. Keseluruhan proses mulai dari proses pengadaan sampai sirkulasi dilakukan dengan cara manual. Era digital telah membawa perubahan pada setiap bidang layanan di perpustakaan, baik itu bidang pembinaan koleksi termasuk preservasi koleksi, maupun bidang layanan pengguna. Era digital membuktikan bahwa pemustaka tidak selalu harus datang ke perpustakaan, namun perpustakaanlah yang mendatangi pemustaka. Era digital juga telah membawa pergeseran citra terhadap perpustakaan dari yang manual, dibatasi oleh gedung, dan untuk akses masuk harus melalui berbagai prosedur, kesulitan akses dan pemanfaatan koleksi, dan lain-lain. Kini di era digital pemustaka bisa mengakses dan memanfaatkan koleksi perpustakaan di manapun dan kapanpun. Harapan-harapan pemustaka tersebut bisa terwujud dengan dibangunnya perpustakaan yang bisa diakses di manapun dan kapanpun, yaitu dengan model perpustakaan digital. Pada dasarnya, perpustakaan digital sama saja dengan perpustakaan biasa, hanya saja memakai prosedur kerja berbasis komputer dan sumber daya digital. Menurut Widyawan yang dikutip oleh Saleh 2010, 2 Perpustakaan digital 10 digital library menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk mengakses sumber-sumber elektronik dengan alat yang menyenangkan pada waktu dan kesempatan yang terbatas. Sedangkan menurut Saffady yang dikutip oleh Saleh 2010, 3 mendefinisikan digital library adalah perpustakaan yang mengelola semua atau sebagian yang substansi dari koleksi-koleksinya dalam bentuk komputerisasi sebagai bentuk alternatif, suplemen atau pelengkap terhadap cetakan konvensional dalam bentuk mikro material yang saat ini didominasi koleksi perpustakaan. Saleh 2010,4 juga menjelaskan kelebihan perpustakaan digital dibanding dengan perpustakaan konvensional adalah sebagai berikut 1. Menghemat ruangan Karena koleksi perpustkaan digital adalah dokumen-dokumen berbentuk digital, maka penyimpanan akan sangat efisien. 2. Akses ganda multiple acces Kekurangan perpustakaan konvesional adalah akses terhadap koleksinya bersifat tunggal. Artinya apabila ada sebuah buku dipinjam oleh seorang pemustaka, maka anggota lain yang akan meminjam harus menunggu buku tersebut dikembalikan terlebih dahulu. Koleksi digital tidak demikian. 3. Tidak dibatasi oleh ruang dan waktu Perpustakaan dapat dikses dari mana saja dan kapan saja dengan catatan ada jaringan komputer computer internetworking. Sedangkan perpustakaan konvensional hanya bisa diakses jika orang tersebut datang ke perpustakaan pada saat perpustakaan membuka layanan. 4. Koleksi dapat berbentuk multimedia Koleksi perpustakaan digital tidak hanya bersifat teks atau gambar saja. Koleksi perpustakaan digital dapat berbentuk kombinasi antara teks gambar dan suara. 5. Biaya lebih murah Secara relatif dapat dikatakan bahwa biaya untuk dokumen digital termasuk murah. Mungkin tidak sepenuhnya benar. Namun melihat sifat e-book yang bisa digandakan dengan jumlah yang tidak terbatas dan dengan biaya yang murah, mungkin kami akan menyimpulkan bahwa dokumen elektronik tersebut biayanya sangat murah. 11 Federasi perpustakaan di Amerika Serikat juga memberi batasan istilah perpustakaan digital sebagaimana dikutip oleh Pendit 2007, 29 sebagai berikut: “Digital Libraries are organizations that provide the resources, including the specialized staff, to select, structure, offer intellectual acces to, interpret, distribute, preserve the integrity of, and ensure the persistence over time of collections of digital works so that they are readily and economically available for use by a defined community or set of communities.” Defenisi di atas merumuskan bentuk organisasi perpustakaan digital, dan jelas terlihat bahwa organisasi tersebut memerlukan pegawai dengan tata kerja dan tujuan kerja, serta komunitas yang diharapkan dapat memanfaatkan jasa mereka. Konsep perpustakaan digital semakin sering dikaitkan dengan organisasi yang mengoleksi rujukan ke sumberdaya yang berbasis Web di internet, dan bukan sumberdaya itu sendiri. Batasan terakhir memberi makna yang lebih luas dari dua terdahulu, yaitu bahwa perpustakaan digital menyediakan sumber-sumber digital disamping pegawai dengan tatakerja dan tujuan kerja serta masyarakat yang diharapkan dapat memanfaatkan layanan perpustakaan. Selanjutnya Tedd dan Large yang dikutip oleh Pendit 2007, 30, menyebut ada tiga karakter untuk menyebut perpustakaan sebagai perpustakaan digital yaitu: 1. Memakai teknologi yang mengintegrasikan kemampuan menciptakan, mencari, dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dalam sebuah jaringan digital yang tersebar luas. 2. Memiliki koleksi yang mencakup data dan metadata yang saling mengaitkan berbagai data, baik di lingkungan internal maupun eksternal. 3. Merupakan kegiatan mengoleksi dan mengatur sumberdaya jasa untuk memenuhi kebutuhan informai masyarakat tersebut karenanya perpustakaan digital merupakan integrasi institusi museum, arsip, dan sekolah yang memilih, mengoleksi, mengelola, merawat dan menyediakan informasi secara meluas ke berbagai komunitas. 12 Tabel 2.1 Perubahan paradigma dari perpustakaan tradisional ke digital Paradigm shift Traditional Library Digital Library Library Building = Virtual Library You go to the library = The library comes to you – Design, size, location of the library building – Other than warehousing library materials, library building has other important societal functions – Electronic resources, hardware, software, telecommunications Ownership = Access – “Buy and own” books and journals, etc – “Annual subscriptions” for access Just In Case = Just In Time – 80 of books and journals, etc. “purchased and owned” have never been used – Buy and own – “just in case” – Document delivery, print on demand, pay per view, etc. – “just in time” Unlimited Use = Pre-Defined Limited Use – “Buy and own” books and journals, etc. for unlimited use by any users – Number of simultaneous logons concurrent users – 12 month subscriptions – By registered users only One At A Time = Many At A Time – One book or journal can be read by one user at a time – One user can read one book or journal at a time – One database can be accessed by many users at the same time – One user can access many databases or journals at the same time Take Your Time = Don’t Waste My Time – Users wait for weeks or months for the library to purchase books or journals or through ILL – Users spend hours or days going through printed pages to find and compile information needed – Users want the information right now Isolation = Cooperation – Do everything by myself and for myself – Cooperation to eliminate unnecessary duplication of efforts – Cooperation to increase resources through sharing Wang 2003 13 Tabel 2.1 menjelaskan bahwa perubahan paradigma dari perpustakaan konvensional ke digital meiliki perbedaan dari beberapa segi seperti bangunan dan tempat penyimpanan koleksi pada perpustakaan konvensional berupa gedung, namun pada perpustakaan digital berupa electronic resources. Akses informasi yang lebih mudah pada perpustakaan digital karena berupa real time acces, sedangkan pada perpustakaan konvensional harus membutuhkan waktu untuk menemukan koleksinya. Penggunaan koleksi yang terbatas jumlah pada perpustakaan konvensional, namun tidak pada perpustakaan digital. Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan konvensional adalah perpustakaan yang memiliki koleksi tercetak dan terekam lainnya yang terbatas pada bentuk cetak dan keseluruhan proses pengadaan sampai sirkulasi masih menggunakan akses yang manual. Sedangkan perpustakaan digital adalah perpustakaan yang memiliki sumber informasi elektronik dengan prosedur kerja berbasis komputer dan sumber daya digital. Dengan aspek meliputi sumber informasi tercetak dan sumber informasi elektronik.

2.2 Teknologi Informasi di Perpustakaan