1 Penyakit Periodontal TINJAUAN PUSTAKA

5 UIN Syarif Hidayatullah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Penyakit Periodontal

Jaringan periodontal merupakan bagian dari struktur gigi yang tersusun atas bagian jaringan gigi lunak dan keras terdiri dari gingiva, sementum, ligamen periodontal serta tulang alveolar yang berfungsi sebagai penyangga gigi Houwink et al., 1993. Kelainan periodontal disebabkan oleh adanya plak pada gigi yang disebabkan oleh adanya bakteri. Penyebab lainnya penyakit periodontal adalah adanya variasi yang luas dari penyakit pada mukosa mulut yang terkadang berdampak pada gingiva Cawson Odell, 2002. Terdapat beberapa tahapan yang penting pada proses terjadinya penyakit periodontal. Yang pertama adalah adanya mekanisme pertahanan yang membentuk inflamasi pada gusi akibat paparan dari plak gigi. Proses peradangan tersebut dikenal dengan gingivitis. Tahap selanjutnya adalah terjadinya kerusakan periodontal, yang menyebabkan hilangnya jaringan penyangga. Apabila kerusakan tersebut tidak ditanggulangi maka tahap selanjutnya adalah hilangnya tulang mandibula, yang mengakibatkan tidak dapat dihindarinya ekstraksi elemen gigi. Klasifikasi penyakit periodontal dibagi atas dua golongan yaitu gingivitis dan periodontitis Houwink et al., 1993. Gingivitis merupakan suatu peradangan pada periodonsium, yang terbatas pada daerah gingiva dan dianggap reversibel. Gingivitis dianggap sebagai pertahanan terhadap paparan bakteri yang menyebabkan plak pada gigi. Plak yang terdeposit pada daerah gingiva diakibatkan oleh buruknya kebersihan mulut serta tidak efektifnya proses membersihkan gigi. Proses inflamasi pada peradangan gingiva pada awalnya terjadi di daerah sulkus gingiva dan bagian yang terletak dibawah gingiva Houwink et al., 1993. Pada awal terjadinya gingivitis terdapat kecenderungan untuk terjadinya perdarahan. Perdarahan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dapat dilihat pasien. Perdarahan biasanya timbul pada waktu UIN Syarif Hidayatullah menyikat gigi atau terkadang terjadi perdarahan spontan atau tanpa sebab. Oleh sekelompok besar masyarakat gingiva yang berdarah masih dapat dianggap sebagai proses yang normal dan tidak mengahawatirkan Houwink et al., 1993. Gejala lainnya adalah terdapatnya perubahan warna pada gingiva. Warna gingiva berubah dengan meningkatnya peradangan, perubahan terjadi dari warna merah muda ke merah tua sampai ungu. Perubahan tersebut diakibatkan oleh adanya dilatasi pembuluh darah dan perubahan pada dinding pembuluh darah yang mengarah pada pengurangan kecepatan aliran darah serta adanya lebih banyak darah pada daerah yang meradang Houwink et al., 1993. Pembengkakan bentuk gingiva diakibatkan dinding pembuluh darah menjadi lebih permeabel, maka terjadi perubahan keseimbangan osmotik darah dan jaringan interstisial. Perubahan bentuk gingiva terjadi pada stadium lebih lanjut yang diakibatkan oleh pembentukan jaringan granulasi, yang mengandung banyak fibroblas, pembuluh darah dan sedikit serabut kolagen. Pada gingivitis juga terkadang disertai dengan rasa nyeri Houwink et al., 1993. Gingiva yang mengalami peradangan dapat kehilangan fungsinya, peradangan yang menyebabkan epitel menjadi lebih permeabel dan tidak dapat lagi menjadi penghalang barier terhadap pengaruh zat asing yang berasal dari rongga mulut Houwink et al., 1993. Periodontitis merupakan proses peradangan di dalam periodonsium dimana sudah ada yang hilang dari bagian-bagian yang menghubungkan serat antara elemen gigi dan jaringan sekelilingnya, pada periodontitis juga dapat mengebabkan hilangnya tulang alveolar Houwink et al., 1993. Periodontitis merupakan salah satu penyebab utama lepasnya gigi pada dewasa dan merupakan penyebab utama lepasnya gigi pada lanjut usia. Periodontitis terjadi jika gingivitis menyebar ke struktur penyangga gigi Cawson Odell, 2002. Periodontitis merupakan sebab umum dan poten yang menyebabkan halitosis. Gejala ini tidak dirasakan oleh pasien tetapi dirasakan oleh orang disekeliling pasien Cawson Odell, 2002. Kerusakan jaringan dan adanya bekteri yang dapat menibulkan plak merupakan penyebab bau yang sangat UIN Syarif Hidayatullah tidak enak kadang-kadang disertai dengan pemebentukan nanah Houwink et al., 1993.

2. 2 Natrium Diklofenak

Dokumen yang terkait

Formulasi patch natrium diklofenak berbasis polimer Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) dan natrium karboksi metil selulosa (NaCMC) sebagai antiinflamasi lokal pada penyakit periodontal

6 42 88

Formulasi Patch Natrium Diklofenak Berbasis Sodium Carboxymethylcellulose (SCMC) sebagai Sediaan Lokal Penanganan Inflamasi pada Penyakit Periodontal

4 23 65

FORMULASI PATCH AMOKSISILIN DENGAN KOMBINASI POLIMER HPMC (Hidroksi Propil Metil Selulosa) DAN PVP (Polivinil Pirolidon) SEBAGAI PENDEKATAN PENANGANAN SARIAWAN

0 4 18

Pembuatan dan Evaluasi secara In Vitro Sediaan Oral Dissolving Film (ODF) Chlorpheniramine Maleate Menggunakan Kombinasi Polimer Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) dan Pektin

14 82 132

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN LEPAS LAMBAT TABLET KAPTOPRIL DENGAN MATRIKS HIDROKSI PROPIL METIL OPTIMASI FORMULA SEDIAAN LEPAS LAMBAT TABLET KAPTOPRIL DENGAN MATRIKS HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA DAN AVICEL PH 102 SEBAGAI FILLER.

0 1 16

FORMULASI SEDIAAN LEPAS LAMBAT TABLET TEOFILIN DENGAN MATRIKS HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA DAN AVICEL PH 102 DENGAN METODE GRANULASI BASAH.

0 0 26

Pembuatan dan Evaluasi secara In Vitro Sediaan Oral Dissolving Film (ODF) Chlorpheniramine Maleate Menggunakan Kombinasi Polimer Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) dan Pektin

0 0 2

Pembuatan dan Evaluasi secara In Vitro Sediaan Oral Dissolving Film (ODF) Chlorpheniramine Maleate Menggunakan Kombinasi Polimer Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) dan Pektin

0 1 5

Pembuatan dan Evaluasi secara In Vitro Sediaan Oral Dissolving Film (ODF) Chlorpheniramine Maleate Menggunakan Kombinasi Polimer Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) dan Pektin

0 0 58

PERBANDINGAN PELEPASAN PROPRANOLOL HIDROKLORIDA DARI MATRIKS KITOSAN, ETIL SELULOSA (EC) DAN HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA (HPMC)

0 0 9