dengan jumlah saham yang diterbitkan maka akan di dapat nilai pasar market value.
Ketika membeli saham di pasar modal, banyak investor gagal untuk membedakan antara saham bagus dan perusahaan bagus. Hersh Shefrin,
ahli behavioral finance, dalam penelitiannya menemukan bahwa bahkan investor berpengalaman sekalipun nilai saham bagus dan jelek
berdasarkan bagus dan jeleknya perusahaan. Saham bagus tidak sama dengan perusahaan bagus. Saham yang
bagus adalah saham berharga bagus atau saham yang menjanjikan return
yang besar di masa depan, sedangkan perusahaan bagus ukuran sederhananya adalah perusahaan yang mempunyai rating yang bagus,
minimal tripel B sebagai batas rating layak investasi. Sementara itu majalah Fortune mendefinisikan perusahaan bagus sebagai perusahaan
yang mempunyai sifat sebagai berikut: manajemen bermutu, produk dan jasa yang di hasilkan berkualitas, inovasi tinggi, keuangan sehat,
tanggung jawab sosial tinggi, penggunaan harta perusahaan bijak dan sumber daya yang kompeten, fortune menemukan bahwa yang memiliki
sifat-sifat diatas umumnya adalah perusahaan yang besar dengan rasio nilai buku terhadap nilai pasar yang rendah.
F. Rasio Keuangan
Rasio-rasio keuangan dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu Rasio Likuiditas liquidity ratio, Rasio Aktivitas Activities ratio,
xxxviii
Rasio Rentabilitas profitability ratio, Rasio Solvabilitas Solvency ratio dan Rasio Pasar market ratio Robbert Ang, 1997:23-24.
Dalam penelitian ini tidak semua kelompok rasio tersebut digunakan untuk menganalisis. Adapun rasio dan karakteristik keuangan yang
digunakan adalah : 1.
Rasio Solvabilitas Solvency ratios Rasio Solvabilitas
berfungsi untuk menunjukkan kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini disebut juga
Leverage Ratios . Karena merupakan rasio pengungkit yaitu
menggunakan uang pinjaman untuk memperoleh keuntungan. Robbert Ang, 1997:34
Rasio ini terdiri dari salah satunya Debt-equity ratio DER merupakan salah satu rasio dalam kelompok Rasio Solvabilitas. Dan
merupakan indikator dari proporsi hutang perusahaan terhadap investasi pemegang saham. DER ini mencerminkan resiko keuangan
perusahaan yang ditempatkan pada pemegang saham sebagai hasil dari financial leverage makin besar Reilly, 1989.
Dalam kaitannya dengan struktur modal dan biaya modal, DER adalah alat ukur yang relevan digunakan investor, karena DER
merupakan perbandingan antara total kewajiban hutangdebt dengan total modal sendiri.
Konsekwensinya bila terdapat perubahan dalam hutang dan modal sendiri perusahaan, hal ini merupakan pengaruh utama untuk
xxxix
meningkatkan atau menurunkan DER. Sebagai contoh dan menawarkannya pada masyarakat maka modal sendiri akan meningkat
dan DER menurun. Beberapa teori mengatakan variasi DER berhubungan dengan
berbagai faktor studi yang dilakukan oleh Scott dan Martin 1975 mengatakan bahwa jenis dan sifat bisnis merupakan faktor yang
menyebabkan perubahan DER. Myers 1977 mengemukakan bahwa rasio hutang jangka pendek mungkin berhubungan positif dengan
tingkat pertumbuhan perusahaan apabila perusahaan mengganti pendanaan jangka panjang dengan pelunasan jangka pendek. Selain
itu Sjahrir 1989 mengemukakan bahwa naiknya suku bunga akan mengubah struktur modal, biaya modal dan mempengaruhi kinerja
bagi perusahaan yang mempunyai tingkat DER yang tinggi. 2.
Market Ratio Rasio yang digunakan dalam menilai pasar, di antaranya adalah
Price-Book Value ratio PBV dan Earning Per Share.
a. Price-Book Value ratio PBV Merupakan rasio yang diperoleh dengan membagi harga pasar
per lembar saham dengan nilai buku per lembar saham pada suatu titik waktu. http:pages.stein.nyu.edu menggambarkan seberapa
besar pasar menghargai nilai buku book value saham suatu perusahaan. Sehingga nilai rasio ini seharusnya paling tidak adalah
1,00. Semakin tinggi rasio ini berarti pasar semakin percaya atau
xl
prospek perusahaan. Saham-saham yang harganya lebih rendah dari pada nilai bukunya disebut under value, dan saham-saham yang
harganya lebih tinggi dari pada nilai bukunya di sebut over value. Terdapat dua kemungkinan yang terjadi, pertama pasar
beranggapan bahwa nilai aset perusahaan overstated. Kedua perusahaan memiliki laba yang buruk, bahkan negatif atas tingkat
pengembalian asset-nya. Nilai PBV diperoleh dengan cara membagi harga per lembar
saham dengan book value of equity per lembar saham tersebut Bodie dkk, 2005:632.
Investor dapat menggunakan rasio PBV di dalam melakukan analisis terhadap keputusan investasinya karena metode PBV
memiliki keuntungan, yaitu: 1. Book value relative stabil, ukuran intuitif dari nilai yang dapat
dibandingkan dengan harga pasar. 2. Pada penerapan standar akutansi yang konsisten antar
perusahaan rasio PBV dapat dibandingkan antar perusahaan- perusahaan
3. Pada perusahaan yang menderita rugi, dimana tidak dapat digunakan metode PER, metode PBV masih bisa digunakan
untuk melakukan evaluasi dalam kondisi perusahaan seperti ini.
xli
Kelemahan PBV: 1. Book value di pengaruhi oleh keputusan akutansi untuk depresi
dan variabel-variabel yang lain. Ketika standar akutansi sangat bervariasi diantara perusahaan-perusahaan, kemungkinan tidak
dapat dilakukan perbandingan rasio PBV antar perusahaan. 2. Book value tidak memiliki banyak kegunaan pada perusahaan
jasa yang tidak memiliki aktiva tetap dalam jumlah yang signifikan.
3. Book value of equity dapat negative jika suatu perusahaan melaporkan rugi terus menerus, menyebabkan nilai rasio PBV
yang negatif. b.
Earning Per Share EPS
EPS merupakan rasio antara laba bersih Net Income terhadap jumlah saham yang diterbitkan oleh perusahaan Dahlan Siamat,
2001 EPS =
Laba Bersih Jml Saham Beredar
Indikator laba bersih menunjukkan hasil akhir dari segala upaya perusahaan menjalankan usahanya dalam periode tertentu.
Sedangkan indikator jumlah saham beredar menunjukkan banyaknya lembar saham yang telah dimiliki pemodal yang harus
dipertanggung jawabkan oleh perusahaan kepada pemegang saham
xlii
pemodal atas sejumlah dana yang telah diberikan untuk pembiayaan operasional perusahaan.
Dengan membagi kedua indikator itu diperoleh nilai uang sebagai keuntungan investasi yang diperoleh pemodal untuk setiap
unit lembar saham yang dimiliki. Berdasarkan hal tersebut, berhasil tidaknya perusahaan memenuhi harapan pemodal dapat
dilihat pada nilai EPS yang dihasilkan perusahaan. Semakin besar EPS ini, semakin besar pula keuntungan yang diperoleh pemegang
saham. c.
Rasio ProfitabilitasRentabilitas Profitabilitas Ratios Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan. Rasio ini antara lain terdiri dari Net Profit Margin
NPM. Net Profit Margin
berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Nilai NPM ini
juga berada diantara 0 nol dan 1 satu. Nilai NPM semakin besar mendekati satu, maka berarti semakin efesien biaya yang
dikeluarkan, yang berarti semakin besar tingkat kembalian
keuntungan bersih. Robbert Ang, 1997:31.
G. Penelitian Terdahulu