Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia Awal Desember 2007 lalu, Bursa Efek Surabaya BES resmi bergabung ke dalam Bursa Efek Jakarta BEJ. Merger kedua bursa menjadi tonggak sejarah baru bagi industri pasar modal Indonesia. Entitas bursa baru hasil merger, Bursa Efek Indonesia BEI memiliki kapitalisasi pasar Rp2.400 triliun. Sebanyak Rp1.800 triliun berasal dari kapitalisasi pasar BEJ. Nama baru bursa tentu mencuatkan harapan baru. Sejak pertama kali ide penggabungan kedua bursa digagas, isu efisiensi menjadi hal penting yang ingin diraih. Direktur Utama BEI terpilih Erry Firmansyah telah menegaskan efisiensi terbesar muncul dari berkurangnya beban biaya pencatatan menjadi hanya satu kali. Sebelumnya, emiten yang tercatat di BEJ maupun BES harus membayar biaya pencatatan dua kali. Biaya pengembangan sistem tehnologi dan informasi serta biaya perawatan juga akan turun. Bergabungnya kedua bursa diharapkan mampu menekan biaya sosialisasi bursa kepada masyarakat dan dunia usaha. Sosialisasi menjadi elemen kunci bagi perkembangan pasar modal di tanah air. lxviii Bayangkan, baru 400 perusahaan yang melantai di bursa dari sekitar 2.000-3.000 perusahaan yang layak mencatatkan sahamnya. Mayoritas perusahaan mengaku belum mengetahui keuntungan menjadi perusahaan terbuka. Insentif pajak diyakini bisa menjadi katalis perusahaan untuk masuk bursa. Bila pemerintah mau lebih arif dengan memberi insentif pajak, jalan pelaku usaha untuk menawarkan sahamnya ke publik semakin terbuka lebar. Target emiten saham sebesar 500 perusahaan dalam 4 tahun mendatang akan lebih cepat tercapai. Jumlah emisi obligasi korporasi sejalan dengan pertambahan emiten saham. Bergabungnya kedua bursa diharapkan mampu mendongkrak penetrasi pasar lebih komprehensif. Basis investor pun diharapkan lebih beragam. Satu-satunya cara adalah memperbanyak produk di pasar. Jumlah investor bursa baru sekitar 600 ribu orang. Angka itu masih jauh di bawah negara-negara Asia lainnya. Manajemen BEI memasang target 2 juta investor pada akhir tahun 2009. Di bulan pertamanya, BEI menghadirkan produk baru yaitu reksa dana yang dapat diperdagangkan di bursa Exchange Traded Fund-ETF. Indopremier Securities dan Bahana Sekuritas menjadi dua perusahaan pertama penerbit ETF. Analis PT BNI Sekuritas Muhammad Alfatih mengatakan, bergabungnya kedua bursa berdampak positif bagi penambahan basis lxix investor. BEI harus mampu menghadirkan produk yang lebih variatif, seperti instrumen derivatif. Kalau sudah begitu, investor domestik maupun asing bisa lebih nyaman berinvestasi di pasar modal kita. Mimpi memiliki pasar modal yang kuat dan berkontribusi besar terhadap pembangunan kian mendekati kenyataan. 3. Sejarah Properti Tampaknya proyeksi semua sektor ekonomi termasuk properti di tahun 2008 selalu dikaitkan dengan variabel politik. Hal ini disebabkan eskalasi politik di tahun 2008 diprediksi akan meningkat karena persiapan Pemilu 2009. layaknya hantu yang menakutkan tahun 2008 ini menjadi bayang-bayang bagi pelaku usaha properti untuk mengembangkan bisnisnya. Awal tahun ini perekonomian nasional dikejutkan dengan kenaikan harga minyak dunia yang menembus batas psikologis yaitu 100 dollar per barrel. Kenaikan ini tentunya berpengaruh terhadap asumsi APBN dan PDB tahun 2008. Selain itu dari sektor perbankan, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan menurunkan BI rate menjadi 8 per Januari 2008. Dengan dikeluarkan kebijakan ini memberikan peluang bagi sektor properti untuk bisa berkembang. Namun dari bidang politik kemungkinan- kemungkinan negatif bisa terjadi mengingat kondisi tahun 2008 masih lxx rawan karena semua partai politik akan bekerja keras untuk meraih dukungan massa, gesekan-gesekanpun kemungkinan akan mudah terjadi. Hubungan sektor properti dengan politik sebetulnya lebih pada konteks ekonomi yang dipengaruhi oleh kebijakan politik, apabila kondisi politik tidak menentu atau mengalami kekacauan chaos akan berdampak kepada perekonomian terutama menyangkut sektor industri; supply-demand tidak seimbang dan distribusi barang akan terganggu. Apabila ini berlanjut maka akan terjadi inflasi tinggi yang ditandai dengan kenaikan harga akibat tidak adanya permintaan dan terjadi over supply. Di tahun 2007 yang lalu kondisi perpolitikan nasional relatif stabil, walaupun banyak unjuk rasa diberbagai daerah terutama menyangkut kekisruhan hasil Pilkada dan di tingkat nasional menyangkut kebijakan pemerintah tentang UU PA, UU PMA, UU Pornografi dan UU Politik yang banyak menimbulkan kontroversi dari masyarakat. Dari kondisi politik yang demikian ternyata pengaruh terhadap sektor ekonomi tidak begitu signifikan. Tercatat kondisi pertumbuhan ekonomi di tahun 2007 merupakan kondisi terbaik sejak krisis ekonomi 1998. Berbagai sektor ekonomi mengalami peningkatan, di sektor properti, nilai kredit properti yang dirilis Bank Indonesia BI per Juni 2007 sebesar Rp130,93 Trilyun naik 7-8 dibandingkan tahun sebelumnya. Dari catatan tahun 2007 tersebut, proyeksi properti tahun 2008 menunjukkan kecenderungan yang sama, apabila tidak ada kondisi-kondisi lxxi yang mengganggu keamanan negara dan kekacauan politik yang luar biasa, sektor properti diperkirakan tetap akan tumbuh sekitar 5-6 atau dengan nilai kapitalisasi pasarnya mencapai Rp73,9 Trilyun. Berdasarkan pengalaman pada tahun 2003 menjelang pemilu 2004, sektor properti tidak terpengaruh dengan konstelasi politik, justru banyak pengembang dengan semangat ekspansi bisnisnya malah memanfaatkan momentum politik tersebut untuk meluncurkan proyek-proyek barunya. Hal ini disebabkan paradigma pelaku usaha properti sudah mulai bergeser dan cenderung lebih dewasa dalam melihat kondisi pasar. Masalah politik menjadi hal biasa, karena Indonesia dianggap sudah selesai melalui masa transisi. Namun demikian, kondisi pasar properti di tahun 2008 diperkirakan masih rawan, mengingat faktor fundamental ekonomi nasional yaitu sektor riil belum berjalan optimal. Hal inilah yang mempengaruhi permintaan dan daya beli masyarakat. Walaupun release BI menyebutkan adanya pergerakan sektor riil akibat pengaruh besarnya kapitalisasi pasar modal yang mencapai 67 pada tahun 2007 lalu. Namun hal ini masih sulit dibuktikan, karena melihat fakta dilapangan banyak terjadi kesenjangan terutama menyangkut kemiskinan. Sektor riil merupakan bagian terpenting untuk menggerakkan bisnis properti, apabila pemerintah memiliki political will untuk mengawal pasar agar bergerak ke arah sektor riil, maka efek dominonya akan lxxii mempengaruhi secara positif pertumbuhan sektor properti. Selain itu di tahun 2008 akan terjadi persaingan yang ketat antara pelaku bisnis properti, terutama pada subsektor properti apartemen sewa dan perkantoran, karena pada tahun 2008 dieprkirakan banyak proyek baru dua produk akan beroperasi. Maka kemungkinan terjadinya over supply ditahun 2008 akan tinggi. Strategi Untuk menghadapi kemungkinan terburuk dari kondisi properti indonesia ditahun 2008, maka para pelaku bisnis properti disarankan untuk lebih agresif dan kreatif dalam melihat kecenderungan pasar. Untuk para pengembang faktor marketing sangat penting untuk menyukseskan penjualan produk properti, dengan marketing yang tangguh dan handal, kondisi properti di tahun 2008 akan mudah dilalui dengan gemilang. Untuk para investor di bidang properti walaupun momentum 2007 untuk investasi cukup bagus, hal itu belum terlambat. Investor tetap bisa menginvestasikan dananya kesektor properti karena masih memiliki capital gain yang tinggi. Dengan catatan ada syarat-syarat yang harus dipenuhi diantaranya; pertama, mengetahui kondisi pasar disekitar lokasi yang akan di pilih sebagai tempat investasi, kedua, adanya kejelasan mengenai status legalitas hukum produk properti tersebut, ketiga, memahami perhitungan analisa investasi untuk mendapat keuntungan maksimal. lxxiii Pada akhirnya kondisi properti di tahun 2008 akan bisa tumbuh apabila pemerintah tetap berperan sebagai partner yang menguntungkan bagi berkembangnya usaha ini. Instrumen-intrumen investasi perlu diinovasi, penerapan REIT perlu dipercepat realisasinya, birokrasi perijinan dan sektor perbankan diharapkan mampu mendukung sektor properti Sektor hunian akan mendominasi dalam bisnis properti tahun 2008 terutama dengan harga terjangkau seperti rumah susun sederhana dan rumah sederhana. Pertumbuhan hunian tahun 2008 ini diperkirakan sekitar 15 sampai dengan 25 termasuk hunian murah. Pasar hunian sendiri dibagi dalam tiga kelompok penghasilan rendah, menengah, dan atas, kata Teguh Satria. Dengan kenaikan harga BBM Juni ini maka yang akan terkena imbas sebenarnya kelompok menengah mengingat kelompok tersebut tidak mendapat subsidi akan tetapi kemampuan membeli rumah semakin turun.

B. Analisis Deskriptif beberapa Variabel Independent dan Dependent

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

63 376 83

Pengaruh Perputaran Kas, Net Profit Margin, dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

10 140 99

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earnings Ratio (PER), Return On Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM),Debt To Equity Ratio (DER) terhadap harga saham perusaahan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 42 112

Analisis Perbandingan Tingkat Nilai Sales Growth, Earning Per Share, Price Earning Ratio Perusahaan Yang Mengadakan Employee Stock Ownership Program (Esop) Dan Tidak Mengadakan Esop: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

0 67 78

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 105 93

Pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah (studi pada Jakarta Islamic Index tahun 2004-2010)

1 8 168

Analisis faktor fundamental perusahaan terhadap Price Earning Ratio (PER) sebagai dasar penilaian saham perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013

0 6 168

Pengaruh Faktor-faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 9 124

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia PEriode 2011-2013

0 3 124

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 7 124