pemodal atas sejumlah dana yang telah diberikan untuk pembiayaan operasional perusahaan.
Dengan membagi kedua indikator itu diperoleh nilai uang sebagai keuntungan investasi yang diperoleh pemodal untuk setiap
unit lembar saham yang dimiliki. Berdasarkan hal tersebut, berhasil tidaknya perusahaan memenuhi harapan pemodal dapat
dilihat pada nilai EPS yang dihasilkan perusahaan. Semakin besar EPS ini, semakin besar pula keuntungan yang diperoleh pemegang
saham. c.
Rasio ProfitabilitasRentabilitas Profitabilitas Ratios Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan. Rasio ini antara lain terdiri dari Net Profit Margin
NPM. Net Profit Margin
berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Nilai NPM ini
juga berada diantara 0 nol dan 1 satu. Nilai NPM semakin besar mendekati satu, maka berarti semakin efesien biaya yang
dikeluarkan, yang berarti semakin besar tingkat kembalian
keuntungan bersih. Robbert Ang, 1997:31.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian Terdahulu yang berhubungan dengan market performance, price book value ratio, earning per share, debt equity ratio
dan net profit margin
antara lain:
xliii
1. Namun Ou dan Penman 1989 juga Lev dan Thiagarajan 1993 melakukan penelitian dengan menggunakan analisis dari laporan
keuangan perusahaan, menyimpulkan bahwa beberapa informasi dari laporan keuangan mampu menjelaskan kinerja suatu saham
2. Usman 1990, harga saham sebagai indikator nilai perusahaan akan dipengaruhi oleh beberapa variabel fundamental dan teknikal, dimana
variabel-variabel tersebut secara bersama-sama akan membentuk kekuatan pasar yang berpengaruh terhadap transaksi saham.
Variabel fundamental dibagi menjadi dua yaitu variabel fundamental yang bersifat internal yang memberi informasi tentang kinerja
perusahaan dan variabel-variabel yang bersifat eksternal yang meliputi kondisi
perekonomian secara
umum. Variabel teknikal meliputi variabel-variabel yang menyajikan
informasi yang akan memberikan gambaran kepada investor untuk menentukan kapan pembelian saham dilakukan dan kapan saham
tersebut dijual atau ditukar dengan saham yang lain agar memperoleh keuntungan yang maksimal. Variabel teknikal ini meliputi tentang
perkembangan kurs saham, keadaan pasar modal, volume transaksi, perkembangan harga saham dari waktu ke waktu dan capital gainloss.
3. Namora Tesis, 2002 melakukan penelitian tentang perbandingan karakteristik keuangan terhadap market performance sektor properti
dan sektor barang industri. Karakteristik keuangan yang diteliti adalah PBV, EPS, DER dan NPM menyimpulkan bahwa secara simultan dan
xliv
parsial PBV, EPS, DER dan NPM tidak berpengruh terhadap market performance
. Dari hasil pengujian-pengujian statistik yang dilakukan pada penelitian tahap kedua, diperoleh kesimpulan bahwa variabel
PER, PBV dan DER, baik secara bersama-sama atau parsial tidak mampu menjelaskan market performance pada kedua sektor tersebut.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa dalam sektor aneka industri, saham BRAM memiliki Sharpe’s measure tertinggi, sedangkan BIMA
yang terendah. Untuk sektor properti, saham LPKR memiliki Sharpe’s measure
tertinggi, sedangkan BKSL memiliki Sharpe’s measure yang terendah.
4. Khajar, Ibnu Disertasi 2005 melakukan penelitian tentang analisis pengaruh karakteristik keuangan terhadap kinerja berbasis pasar serta
perbandingan kinerja berbasis pasar pada industri menufaktur dan multinasional terbuka di Indonesia. Penelitian ini mempelajari
pengaruh karakteristik keuangan assets turnover, divident payout ratio, income ratio, leverage, net income margin, operating efficiency,
price earning ratio, return on assets dan return on equity terhadap
kinerja berbasis pasar market-based performance, secara sendiri- sendiri maupun secara bersama-sama. Selain itu, penelitian ini juga
mempelajari adanya perbedaan kinerja berbasis pasar antara industri manufaktur multinational MNCs dengan industri manufaktur
domestik DMCs yang go-public di Indonesia. Pengukuran kinerja perusahaan menggunakan pendekatan harga saham, sehingga disebut
xlv
dengan kinerja
berbasis pasar
market-based performance. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model atas hipotesis 1 dan 3
diterima, sedangkan model atas hipotesis 2 ditolak. Hasil penelitian ini berdasarkan atas hipotesis 1 mengkonfirmasikan bahwa karakteristik
keuangan assets turnover, divident payout ratio, income ratio, leverage, net income margin, operating efficiency, price earning ratio,
return on assets dan return on equity secara bersama-sama
mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja berbasis pasar. Akan tetapi setelah melalui uji parsial menunjukkan dari 9 rasio
keuangan yang merupakan cerminan karakteristik keuangan, terdapat dua rasio keuangan yang tidak secara signifikan berpengaruh pada
kinerja berbasis pasar yaitu divident payout ratio dan income ratio, dua rasio ini lebih banyak merupakan kebijakan manajemen. Semakin baik
karakteristik keuangan, maka semakin baik kinerja berbasis pasar. Dari sembilan rasio keuangan net income margin merupakan variabel yang
mempunyai pengaruh dominan terhadap kinerja berbasis pasar, artinya hipotesis 2 ditolak, karena divident payout ratio merupakan kebijakan
manajemen dan bukan cerminan kinerja. Hasil pengujian atas hipotesis mengkonfirmasikan bahwa kinerja berbasis pasar industri manufaktur
multinational MNCs adalah lebih baik jika dibandingkan dengan kinerja berbasis pasar industri manufaktur domestik DMCs.
5. Tiene Susanti meneliti tentang hubungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas dengan perubahan harga saham di pasar sekunder,
xlvi
studi kasus pada PT Bank Niaga. Hasil penelitian menyatakan bahwa kinerja perusahaan berbentuk bank yang diwakili LDR Loan to
Deposit Ratio dan CAR Capital Adequacy Ratio terdapat keeratan
yang signifikan dengan perubahan harga saham suatu bank yang telah listed di pasar modal.
6. Johannes 2000 melakukan penelitian dengan menggunakan data 20 saham properti di BEJ, selama masa krisis moneter tahun 1997-1998.
Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa harga saham-saham properti mengalami penurunan selama masa krisis.
7. Stattman 1980, Rosenberg, Rein dan Lanstein 1985 menyimpulkan bahwa return rata-rata saham berkorelasi positif dengan book to
market ratio . Jika hal tersebut dikonversi ke dalam market to book
ratio atau PBV, maka PBV berkorelasi negatif dengan return saham.
8. Penelitian yang dilakukan Fama dan French 1992 menunjukkan hasil yang mendukung penelitian-penelitian tersebut. Di antaranya, mereka
menemukan bahwa terdapat korelasi positif antara return dengan EP ratio korelasi negatif dengan PER, dan korelasi positif yang kuat
antara return dengan Book to Market ratio hubungan negatif dengan PBV.
H. Kerangka Pemikiran