18
nasionalisme berupaya mempertinggi derajat bangsa. Sasaran ini ada tiga : otonomi nasional, kesetiaan nasional, dan identitas nasional.
Bagi para nasionalis, suatu bangsa tidak bisa melangsungkan hidupnya kalau tidak terdapat ketiga sasaran ini dalam derajat yang memadai. Dari sini muncul
definisi ker ja nasionalisme: “Suatu gerakan ideologis untuk mencapai dan
mempertahankan otonomi, kesatuan, dan identitas bagi suatu populasi, yang sejumlah anggotanya bertekad untuk membentuk suatu “bangsa” yang aktual atau
“bangsa” yang potensial. Inilah definisi kerja yang didasarkan pada unsur umum dari ideal nasionalis yang mempunyai gaya sendiri, sehingga berkarakter induktif.
8
Sesungguhnya, setiap nasionalisme mengejar sasaran identitas nasional ini dalam tingkatan yang berbeda-beda. Tetapi, selalu akan kembali kepada ideal bangsa itu
sendiri. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa nasionalisme ini adalah
suatu ideologi dan paham yang hanya memperjuangkan “bangsa” semata-mata, dan berupaya mempertinggi derajat dan keberadaan bangsa itu, walaupun disana
ada bentuk nasionalisme agama, tetapi agama hanya menjadi sebagai simbol bagi perjuangan bangsa itu saja, yang paling utama bagi perjuangan “nasionalisme” ini
adalah bangsa bagi sesebuah negara itu, jika bangsa itu Melayu, maka Melayulah yang akan diperjuangkan, dan jika bangsa itu Arab, maka Arablah yang akan
diperjuangkan. Ini adalah sangat berbeda dengan zaman kegemilangan Islam,
8
Anthony D. Smith, Nasionalisme Teori, Ideologi, Sejarah, Jakarta: Erlangga, 2003, hlm. 10- 11
19
ketika Rasulullah SAW berhijrah bersama sahabat-sahabatnya serta kaum Muhajirin ke Yastrib pada 1 Rabi`ul Awal 6 Juni 622 M, disinilah Baginda
berjaya mendirikan sebuah Negara politik Islam yang pertama. Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, bentuk Negara ini kemudian dikenal sebagai
kekhalifahan. Sebelum kedatangan Islam, orang-orang Arab tidak mengenal konsep Negara. Konsep ini bersumber dari agama baru bagi mereka dan sangat
berbeda dari konsep-konsep semacamnya yang telah ada pada masa itu. Negara Madinah tidak berdasarkan batas-batas geografis, ras, warna, kulit, atau
nasionalitas bangsa. Negara ini mewakili kehendak bersama dari sebuah masyarakat penganut Islam yang terorganisir dan tidak mengenal klan, suku, dan
nasional yang disebut bangsa ummah.
9
B. Sejarah Munculnya Nasionalisme
Terdapat suatu sejarah nasionalisme yang secara meluas diterima, dan itu adalah dianggap modenis. Sejarah ini dimulai pada perempat terakhir abad
kedelapan belas, dengan Revolusi Amerika dan Revolusi Perancis, hingga reaksi terhadap penaklukan yang dilakukan Napoleon atas Rusia dan Spanyol.
10
Menurut pandangan ini, nasionalisme dilahirkan dalam revolusi yang berlangsung selama
empat puluh tahun.
9
Qamaruddin Khan, Pemikiran Politik Ibnu Taimiyyah, Bandung: Penerbit Pustaka, 1983, cet. Ke-1 hlm. 171-172
10
Anthony D. Smith, Nasionalisme Teori, Ideologi, Sejarah, Jakarta: Erlangga, 2003 hlm. 108
20
Nasionalisme menyebar secara tersendat-sendat ke bagian Eropa lainnya, yaitu Serbia, Yunani, dan Polandia dan juga dikalangan elit Amerika Latin, sejak
1810 hingga 1820-an. Gelombang nasionalisme besar yang pertama memuncak pada berbagai Revolusi di Eropa pada tahun 1848. Peristiwa ini disebut juga
“berseminya rakyat”. Pencapaian utama yang dihasilkannya adalah penyatuan Jerman dan Italia dengan bantuan Prusia dan Piedmontese, serta bangkitnya
Hungaria yang terletak di dalam kekaisaran Habsburg. Dalam sepertiga terakhir abad kesembilan belas, nasionalisme gelombang
kedua menjamur di Eropa Timur dan Eropa Utara, yaitu merentang dari Ceko, Slovakia, Rumania, Bulgaria, Lithuania. Finlandia, Norwegia, Yahudi serta
beberapa nasionalisme di luar Eropa di antaranya, Meiji di Jepang, India, Armenia, dan Mesir. Yang tersebut terakhir segera disusul dengan munculnya berbagai
nasionalisme etnik di Asia pada beberapa dekade pertama abad kedua puluh, seperti Turki, Arab, Persia, Burma, Filipina, Vietnam, dan Cina, juga
perkembangan nasionalisme pertama di Afrika yang merentang dari Nigeria. Ghana, dan Afrika Selatan.
11
Pada tahun 1930-an, sungguh sulit menemukan bagian bola bumi yang tidak dilanda wabah gerakan nasionalis. Periode yang sama
menjadi saksi klimaks nasionalisme di Eropa, yang memuncak pada Nazisme dan pembunuhan massal yang terjadi dalam Perang Dunia Kedua, pada sisi lain disusul
11
Mohd Faiz Bin Awang, “Nasionalisme Dalam Pandangan Partai Islam Se-Malaysia Pas”,
Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009, hlm. 20.
21
dengan di Asia dan Afrika yang mengambil bentuk gerakan “kemerdekaan” yang antikolonial.
12
Ketika secara luas muncul anggapan bahwa “kekuatannya telah habis”, nasionalisme justru sekali lagi bersemi dalam gerakan otonomi etnik di Barat pada
tahun 1960-an dan 1970-an di Catalonia dan Euzkadi, Corcica dan Brittany, Flanders, Skotlandia dan Wales, serta Quebec yang redup pada tahun 1980-an dan
kembali bangkit ketika perestroika dan glasnost mendorong nasionalisme di negara-negara republik bagian Uni Soviet pada tahun 1988, yang kemudian
berperan dalam merontokkan Uni Soviet tahun 1991. Dalam atmosfir pengharapan yang besar ini, kita menyaksikan tragedi-tragedi nasionalisme etnik baru
berlangsung pada dekade terakhir abad kedua puluh di anak benua India, Timur Tengah, dan Horn Afrika, di Rawanda, di Caucasus, lebih-lebih lagi dalam perang
Yugoslavia beserta kelanjutannya yang serba tidak menentu.
13
Nasionalisme di Malaysia, pada mulanya timbul sebagai reaksi terhadap penjajahan kolonial.
14
Ini bisa dilihat ketika Malaysia berada di bawah kekuasaan Portugis dan Belanda sebelum menjadi wilayah jajahan Inggris sejak akhir abad
ke-18. Di zaman kolonial Inggris, semangat nasionalisme kaum Melayu mulai terbangkit terhadap penubuhan Malayan Union oleh Inggris.
15
Malayan Union
12
Ibid, hlm. 20
13
Anthony D. Smith, Nasionalisme Teori, Ideologi, Sejarah, Jakarta: Erlangga, 2003, hlm. 108-109
14
Dr. Nazaruddin Shamsuddin, Soekarno Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993, cet. ke-2, hlm. 37
15
Malayan Union merupakan entiti politik yang menggabungkan sembilan buan negeri Melayu, Pulau Pinang, dan Melaka. Singapura dipisahkan daripada unit pentadbiran Negeri-Negeri Selat dan