Gerakan Politik UMNO di Malaysia

56 campuran menguasai 92 kursi dalam Parlimen. Pada tahun 2005, Dr. Mahathir telah menyatakan : Saya percaya negara ini harus mempunyai kerajaan yang kuat tetapi tidak terlalu kuat. Suatu majoriti dua pertiga seperti yang saya nikmati ketika saya merupakan perdana menteri adalah cukup tetapi suatu majoriti sebanyak 90 adalah terlalu kuat. Kami memerlukan parti pembangkang untuk mengingatkan kami jika kami membuat kesilapan. Apabila anda tidak ditentang, anda berpendapat bahawa setiap perkara yang anda buat adalah betul. 47 Pada pilihan raya umum tahun 2008, partai-partai pembangkang berjaya menghalang Barisan Nasional dari meraih majoriti ⅔ buat kali pertama sejak tahun 1969, yaitu 82 daripada 222 kursi di Dewan Rakyat. Tiga partai pembangkang utama, iaitu Partai Keadilan Rakyat, Partai Tindakan Demokratik dan Partai Islam Se-Malaysia membentuk satu perikatan bergelar Pakatan Rakyat tidak lama selepas kejayaan ini. 48 Seterusnya, kesimpulan yang termuat dalam bab ini adalah lebih menfokuskan paham nasionalisme hanya terhadap partai politik yaitu UMNO. Dalam hal ini apa yang terkait latar belakang UMNO adalah lebih membahaskan tokoh-tokoh pejuangan, dasar-dasar perjuangan dan hal-hal yang terkait kepentingan politik dan pemerintahan. Makanya pada bab ini, perbahasan antara paham nasionalime dan UMNO tidak lagi menditil secara dampak atau komprehensif, kerana pada bab ini hanya lebih menfokuskan perbahasan sejarah, 47 Fadilah binti Zaini Kassim bin Thukiman, Hubungan Etnik Di Malaysia, Johor Bharu: Universiti Teknologi Malaysia, 2008, hlm 29. 48 Lutfi Othman, UMNO dalam Dilemma, Harakah Kuala Lumpur, 18 Maret 2008 57 ideologi dan tokoh UMNO sahaja. Agar lebih lengkap kajian ini antara hubungan nasionalisme dengan UMNO akan di bahas pada bab IV, dan dalam bab terakhir juga akan membahaskan pandangan dan kritikan dari tokoh-tokoh di Malaysia samada ideologinya semangat kebangsaan, nasionalisme atau tidak. 58

BAB IV KAJIAN TERHADAP PAHAM NASIONALISME MELAYU UMNO

Malaysia adalah negara dengan struktur masyarakat plural. 1 Penduduk Malaysia meliputi beragam warna kulit dan suku bangsa. Tiga etnis terbesar adalah Melayu, kemudian Cina dan India. Maka, dalam struktur masyarakat Malaysia, Islam telah menjadi bagian yang menyatu dalam identitas nasional, sejarah, dan kebudayaan Melayu. Akibat kolonialisme Inggris, struktur demografis Melayu mengalami perubahan dengan masuknya gelombang pendatang dari Cina dan India. Pada masa pra-kemerdekaan, Islam dan Nasionalisme diterima sebagai paket kehidupan semua kekuatan politik yang mempunyai tujuan menjamin keutuhan Melayu. Nasionalisme Melayu memberikan kerangka kerja bagi semua kegiatan; kaum Islamis, nasionalis, dan kiri. Kampenya anti-Malayan Union bahkan telah menyatukan berbagai aliran dalam gerakan nasionalis Melayu pada tahun 1920an dan 1930an, dengan memasukkan kaum pembaharu Islam, kaum intelektual Melayu, dan pegawai negeri Melayu. 2 Singkatnya, saat itu adalah saat di mana pandangan bahwa “nasionalisme dapat mendukung tujuan- tujuan Islam” masih populer di kalangan Melayu. Bahaya penggabungan Islam dan nasionalisme Melayu tidak disinggung-singgung oleh 1 Alvin Rabushka, “Race and Politics in Urban Malaya”, Standford California : Hoover Institution Press, 1973 hlm. 14, 27. 2 Y. Mansoor Marican, “Malay Nationalism and the Islamic Party of Malaysia”, Islamic Studies, Spring 1977, hlm. 294 59 siapapun, bahkan juga tidak oleh ulama yang paling tradisional dalam PMIPPAS. 3 Pada awalnya, tokoh-tokoh ulama berada di bawah payung UMNO bersama dengan Dato‟ Onn untuk memperjuangkan kemerdekaan lebih-lebih lagi apabila Hizbul Muslimin diharamkan oleh Inggris pada tahun 1948. Penyertaan golongan ulama pada saat itu bukanlah menunjukkan persetujuan mereka dengan dasar nasionalis tetapi karena mereka melihat adalah lebih penting untuk mewujudkan penyatuan terlebih dahulu tanpa mengabaikan matlamat asal yaitu menuntut kemerdekaan dan memperjuangkan Islam. Ini berarti kerjasama yang dilakukan oleh golongan ulama itu adalah sebagai pendekatan untuk melaksanankan pengislaman dari dalam sistem. Kemasukan golongan ulama ke dalam UMNO telah mewujudkan dua golongan yaitu golongan yang kritikal untuk menegakkan Islam dan golongan yang kekal dengan matlamat asal parti. Golongan agama melihat perjuangan mereka di dalam UMNO semakin kabur karena tidak ada tanda-tanda partai itu akan tegas menegakkan Islam sekiranya mencapai kemerdekaan. Dan golongan kekal lebih menyokong untuk mencapai kemerdekaan melalui perjanjian bersama Inggris. Oleh karena ruang untuk menegakkan Islam di dalam UMNO semakin sempit, akibat beberapa perbedaan pendapat dengan pimpinan UMNO yang secara rasminya beraliran nasionalis sekular, tokoh-tokoh ulama beramai-ramai keluar dari UMNO untuk menubuhkan Persatuan Ulama yang terpisah dari UMNO pada tahun 1951. 4 3 A Effendy Choirie ,” Islam dan Nasionalisme: Kajian Perbandingan Mengenai Perjuangan Politik UMNO dan PKB”, Jakarta: Grafika Indah, 2008, cet 1, hlm. 156 4 Ahmad Fadhli bin Shaari, “Sejarah dan Masa Depan Perjuangan Politik Islam Di Malaysia”, Kelantan: Kolej Islam Antarabangsa Sultan Ismail Petra, 2001, hlm. 1 60 Maka dijelaskan di sini adalah apakah sebenarnya diperjuangkan oleh Nasionalisme UMNO setelah merdeka, dan benarkah hak-hak Melayu benar-benar ditegakkan terutamanya Melayu Islam yang menjadi etnis dan agama yang terbesar di Malaysia.

A. Kefahaman UMNO Terhadap Konsep Nasionalisme Melayu

Kefahaman UMNO terhadap konsep nasionalisme Melayu dari banyak golongan, termasuk di lingkungan internel UMNO sendiri, meragukan apakah partai ini memiliki ideologi politik. Bagi mereka, UMNO adalah partai yang lebih berpegang kepada tradisi daripada ideologi. 5 Kekuatannya terletak bukan pada ideologi, tetapi pada „flexibility’ kelenturan dan kemampuannya beradaptasi dengan situasi zaman untuk menjawab masalah-masalah dasar yang menyangkut kepentingan Melayu, Islam, dan negara. 6 UMNO enggan secara sadar merumuskan doktrin-doktrin politiknya yang baku sebagai asas dan falsafah perjuangan partai. Tunku Abdul Rahman, ketika ditanya apa dasar UMNO, pernah menjawab bahwa ia boleh ke kiri-boleh ke kanan. Pertanyaan ini adalah ungkapan lain bahwa ideologi UMNO bisa berubah-ubah sesuai tuntutan keadaan. Dengan kata lain, UMNO pragmatis. 7 5 A Effendy Choirie ,” Islam dan Nasionalisme: Kajian Perbandingan Mengenai Perjuangan Politik UMNO dan PKB”, Jakarta: Grafika Indah, 2008, cet 1, hlm. 101 6 Wan Teh, Wan Hasyim, UMNO dalam Arus Perdana Politik Kebangsaan, Kuala Lumpur: Mahir Publication Sdn Bhd, 1993 7 Ibid, hlm 101