ke arah kandung kencing, dan gangguan fungsi seksual wanita yaitu dispareunia sakit saat hubungan seksual dan vaginismus.
2. Faktor infeksi, berupa infeksi pada sistem seksual dan reproduksi pria maupun wanita, misalnya infeksi pada buah pelir dan infeksi pada rahim.
3. Faktor hormon, berupa gangguan fungsi hormon pada pria maupun wanita sehingga pembentukan sel spermatozoa dan sel telur terganggu.
4. Faktor fisik, berupa benturan atau temperatur atau tekanan pada buah pelir sehingga proses produksi spermatozoa terganggu.
5. Fakror psikis, misalnya stress yang berat sehingga mengganggu pembentukan set spermatozoa dan sel telur.
Untuk menghindari terjadinya gangguan kesuburan pada pria maupun wanita, maka faktor-faktor penyebab tersebut harus dihindari. Tetapi kalau gangguan
kesuburan telah terjadi, diperlukan pemeriksaan yang baik sebelum dapat ditentukan langkah pengobatannya. Karena masih banyak sebab-sebab yang lainnya seperti
faktor keturunan, mengenai ciri-ciri tidak dapat dilihat dengan kasat mata, harus melalui test oleh dokter ahli kehamilan.
33
C. Persepektif Fiqih dan Hukum
Para ulama telah sepakat bahwa salah satu dari suami isteri mengetahui adanya cacat pada pihak lain sebelum akad nikah ataupun diketahuinya sesudah akad
33
Artikel diakses pada 25 Oktober 2009 http: http:inilah.comberitagaya-
hidup20090706124330hati-hati-cd-ketat-penyebab-mandul
nikah, tetapi ia telah rela atau ada tanda yang menunjukan kerelaannya, maka ia tidak mempunyai hak untuk meminta cerai dengan alasan cacat bagimanapun juga.
Adapun pendapat para ulama fiqih tentang kebolehan cerai dengan alasan Istri Mandul adalah sebagai berikut :
1 Hanafiyah berpendapat bahwa suami tidak mempunyai hak fasakh karena sesuatu cacat yang ada pada isteri.
2 Malikiyah, syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat boleh tidaknya menuntut cerai adalah hak masing-masing suami isteri. Ahmad bin Hanbal
menambahkan penyakit yang boleh menuntut cerai adalah delapan jenis, yaitu gila, sopak, kusta, jab terpotong jakar, impotent, ar-ritaq
tersumbutnya lubang vagina yang menyebabkan kesulitan bersenggama, al-qorn benjolan yang tumbuh pada vagina, dan al-a’f al daging yang
tumbuh dan selalu mengeluarkan bau busuk. Sebagian mereka menambahkan lagi beberapa yang cacat seperti ambeien, buang air kecil
terus menerus dan bau badan. 3 Aliran Dzahiriyah berpendapat bahwa kelemahan cacat tersebut diatas
lainnya yang semacam dengan itu tidak bisa dijadikan alasan untuk memenuhi cerai baik bagi suami isteri. Pendapat tersebut sejalan dengan
pemahaman aliran dzahiriyah yang secara ketat hanya berpegang kepada teks-teks al-qur’an dan Sunnah Rasulullah dengan pengertian bilamana
tidak ditemukan secara tekstual dalam dua sumber tersebut tidak
dijalankan oleh metode-metode istinbath yang mereka pakai, maka dapat dianggap tidak sah menjadi alasan untuk mengguncang sesuatu yang
sudah pasti seperti akad nikah dalam perkawinan. Namun menurut aliran ini seorang suami yang mendapat isteri mengidap salah satu dari penyakit
tersebut, maka dibolehkan untuk menjatuhkan talak sedangkan isteri tidak boleh menuntut cerai. Menurut penulis hal ini selaras dengan peraturan
yang mengatur tentang perceraian yang terdapat dalam Pasal 19 poin f peraturan pemerintah no 9 tahun 1975 jo Pasal 116 poin e dan f
Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan “ Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan
kewajibannya sebagai suami isteri” . Dan “antara suami isteri terus
menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga”
BAB III LOKUS TEMPAT BERPERKARA
A. Sejarah dan Wilayah Hukum Pengadilan Agama Jakarta Selatan
Mebincang sejarah Peradilan Agama umumnya tidak terlerlepas dari sejarah perkembangan hukum Islam di Indonesia landasan yang kokoh bagi kemandirian
peradilan agama, dan memberikan status yang sama dengan peradilan-peradilan lainnya di Indonesia.
34
Di sini penulis membatasi hanya pada sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan mulai dari kapan beroperasinya.
Pengadilan Agama Jakarta Selatan dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1963.
Pada mulanya Pengadilan Agama diwilayah DKI Jakarta hanya terdapat tiga kantor yang dinamakan Kantor Cabang yaitu :
- Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara - Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Tengah
- Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya sebagai Induk Semua Pengadilan Agama tersebut diatas termasuk Wilayah Hukum Cabang
Mahkamah Islam Tinggi Surakarta. Kemudian setelah berdirinya cabang Mahkamah Islam Tinggi Bandung berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 71
Tahun 1976 tanggal 16 Desember 1976. Dan berdasrkan Surat Keputusan Mentri
Basiq Djalil,S.H., MA, Peradilan Agama Di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, hal. 79.