Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
sekitar yang mencari binatang buruan atau kayu bakar. Makanya nyaris tidak ada sampah modrenisasi di gunung ini seperti halnya gunung-gunung di Pulau Jawa atau Sumatera.
Perjalanan ke puncak memang cukup membutuhkan tenaga karena tanjakan yang terus menerus. Tetapi hal itu impas dengan eksotisme sajiannya yang bisa dinikmati
mulai titik pendakian. Kawah akan tergapai dalam tempo tiga jam perjalanan. Selama perjalanan mendapatkan kawah itu, sejumlah tumbuhan langka dan unik bisa dilihat
sepanjang perjalanan seperti anggrek dan tanaman perdu lainnya. Sementara kicauan burung beragam jenis menjadi pesona lainnya.
Jika beruntung, dapat juga menemukan jejak atau mendengar suara binatang langka. Kawasan ini memang tempat habitat kambing hutan Naemorhedus
sumatraensis, tapir Tapirus indicus, kucing hutan Catopumatem minckii, kancil Tragulus javanicus, binturong Arctitis binturong, beruang madu Helarctos
malayanus, rusa Cervus unicolor dan kijangMuntiacus muntjac atau landak Hystix brachyura.
Baik mendaki maupun turun menggunakan jalur yang sama. Jika pendakian membutuhkan waktu sekitar empat atau lima jam, maka turun dari puncak hanya sekitar
dua jam saja. Sejumlah penduduk sekitar bisa diminta menjadi guide.
3. Danau Sababegu
Pendakian juga bisa dilakukan melalui Danau Sababegu yang berada di Desa Sopotinjak, di Kecamatan Batang Natal. Lokasinya berada sekitar 500 meter dari tepian
jalan raya Medan – Padang, Sumatera Barat, atau sekitar 20 menit dari Sibanggor Julu. Hanya saja jalur pendakian dari sini tidak begitu jelas.
Danau Sababegu punya pesona yang mengagumkan. Pada waktu pagi, kondisinya sama persis seperti Danau Beratan di Bedugul, Bali. Kabut tipis perlahan naik dari atas
air. Sementara pohon-pohon di tepian danau menjadi pagar hijau di sekelilingnya, kontras dengan tumbuh ilalang yang ada di tepian danau. Memandangnya lamat-lamat,
menyejukkan mata. Sementara udara dingin pegunungan menjadi oksigen murni yang
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
menyehatkan. Danau yang diketahui keberadaannya sejak tahun 1999, ini merupakan sumber mata air bagi warga desa di sekitarnya. Makanya rencana menjadikan danau ini
sebagai objek wisata, dikhawatirkan sebagian warga karena berpotensi mencemari sumber air.
4. Bagas Godang
Bagas Godang Rumah Raja senantiasa dibangun berpasangan dengan sebuah balai sidang adat yang terletak di hadapan atau di samping Rumah Raja. Balai sidang adat
tersebut dinamakan Sopo Sio Rancang Magodang atau Sopo Godang. Bangunannya mempergunakan tiang-tiang besar yang berjumlah ganjil sebagaimana jumlah anak
tangganya. Untuk melambangkan bahwa pemerintahan dalam Huta adalah pemerintahan yang demokratis, maka Sopo Godang dibangun tanpa didinding. Dengan cara ini, semua
sidang adat dan pemerintahan dapat dengan langsung dan bebas disaksikan dan didengar oleh masyarakat Huta. Sopo Godang tersebut dipergunakan oleh Raja dan tokoh-tokoh
Na Mora Na Toras sebagai wakil rakyat untuk tempat mengambil keputusan-keputusan penting dan tempat menerima tamu-tamu terhormat. Sesuai dengan itu, maka bangunan
adat tersebut diagungkan dengan nama Sopo Sio Rancang Magodang inganan ni partahian paradatan parosu-rosuan ni hula dohot dongan Balai Sidang Agung tempat
bermusyawarahmufakat, melakukan sidang adat dan tempat menjalin keakraban para tokoh terhormat dan para kerabat.
Biasanya di dalam bangunan ini ditempatkan Gordang Sambilan iaitu alat muzik tradisional Mandailing yang dahulu dianggap sakral sacred.
Setiap Bagas Godang yang senantiasa didampingi oleh sebuah Sopo Godang harus mempunyai sebidang halaman yang cukup luas. Oleh kerana itulah maka kedua bangunan
tersebut ditempatkan pada satu lokasi yang cukup luas dan datar dalam Huta. Halaman Bagas Godang dinamakan Alaman Bolak Silangse Utang Halaman Luas Pelunas
Hutang. Sesiapa yang mencari perlindungan dari ancaman yang membahayakan dirinya boleh mendapat keselamatan dalam halaman ini sanctuary. Menurut adat Mandailing,
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
pada saat orang yang sedang dalam bahaya memasuki halaman nin, ia dilindungi Raja, dan tidak boleh diganggu-gugat.
5. Sampuraga