Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
Tilas menjadi hangat. Aliran sungai yang deras dengan bebatuan yang di tengahnya menjadi lokasi menarik untuk aktifitas wisata sungai. Sayang, karena dangkal, sejauh ini
masih belum bisa dijadikan lokasi arung jeram. Setelah bermain air panas sekitar satu jam, perjalanan bisa dilanjutkan menuju Desa
Sibanggor Julu. Hanya sekitar 10 menit perjalanan. Keunikan Sibanggor Julu terutama karena di sini masih terdapat rumah-rumah tradisional. Modelnya rumah panggung,
beratap ijuk dengan material dari kayu. Barisan rumah tradisional itu menjadi pemandangan yang eksotis. Desa yang
berada di kaki Gunung Sorik Marapi itu merupakan salah satu kekayaan khasanah budaya Mandailing, dengan warganya yang masih kental dengan budaya dan bahasa Mandailing.
Penghidupan utamanya adalah pertanian dataran tinggi. Perkebunan jeruk dan tanaman sayuran dapat dilihat di mana-mana.
2. Gunung Sorik Marapi
Pendakian menuju Gunung Sorik Marapi bisa dimulai dari Sibanggor Julu ini. Posisinya berada di lereng timur Gunung Sorik Marapi yang berada di ketinggian 2.145
meter dari permukaan laut. Gunung ini merupakan daya tarik utama wisata di TNBG. Gunung Sorik Marapi yang berada pada koordinat 00o41 11.72 lintang utara dan
99o32 13.09 bujur timut, merupakan gunung berapi aktif. Data dari Direktorat Vulkanologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM menunjukkan
gunung ini pernah meletus sebanyak tujuh kali. Masing-masing pada tahun 1830, 1879, 1892, 1893, 1917, 1970, 1986 dan terakhir pada tahun 1987.
Pada letusan terakhir, Sorik Marapi memuntahkan debu dan lahar panas yang mengaliran sampai ke Kabupaten Pasaman di Sumatera Barat. Dengan kondisi ini, maka
para pendaki diminta untuk melapor ke Pos Pengamatan Gunung Sorik Marapi yang ada di sana, untuk mengetahui statusnya.
Terbilang jarang orang mendaki sampai ke puncak, paling hanya penduduk
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
sekitar yang mencari binatang buruan atau kayu bakar. Makanya nyaris tidak ada sampah modrenisasi di gunung ini seperti halnya gunung-gunung di Pulau Jawa atau Sumatera.
Perjalanan ke puncak memang cukup membutuhkan tenaga karena tanjakan yang terus menerus. Tetapi hal itu impas dengan eksotisme sajiannya yang bisa dinikmati
mulai titik pendakian. Kawah akan tergapai dalam tempo tiga jam perjalanan. Selama perjalanan mendapatkan kawah itu, sejumlah tumbuhan langka dan unik bisa dilihat
sepanjang perjalanan seperti anggrek dan tanaman perdu lainnya. Sementara kicauan burung beragam jenis menjadi pesona lainnya.
Jika beruntung, dapat juga menemukan jejak atau mendengar suara binatang langka. Kawasan ini memang tempat habitat kambing hutan Naemorhedus
sumatraensis, tapir Tapirus indicus, kucing hutan Catopumatem minckii, kancil Tragulus javanicus, binturong Arctitis binturong, beruang madu Helarctos
malayanus, rusa Cervus unicolor dan kijangMuntiacus muntjac atau landak Hystix brachyura.
Baik mendaki maupun turun menggunakan jalur yang sama. Jika pendakian membutuhkan waktu sekitar empat atau lima jam, maka turun dari puncak hanya sekitar
dua jam saja. Sejumlah penduduk sekitar bisa diminta menjadi guide.
3. Danau Sababegu