Pembuatan Buku Defekta Barang Prosedur Penerimaan Barang PenataanPemajangan Barang PenjualanPelayanan

Minda Sari Lubis : Laporan Praktik Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 106 Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 pembelian bisnis manager Medan. Jumlah barang yang akan dibeli disusun berdasarkan daftar pareto penjualan, jumlah barang yang habis atau jumlah sisa stok yang tinggal sedikit. Barang yang akan dipesan dicatat dalam buku defekta. Pemesanan barang dilakukan dengan mengantar langsung Bon Permintaan Barang Apotek BPBA ke bagian pembelian bisnis manager Medan atau melalui telepon bila terjadi pembelian mendesak. Pemesanan ini dilakukan setiap hari kerja. Pembelian dilakukan oleh bagian pembelian bisnis manager Medan menggunakan surat pesanan SP. Pelaksanaan pembelian dilakukan dengan cara menghubungi pemasok melalui selesman yang datang ke apotek dari masing-masing PBF. Pemasok barang-barang yang akan dibeli, dipilih dengan mempertimbangkan legalitas pemasok, kecepatan pelayananpengiriman barang, hargapotongan harga yang diberikan dan kondisi pembayaran yang ditawarkan.

1.4.4. Pembuatan Buku Defekta Barang

Pembuatan Buku Defekta Barang dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Petugas setiap hari memeriksa barang yang kosong atau hampir habis. 2. Pencatatan dalam buku defekta meliputi nama barang, dosis, satuan dan jumlah yang dibutuhkan. 3. Menyerahkan buku defekta kepada petugas pembelian.

1.4.5. Prosedur Penerimaan Barang

Penerimaan barang dilakukan oleh penanggung jawab berdasarkan prosedur sebagai berikut: 1. Penanggung jawab menerima barang dari pemasok disertai dengan Surat Pengantar BarangFaktur SPBF. 2. Penanggung jawab memeriksa kualitas dan kuantitas barang sesuai dengan SP dan SPBF. Khusus untuk obat yang mempunyai tanggal kadaluarsa perlu diperhatikan agar batas kadaluarsa masih cukup lama dan bila barang yang diterima tidak sesuai dengan pesanan, maka harus segera disesuaikan dengan pemasok yang bersangkutan. Minda Sari Lubis : Laporan Praktik Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 106 Medan, 2008 USU e-Repository © 2008 3. Penanggung jawab membubuhkan tanda tangan, stempel apotek Kimia Farma pada faktur asli. Faktur asli diserahkan kepada pemasok, sedangkan copy faktur sebagai pertinggal. 4. Penanggung jawab mencatat barang masuk pada kartu Administrasi Persediaan Gudang APG.

1.4.6. PenataanPemajangan Barang

Penataanpemajangan barang store lay out sangat penting dalam memaksimalkan penjualan dan mempertahankan profit dengan selalu mempertimbangkan kenyamanan pelanggan. Hal yang penting adalah bagaimana mempresentasikan sebanyak mungkin barang kepada pelanggan. Penyusunan barang pajangan di apotek Kimia Farma 106 Medan diatur berdasarkan bentuk sediaan, alfabetis, dan khasiat farmakologi serta menggunakan prinsip FIFO First In First Out dan FEFO First Expired First Out yaitu obat yang masuk lebih awal dikeluarkan lebih dahulu dan obat yang tanggal kadaluarsanya lebih awal dikeluarkan lebih dahulu.

1.4.7. PenjualanPelayanan

Pembeli adalah raja sehingga mereka tidak boleh dikecewakan karena pelayanan yang kurang cepat, kurang ramah, kurang tepat dan sebagainya. Pelanggan harus puas sehingga mereka akan kembali lagi ke apotek Kimia Farma di lain waktu, dan akan merekomendasikan apotek tersebut kepada teman atau keluarganya. Penjualanpelayanan di apotek Kimia Farma 106 Medan meliputi resep tunai, resep kredit dan obat bebas. Apotek Kimia Farma 106 Medan juga memberikan pelayanan khusus kepada konsumen yang tidak mendapatkan obat yang dibutuhkannya secara langsung. Untuk kondisi seperti ini maka petugas apotek dapat langsung menghubungi apotek Kimia Farma yang lain untuk mendapatkan obat tersebut, yang kemudian obat tersebut secepatnya dapat diantar langsung ke rumah pasien. Pelayanan ini memberikan hasil yang baik, pelanggan akan tetap datang untuk membeli perbekalan farmasi di apotek ini sehingga pendapatan akan meningkat dan image apotek yang mengutamakan kepuasan pelanggan akan tercipta. Minda Sari Lubis : Laporan Praktik Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 106 Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

BAB II SUKSES TERPADU BISNIS RITEL

DARI MERCHANDISING SAMPAI SHRINKAGE 2.1. Perkembangan Tanpa Henti Bisnis Ritel 2.1.1. Tiga Senjata dan Satu Poros Utama