Fikry Raka sebagai Penjual

Kania : “Tapi mbak, buku ini penting untuk saya. Saya akan menggunakannya pada semester depan.” Gita : “Yah, maaf sekali mbak.” Kania : “Bagaimana jika kita membelinya bersama? Kita membelinya dengan cara patungan.” Gita : “Hmm sepertinya itu ide yang bagus. Kita dapat memakainya secara bergantian, bukan?” Kania : “Ya. makasih.” Gita : “Saya boleh meminta kontak kamu?” Kania : Memberikan kartu nama kepada Gita. “Ini nomor saya.” Gita : “Oke.” Akhirnya mereka berhasil memutuskan keputusan mereka. Akhirnya mereka pun kembali menemui penjaga toko dan membeli buku tersebut. Fathur : “Jadi, bagaimana keputusan kalian?” Kania : “Kami bersepakat untuk membeli buku ini.” Fathur : “Tapi kan bukunya Cuma satu. Jadi siapa yang ingin membeli buku?” Gita : “Hmm kita telah bernegosiasi dan kita akan membeli buku ini bersamaan.” Fathur : “Oh kalau begitu bagus deh.” Kania : “Ini uangnya.” Memberikan kepada Fathur. Fathur : “Oke, kalau begitu ini bukunya mba.” Memberikan buku kepada Gita. Gita : “Iya.” Fathur : “Makasih ya. Jangan segan-segan datang kembali.” Gita : “Iya.” Mereka pun akhirnya berpisah setelah keluar dari toko buku itu. Mereka berjalan menuju tujuan yang berbeda, pergi ke rumahnya masing-masing. Tak lupa mereka juga mengucapkan sampai jumpa. Kelompok 5 Negosiasi Jual Beli Sepatu Arengga Dian. P sebagai penjual Austina Khadijah sebagai pembeli Raden Ajeng A. A. M sebagai pembeli Pada Rabu pagi di sekolah, Alya dan Utin sedang berbincang. Utin : “Al, sepatu lu bagus. Baru ya?” Alya : “Iya dong.” Utin : “Beli dimana?” Alya : “Toko Arengga.” Utin : “Berapa harganya?” Alya : “Rp 250.000 murah kan ya?” Utin : “Oh... Tar anterin gue pulangnya ya beli sepatu.” Alya : “Oke.” Bel pulang sekolah berbunyi. Utin dan Alya bergegas menuju toko Arengga. Sesampainya mereka di sana, Arengga selaku pemilik toko menyambut Alya dan Utin dengan ramah. Arengga : “Selamat siang.” Utin dan Alya : “Siang.” Arengga : “Ada yang bisa saya bantu?” Utin : “Ada sepatu olahraga gak?” Arengga : “Ada. Yang warna apa?” Utin : “Yang warna hitam gimana?” Arengga : “Merknya apa?” Utin : “Kalo Adidas gimana?” Arengga : “Ukurannya?” Utin : “Ukuran 41 yang kaya gini ada?” Sambil menunjuk salah satu model sepatu. Arengga : “Ada.” Alya : “Ini bagus Tin kaya gue tuh.” Arengga : “Silahkan dicoba.” Utin : Mencoba sepatu. “Mas ini harganya berapa?” Arengga : “Rp 500.000.” Utin : “Wah mahal banget. Gak bisa kurang?” Alya : “Kok mahal banget sih mas. kemarin aja saya beli di sini cuma Rp 250.000.” Arengga : “Gak bisa Kak. Kemarin emang lagi diskon, tapi sekarang udah nggak.” Alya : “Gimana, mau?” Utin : “Ya udah deh gak apa-apa. Berapa sih?” Arengga : “Ya udah deh buat Kakak gini aja, Rp 450.000 aja.” Alya : “Rp 450.000 Tin, mau? Mahal tau.” Utin : “Ya udah gimana lagi.” Alya : “Rp 400.000 deh, mas.” Arengga : “Gak bisa.” Alya : “Ya udah deh, terserah lu.” Utin : “Rp 450.000 kan?” Mengeluarkan uang dari dompetnya. Arengga : “Iya.” Utin : “Nih.” Memberikan uang. Arengga : “Makasih ya.” Utin : “Iya sama-sama.” Akhirnya Untin pun menyetujui dan membeli sepatu di toko Arengga seharga Rp 450.000. Alya dan Utin pun meninggalkan toko Arengga. Kelompok 6 Negosiasi Jual Beli Buah di Pasar Imam Nududdin sebagai pedagang buah Malvin Audriansyah sebagai pedang buah Sakinatun Nufus sebagai pembeli Pada suatu hari, Ina baru saja pulang dari sekolahnya. Ia berniat untuk menjenguk nenek dan kakeknya yang ada di Papua. Sebelum pulang ke rumah, ia mampir terlebih dahulu ke pasar tradisional yang ada di dekat sekolahnya untuk membelikan nenek dan kakeknya buah-buahan. Malvin : “Ayo ayo dibeli. Murah meriah... Murah meriah... Murah meriah...” Ina : Datang meghampiri pedagang jeruk. Malvin : “Mau beli ape dik?” Ina : “Ada jeruk gak bang?” Malvin : “Ade, mau yang manis apa yang asem?” Ina : “Yang manis lah.” Malvin : “Oh kalo yang manis la mahal. 10 ringgit 1 kilo.” Ina : “Alamak, mahal kali, tak bisa lah dikurang?” Malvin : “Ya sudahlah kalo tak cukup, tak usah kau beli di sini.” Ina : “Ya sudahlah, abang ni nolak rejeki.” Kemudian Ina menghampiri pedang buah yang lain. Imam : “Ayo beli beli beli. Buah segar segar segar.” “Beli atuh neng, murah ini mah.” Ina : “Aya jeruk teu kang?”