f. Asimilasi, gejala asimilasi berarti proses penyamaan atau penghampirsamaan
bunyi yang tidak sama. Misalnya: alsalamassalamasalam.
g. Disimilasi, yaitu proses berubahnyadua buah fonem yang sama menjadi tidak
sama. Misalnya: sajjana sarjana.
h. Adisi, yaitu perubahan yang terjadi dalam suatu tuturan yang ditandai oleh
penambahan fonem. Gejala adisi dapat dibedakan atas protesis, epentesis, dan paragog.
1 Protesis ialah proses penambahan fonem pada awal kata.
Contoh: langelang, mas emas 2
Epentesis ialah proses penambahan fonem di tengah kata. Contoh: upama umpama, kapakkampak
3 Paragog ialah proses penambahan fonem pada akhir kata.
Contoh: lamplampu, hulubala hulubalang
i. Reduksi, yaitu peristiwa pengurangan fonem dalam suatu kata. Gejala reduksi
dapat dibedakan atas aferesis, singkop, dan apokop. 1
Aferesis ialah proses penghilangan fonem pada awal kata. Contoh: telentang tentang, tatapi tetapitapi
2 Singkop ialah penghilangan fonem di tengah-tengah kata.
Contoh: sahaya saya 3
Apokop ialah proses penghilangan fonem pada akhir kata. Contoh: pelangit pelangi
j. Metatesis, yaitu perubahan kata yang fonem-fonemnya bertukar
tempatnya.Misalnya: rontal lontar.
k. Diftongisasi, yaitu proses perubahan suatu monoftong jadi diftong.Misalnya:
sodara saudara.
l. Monoftongisasi, yaitu proses perubahan suatu diftong gugus vokal menjadi
monoftong. Misalnya: gurauguro, bakaubako.
m. Anaptiksis, yaitu proses penambahan suatu bunyi dalam suatu kata guna
melancarkan ucapannya. Misalnya: putra putera, srigala serigala.
n. Haplologi, yaitu penghilangan suku kata yang ada di tenga-tengah kata.
Misalnya: budhidayabudaya.
o. Kontraksi, yaitu gejala yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem
yang dihilangkan. Kadang-kadang ada perubahan atau penggantian fonem. Misalnya: tidak adatiada, bahagianda baginda.
D. Diksi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat, diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan
gagasan sehingga diperoleh efek tertentu peperti yang diharapkan. Sedangkan dalam Kamus Linguistik karya Harimuti Kridalaksana, edisi keempat, diksi
diction adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam karang-mengarang.
Gorys Keraf dalam bukunya Diksi dan Gaya Bahasa mengemukakan tiga pernyataan mengenai diksi atau pilihan kata. Pertama pilihan kata atau diksi
mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau
menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah adalah
kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai
cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh
penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan pustaka yang peneliti lakukan, penelitian yang terkait dengan alih kode dan gejala bahasa bukan pertama kalinya dilakukan. Seperti
penelitian yang pernah dilakukan oleh Dedi Rohmadi, mahasiswa Universitas Sebelas Maret, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Jurusan Sastra Indonesia. Dedi
melakukan penelitian yang berjudul “Pemakaian Bahasa dalam Rubrik Celathu Butet pada Surat Kabar Suara Merdeka: Suatu Tinjauan Sosiolinguistik”. Dedi
dalam penelitiannya membahas tentang penggunan bahasa yang terjadi dalam