Penguasaan kata depan di, ke ada awalan di-, ke dalam peragraf narsi siswa kelas X semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 di Madrasah Aliyah Annajah Jakarta

(1)

PENGUASAAN KATA DEPAN DI, KE DAN AWALAN DI-, KE-

DALAM PARAGRAF NARASI SISWA KELAS X SEMESTER

GANJIL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 DI MADRASAH

ALIYAH ANNAJAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh

Utami Setiawati Darmadi

107013000657

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Skripsi berjudul ,,Penguasaan Kata depan di, ke dan Awalan cli-, ke-dalam Paragraf Narasi Siswa Kelas X Semester Ganjil Tahun Pelajaran 20lll20l2 di Madrasah Aliyah Annajah Jakarta disusun oleh Utami Setiawati Darmadi, NIM 107013000657 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 25 November 2011 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana 51 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta. 25 Novembet 201I

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Sidang (Ketua Jurusan/Program Studi) Dra Mahmudah Fitriyah ZA. M.Pd. NIP 19640212199703 2 001

Sekretaris (sekretaris Jurusan/Prodi) Dra. Hindun. M.Pd.

NIP 19701215 200912 2 001 Penguji I

Makvun Subuki. M.Hum N I P 1 9 8 0 0 3 0 5 2 0 0 9 0 1 1 0 1 5 Penguji II

Dra. Mahmudah Fitrivah ZA. M.Pd. NrP 19640212199703 2 00r

Talrggal

$ -'t:--l,r11

b - r z - T o t t Mengetahui:

Dekan Fakultaslimu larbiyah dan Keguruan


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

PENGUASAAN KATA DEPAI\ DI, KE DAN AWALAN DI-,

KE-DALAM PARAGRAF NARASI SISWA I(ELAS X SEMESTER

GANJIL TAHUN PELAJARAN zAll/zAIzDI MADRASAH

ALIYAH ANINAJAH JAKARTA

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Utami Setiawati Darmadi NIM 107013000657

JURUS$I PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH D.A.IY KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HID.A,YATULLAH JAKARTA

20ll


(4)

ABSTRAK

Utami Setiawati Darmadi. 2011. Penguasaan Kata Depan „di, ke‟ dan Awalan

„di-, ke-„ dalam Paragraf Narasi Siswa Kelas X Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012 di Madrasah Aliyah Annajah Jakarta. Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bahasa memiliki peran penting dalam pembelajaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia, meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, seperti mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan satu aspek yang tersulit bagi siswa. Saat menulis dibutuhkan keterampilan siswa dalam memahami segala aspek yang ada dalam EYD. Penguasaan dalam hal pemahaman dan penulisan kata depan dan awalan merupakan hal yang harus dikuasai siswa saat membuat tulisan. Salah satu jenis kata depan dan awalan adalah di, ke dan di-, ke-. Keduanya serupa tetapi tak sama cara penulisannya. Selama ini banyak siswa yang belum menguasai sepenuhnya tentang hal tersebut. Meskipun materi itu telah diajarkan sejak jenjang SD, tetap saja masih terdapat kekeliruan yang dilakukan siswa, baik itu pemahaman maupun penulisannya.

Dalam penelitian ini, masalah yang dikaji adalah penguasaan siswa dalam pemahaman dan penulisan kata depan di, ke dan awalan di-, ke- dalam paragraf narasi siswa. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi yang akurat tentang pemahaman dan kemahiran penulisan kata depan di, ke dan awalan di-, ke- siswa kelas X. Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Semester Ganjil tahun pelajaran 2011/2012 di Madrasah Aliyah Annajah. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah studi dokumenter, wawancara, dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa kelas X di MA Annajah terhadap penulisan kata depan di, ke dan awalan di-, ke- dalam paragraf narasi sebesar 50,4%, sedangkan persentase kekeliruan keseluruhan adalah sebesar 46, 9%. Artinya, tingkat pemahaman siswa pada penguasaan kata depan di, ke dan di-, ke- dalam paragraf narasi sudah cukup bagus. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menguasai penulisan dan pemahaman kata depan di, ke dan awalan di-, ke-.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penguasaan siswa tentang materi kata depan di, ke dan awalan di-, ke- menunjukkan hasil yang cukup bagus. Selain itu, terdapat beberapa faktor penyebab kekeliruan siswa dalam penulisan kata depan dan awalan tersebut.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disarankan hendaknya guru memilih, menggunakan metode yang tepat, dan melatih siswa tentang penggunaan kata depan di, ke dan awalan di-, ke-. Selain itu, sebaiknya siswa memperhatikan dan fokus saat guru menjelaskan materi tentang kata depan dan awalan tersebut.


(5)

ABSTRACT

Utami Setiawati Darmadi. 2011. The word mastery Home 'in, into' and prefix 'in-, to-' in the Narrative Paragraphs Student Class Lesson X Semester Odd Years 2011/2012 in Madrasah Aliyah Annajah Jakarta. Thesis, Department of Education Indonesian Language and Literature, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

Language has an important role in learning. Learning Indonesian Language, covering four aspects of language skills, such as listening, speaking, reading, and writing. Writing is one of the most difficult aspects for students. When the writing skills students need to understand every aspect of the EYD. Mastery in terms of understanding and writing of prepositions and prefixes are things that must be mastered when students make writing.One type of preposition and prefix are in, to and in-, to-. Both are similar but not as a way of writing. During this time many students who have not mastered fully about it. Although the material had been taught since elementary school level, that would still have oversight of the student, whether it's understanding and writing.

In this study, which examined the issue is student mastery in understanding and writing the next word in, to and prefix in-, into-the students' narrative paragraphs. The purpose of this study was to obtain accurate information about understanding and proficiency in writing of the preposition to and the prefix in-, to-student class X. Objects in this study is the class X Odd Semester 2011/2012 school year at Madrasah Aliyah Annajah. Data collection techniques this research is the study of documentary, interviews, and observation.

The results showed that the level of understanding of class X in MA Annajah to writing the next word in, to and prefix in-, into-the narrative paragraphs of 50.4%, while the overall percentage of error amounted to 46, 9%. That is, the level of student understanding on the mastery of prepositions in, to and in-, into-the narrative paragraph is pretty good. These results indicate that most students master the writing and understanding of prepositions in, to and prefix in-, to-.

It can be concluded that students mastery of the material in front of the word, to and prefix in-, the show pretty good results. In addition, there are several factors that cause errors in student writing the preposition and prefix. Based on these results should be advised to choose a teacher, using appropriate methods, and train students about the use of prepositions in, to and prefix in-, to-. In addition, students should pay attention and focus when the teacher explains the material about the preposition and prefix.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis sanjungkan ke hadirat Allah SWT. Karena beliau telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penguasaan Kata Depan (di, ke) dan Awalan (di-, ke-) dalam Paragraf Narasi Siswa Kelas X Tahun Pelajaran 2011/2012 di Madrasah Aliyah Annajah Jakarta”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.). Selain itu, juga untuk melatih keterampilan menulis penulis.

Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini juga karena bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, M.A.,PH.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mempermudah penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah melancarkan penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dra. Hindun, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah sabar, teliti, dan meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingannya kepada penulis.


(7)

4. Segenap dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang juga memberikan masukan berharga bagi penulis.

5. Bapak Drs. H. Ashari, M.M. selaku Kepala MA Annajah yang menjabat hingga tahun 2011 karena telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah binaannya.

6. Bapak Drs. Bukhori selaku Kepala MA Annajah yang menjabat mulai 2011, segenap guru, staf Tata Usaha, dan siswa-siswa MA Annajah karena telah meneruskan izin penulis melakukan penelitian di MA Annajah dan membantu menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibunda, Ayahanda, kakak-kakakku, keempat keponakanku, sahabat, dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan materil, moril, dan semangat sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu; dan

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini tanpa dapat dituliskan satu per satu.

Penulis telah berusaha untuk menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Namun, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, karena pengetahuan penulis belum seberapa. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Jakarta, 25 Oktober 2011


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR GAMBAR DAN SKEMA... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Tinjauan Pustaka ... 6

H. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II ACUAN TEORETIS ... 10

A. Pengertian Kata Depan ... 10

B. Jenis-jenis Kata Depan ... 11


(9)

a. Kata Depan atau Preposisi yang Berupa Kata Dasar ... 13

b. Kata Depan yang Berupa Kata Berafiks ... 14

2. Kata Depan Majemuk atau Gabungan ... 14

a. Kata Depan yang Berdampingan ... 14

b. Kata Depan yang Berkorelasi ... 15

C. Kata Depan di, ke ... 15

1. Kata Depan di ... 16

2. Kata Depan ke ... 17

D. Pengertian Awalan ... 17

E. Jenis-jenis Awalan ... 18

1. Awalan me- ... 19

2. Awalan di- ... 19

3. Awalan ber- ... 21

4. Awalan ke- ... 21

5. Awalan ter- ... 22

6. Awalan pe- ... 22

7. Awalan per- ... 23

8. Awalan se- ... 23

F. Paragraf Narasi ... 23

G. Fungsi Paragraf ... 24

H. Syarat Paragraf yang Baik ... 25

1. Kesatuan ... 25


(10)

a. Penggunaan atau Pengulangan Kata Kunci ... 26

b. Penggunaan Kata Ganti ... 27

c. Penggunaan Konjungsi Transisi Kalimat ... 27

3. Kelengkapan ... 28

4. Pengembangan ... 28

5. Bahasa yang Baik dan Benar ... 29

I. Jenis-jenis Paragraf ... 29

1. Paragraf Pembuka ... 29

2. Paragraf Penghubung ... 30

3. Paragraf Penutup ... 30

a. Paragraf Deduktif ... 31

b. Paragraf Induktif ... 31

c. Paragraf Campuran (Deduktif-Indiktif) ... 31

1) Eksposisi (paparan) ... 32

2) Persuasi (ajakan) ... 33

3) Argumentasi ... 33

4) Deskripsi (gambaran atau lukisan)... 33

5) Narasi ... 34

a) Pengertian Narasi ... 34

b) Jenis-Jenis Narasi ... 35

 Narasi Ekspositoris ... 35

 Narasi Sugestif ... 36


(11)

d) Langkah-Langkah Menulis Narasi ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

1. Metode Penelitian ... 38

2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 39

3. Objek dan Sampel Penelitian ... 39

4. Teknik Pengumpulan Data ... 40

5. Teknik Pengolahan dan Ananlisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44

A. Sejarah Berdiri Madrasah Aliyah Annajah Jakarta ... 44

B. Visi dan Misi MA Annajah ... 45

C. Kurikulum MA Annajah ... 46

D. Sarana dan Prasarana MA Annajah ... 50

1. Sumber Belajar ... 50

2. Sarana/Ruang Penunjang ... 52

3. Prasarana ... 53

E. Nama Guru-guru dan Tugasnya ... 53

F. Kegiatan Ekstrakulikuler Siswa MA Annajah ... 54

G. Struktur Organisasi MA Annajah ... 55

H. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 56

I. Pembahasan Hasil Penelitian ... 105

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 108

A. Simpulan ... 108


(12)

DAFTAR PUSTAKA ...


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Struktur Kurikulum Kelas X ... 47

Tabel 2. Struktur Kurikulum Kelas XI dan XII IPA ... 48

Tabel 3. Struktur Kurikulum Kelas XI dan XII IPS ... 49

Tabel 4. Sarana Sumber Belajar di MA Annajah ... 50

Tabel 5. Sarana Ruang Penunjang di MA Annajah ... 52

Tabel 6. Prasarana di MA Annajah ... 53

Tabel 7. Nama Guru-guru dan Tugasnya ... 53

Tabel 8. Nama Lengkap dan Inisial Siswa Sampel ... 56

Tabel 9. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam Paragraf Narasi Siswa MRR ... 57

Tabel 10. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam Paragraf Narasi Siswa SFN ... 58

Tabel 11. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam Paragraf Narasi Siswa MVR ... 61

Tabel 12. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam Paragraf Narasi Siswa AR ... 62

Tabel 13. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam Paragraf Narasi Siswa NH ... 64

Tabel 14. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam Paragraf Narasi Siswa LN ... 66


(14)

Tabel 15. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam Paragraf Narasi Siswa MR ... 68 Tabel 16. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam

Paragraf Narasi Siswa AA ... 69 Tabel 17. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam

Paragraf Narasi Siswa FRP... 70 Tabel 18. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam

Paragraf Narasi Siswa MAD ... 72 Tabel 19. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam

Paragraf Narasi Siswa LA ... 74 Tabel 20. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam

Paragraf Narasi Siswa RA ... 76 Tabel 21. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam

Paragraf Narasi Siswa YNS ... 79 Tabel 22. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam

Paragraf Narasi Siswa H ... 81 Tabel 23. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam

Paragraf Narasi Siswa SR ... 83 Tabel 24. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam

Paragraf Narasi Siswa SDR ... 84 Tabel 25. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam


(15)

Tabel 26. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam Paragraf Narasi Siswa SAH ... 87 Tabel 27. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam

Paragraf Narasi Siswa KFF ... 88 Tabel 28. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam

Paragraf Narasi Siswa MMAR ... 90 Tabel 29. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam

Paragraf Narasi Siswa SJG ... 92 Tabel 30. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam

Paragraf Narasi Siswa EZ ... 94 Tabel 31. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam

Paragraf Narasi Siswa FA... 95 Tabel 32. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam

Paragraf Narasi Siswa NA ... 96 Tabel 33. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam

Paragraf Narasi Siswa DI ... 99 Tabel 34. Kekeliruan Penulisan Kata Depan ‘di, ke’ dan Awalan ‘di-, ke-‘ dalam

Paragraf Narasi Siswa IAS ... 100 Tabel 35. Klasifikasi Kekeliruan Penulisan Kata Depan di, ke dan Awalan di-, ke-

dalam Paragraf Narasi Siswa ... 102 Tabel 36. Persentase Kekeliruan Siswa dalam Penulisan Kata Depan di, ke dan


(16)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kunci mudah penulisan kata depan ‘di, ke’ ... 16

Bagan 2. Kunci mudah penulisan awalan ‘di-‘ ... 21


(17)

DAFTAR GAMBAR DAN SKEMA

Gambar 1. MA Annajah ... 44 Skema 1. Struktur Organisasi MA Annajah ... 55


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi dari satu pihak ke pihak lain, atau dari seseorang kepada lawan bicaranya. Tanpa bahasa, manusia tidak mungkin dapat menciptakan hubungan satu sama lainnya, dan untuk terjadinya hubungan baik tersebut diperlukan penguasaan penggunaan bahasa yang baik pula.

Dalam bahasa Indonesia, ada empat keterampilan berbahasa yang berhubungan erat, yaitu menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan berbicara dan menulis sering dianggap sulit karena merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada keterampilan atau kemahiran menulis. Dalam suatu pengertian, “Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik

itu.”1

Menulis merupakan suatu kegiatan yang tidak alami bagi manusia karena diperlukan proses berlatih untuk menghasilkan suatu tulisan.

1

Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung:


(19)

Sesuatu dapat dikatakan tulisan tidak selalu yang sudah menjadi sebuah produk, seperti puisi, cerpen, novel, naskah drama, dan sebagainya. Sebuah paragraf juga dapat disebut sebagai tulisan karena telah terdiri dari satu kesatuan kalimat dan memiliki topik tertentu. Dalam bahasa Indonesia, terdapat berbagai jenis paragraf berdasarkan penggolongannya masing-masing. Salah satu jenis paragraf yang ada adalah paragraf narasi. Paragraf narasi dapat dijumpai dalam berbagai jenis tulisan, seperti novel, cerpen, dan biografi. Jenis paragraf ini dipelajari siswa sejak Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Sesuatu yang diceritakan siswa kemudian dituangkan kembali dalam tulisan. Hal tersebut sudah dapat disebut sebagai paragraf narasi.

Dalam menghasilkan suatu tulisan, diperlukan kemahiran untuk menggunakan tata bahasa yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia. Salah satu kemahiran tersebut adalah pemahaman, penggunaan dan penulisan kata depan dan awalan secara tepat. Kata depan dan awalan memiliki berbagai jenis yang penggunaan dan penulisannya memiliki kaidah/aturan sesuai EYD. Siswa lebih sering mengenal dan memakai bentuk kata depan di, ke, dan awalan di-, ke-. Pada umumnya, pengenalan dan pemakaian bentuk-bentuk tersebut juga kurang sepenuhnya dikuasai oleh siswa.

Berdasarkan pengalaman peneliti saat melakukan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT), seringkali siswa keliru bahkan salah dalam memahami, menggunakan, dan menuliskan kata depan dan awalan. Hal ini sering terjadi pada hasil tulisan seseorang, terutama siswa-siswa di sekolah.


(20)

Kekeliruan tersebut dapat dialami siswa dalam hal pemahaman maupun penulisannya dalam suatu paragraf maupun karangan yang dibuatnya. Namun, penulisanlah yang seringkali ditemui kekeliruannya dari hasil pengoreksian tugas/tes siswa.

Dalam hal pemahaman, terkadang siswa keliru menentukan di, ke tersebut mana yang termasuk kata depan dan awalan. Selanjutnya, dalam hal penulisan siswa cenderung „bingung‟ dalam menentukan penulisan mana yang harus dipisah atau disambung dengan kata yang mengikutinya antara kata depan di, ke dan awalan di-, ke-. Kata depan di, ke yang seharusnya ditulis secafra terpisah dari kata yang mengikutinya, siswa menuliskannya dengan diserangkaikan denagn kata yang mengikutinya. Sebaliknya, awalan di-, ke- yang seharusnya ditulis serangkaian dengan kata yang mengikutinya, siswa cenderung menuliskan dengan cara dipisahkan dari kata yang mengikuti Kekeliruan-kekeliruan tersebutlah yang akan didata dan diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk membahasnya dalam skripsi yang berjudul “Penguasaan Kata Depan „di, ke‟ dan

Awalan „di-, ke-„ dalam Paragraf Narasi Siswa Kelas X Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012 di Madrasah Aliyah Annajah Jakarta”.


(21)

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini di antaranya:

1. Tiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam keterampilan menulis, khususnya paragraf narasi.

2. Terdapat banyak jenis kata depan dan awalan yang menyebabkan siswa sulit untuk memahaminya.

3. Kemiripan di, ke menyebabkan siswa sulit untuk menentukan mana yang disebut kata depan atau awalan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, hal yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah:

1. Pemahaman siswa tentang jenis kata depan dan awalan bahasa Indonesia. 2. Penulisan kata depan di, ke dan awalan di-, ke- dalam paragraf narasi siswa

kelas X di MA Annajah yang akan dilihat melalui tugas dalam materi paragraf narasi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana penguasaan siswa terhadap pemahaman dan penulisan kata depan di, ke dan awalan di-, ke- dalam paragraf narasi?”


(22)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini di antaranya:

1. Memperoleh informasi yang akurat tentang pemahaman siswa kelas X di Madrasah Aliyah Annajah Jakarta dalam hal kata depan dan awalan.

2. Mengetahui kemahiran siswa kelas X di Madrasah Aliyah Annajah Jakarta menuliskan kata depan di, ke dan awalan di-, ke- dalam paragraf narasi.

F. Manfaat Penelitian

Selain ingin mencapai tujuan di atas, peneliti berharap agar penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian ini di antaranya:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan informasi dan masukan bagi pengembangan kemahiran penulisan kata depan di, ke dan awalan di-, ke-dalam setiap tulisan, khususnya paragraf narasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru Bahasa Indonesia

Hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada guru Bahasa Indonesia tentang pentingnya memperhatikan penggunaan kata depan di, ke dan awalan di-, ke- yang tepat saat pengajaran berlangsung.


(23)

b. Bagi Siswa

Siswa diharapkan mampu untuk tidak keliru lagi dalam penulisan kata depan di, ke dan awalan di-, ke- di setiap tugas-tugas, terutama materi paragraf narasi.

c. Bagi peneliti

Dapat memotivasi agar peneliti lebih mahir untuk menguasai kata depan di, ke dan awalan di-, ke- dalam penulisan di setiap tulisan yang dihasilkan. d. Bagi peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan, rujukan, dan pertimbangan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian tentang jenis kata depan dan awalan pada kesempatan mendatang.

G. Tinjauan Pustaka

Kata depan di, ke dan awalan di-, ke- merupakan suatu kajian yang terdapat dalam morfologi. Keduanya digunakan dalam setiap tulisan. Bermacam-macam paragraf dalam bahasa Indonesia selalu menggunakan kedua kata depan dan awalan tersebut, misalnya paragraf narasi. Untuk mengetahui perbedaan pengkajian kata depan, awalan dan paragraf narasi tersebut, peneliti menjadikan beberapa sumber sebagai pegangan dalam melaksanakan penelitian ini.

Pertama, peneliti melihat skripsi Dewi Prabawati, 106013000293, mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, 2010 yang berjudul Penggunaan Kata Depan dalam Karangan Deskripsi (Sebuah Analisis Kesalahan


(24)

pada Siswa Kelas VII SMP Waskito Tahun Pelajaran 2010/2011). Skripsi tersebut berbeda dengan skripsi yang peneliti buat. Perbedaannya, Dewi Prabawati membahas keseluruhan jenis kata depan yang terdapat dalam karangan deskripsi siswa dalam karangan deskripsi serta menggunakan acuan teoretis yang berbeda pula.

Kedua, peneliti melihat skripsi Nurul Hidayah, mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang, 2007 yang berjudul Analisis Preposisi dalam Karangan Siswa Kelas IV SD Negeri Kasin Kota Malang Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi tersebut membahas tentang ketepatan dan ketidaktepatan penggunaan preposisi atau kata depan dalam karangan siswa SD Negeri Kasin Kota Malang. Nurul Hidayah tidak membatasi jenis karangan yang akan dipakai untuk menganalisis penggunaan preposisi tersebut.

Ketiga, penulis melihat skripsi Lisda Oktaviantina, A. 310050138, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009 yang berjudul Pemakaian Prefiks dalam Cerita Pendek di Majalah ANEKA. Skripsi tersebut menjabarkan hal mengenai pemakaian prefiks atau awalan dalam cerita pendek di majalah Aneka yang mencakup fungsi prefiks, pemaknaan prefiks, dan prefiks yang dominan digunakan dalam cerpen tersebut.

Peneliti sendiri membahas tentang penguasaan siswa terhadap pemahaman dan penulisan kata depan dan awalan yang dibatasi hanya di, ke di dalam paragraf, khususnya narasi. Ketiga skripsi di atas, umumnya membahas


(25)

keseluruhan kata depan dan awalan di berbagai jenis tulisan pula yang berbeda dengan skripsi milik peneliti.

Perbedaan-perbedaan di atas memungkinkan dapat menambah pengetahuan dalam dunia pendidikan, terutama tentang kebahasaan. Oleh karena itu, diharapkan penelitian selanjutnya dapat dilakukan secara lebih mendalam dari sebelumnya.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah proses penelitian dan pembahasan hasil penelitian ini, maka peneliti menyusun sistematika penelitian ke dalam lima bagian, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bagian pertama merupakan pendahuluan yang meliputi: latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II ACUAN TEORETIS

Bagian kedua merupakan acuan teoretis yang meliputi: pengertian kata depan, jenis kata depan, kata depan di, ke, pengertian awalan, jenis-jenis awalan, pengertian paragraf, kegunaan paragraf, syarat paragraf yang baik, jenis-jenis paragraf, pengertian narasi, jenis-jenis-jenis-jenis paragraf narasi, ciri-ciri narasi dan langkah-langkah menulis narasi.


(26)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bagian ketiga merupakan metodologi penelitian yang berisi metode penelitian, waktu dan tempat penelitian, objek dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bagian keempat merupakan hasil penelitian di Madrasah Aliyah Annajah Jakarta yang meliputi: sejarah berdiri Madrasah Aliyah Annajah, visi misi, kurikulum, sarana dan prasarana sekolah, nama-nama guru dan tugasnya, kegiatan ekstrakulikuler siswa, dan struktur organisasi sekolah di Madrasah Aliyah Annajah. Selain itu, terdapat pula deskripsi data hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bagian kelima merupakan penutup yang berisi simpulan dan saran, serta dilengkapi daftar pustaka dan lampiran yang dianggap penting.


(27)

BAB II

ACUAN TEORETIS

A. Pengertian Kata Depan

Kata depan atau preposisi berasal dari “bahasa Latin yang dibentuk oleh kata prae berarti „sebelum‟ dan kata ponere berarti „menempatkan,

tempat‟.”1

Dalam bahasa Inggris kata depan disebut preposition, sedangkan

“dalam bahasa Belanda disebut voorzetsel.”2

Mengapa disebut sebagai kata depan? Karena “kata depan digunakan di muka kata benda untuk merangkaikan kata benda itu dengan bagian kalimat

lain.”3

Kata depan lebih dikenal dengan sebutan preposisi. Terdapat beberapa definisi mengenai kata depan atau preposisi yang diungkapkan oleh para ahli bahasa atau penulis yang berkecimpung dalam bidang kebahasaan, misalnya preposisi adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa. Menurut Kridalaksana, kata depan dijelaskan sebagai “kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina) sehingga

terbentuk frase eksosentrik direktif.”4

Pada umumnya, kata depan merangkaikan kata benda atau yang dibendakan dengan jenis kata lain. Seperti yang tertulis dalam sebuah buku bahwa

1

Wikipedia Indonesia, “Preposisi”, artikel diakses pada 3 November 2010, pukul 15.23 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Preposisi

2

J.S. Badudu, Membina Bahasa Indonesia Baku (Bandung: Pustaka Prima, 1988), hlm. 65.

3

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet.

ke-1, hlm. 122 4

Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi,


(28)

A preposition connects a noun structure to some other word in the sentence.”5

Artinya, “Kata depan berfungsi menghubungkan sebuah struktur kata benda untuk

kata lain dalam suatu kalimat.” Karena fungsinya sebagai kata, maka penulisannya selalu dipisahkan dengan kata yang mengikutinya. Jadi, dapat penulis tarik secara garis besar bahwa kata depan adalah suatu kata yang digunakan untuk merangkaikan kata benda dengan jenis kata lain dan penulisannya selalu dipisahkan dari kata yang mengikutinya, seperti kata benda, kata keterangan tempat, dan kata keterangan waktu.

“Kata depan mempunyai fungsi sangat penting sebab turut serta mengarahkan arti atau maksud kalimat.”6 Maksudnya, jika suatu kalimat harus menggunakan kata depan, tetapi kata itu tidak digunakan, maka arti kalimat akan berubah bahkan ada yang tidak dipahami lagi maknanya. Contoh: Rahma berjalan kaki dari rumahnya ke sekolah. Contoh tersebut menunjukkan jika kata depan dari dan ke dihilangkan atau tidak digunakan, maka maknanya pun akan rancu atau tidak sesuai dengan makna yang dituju.

B. Jenis-jenis Kata Depan

J.S. Badudu menggolongkan kata depan sebagai berikut:

1. “Kata depan sejati, yaitu: di, ke, dari.

2. Kata depan majemuk, yaitu gabungan kata depan sejati dengan kata lain, misalnya: di dalam, di luar, di atas, di bawah, ke muka, ke belakang, dari samping, dari depan, kepada, daripada.

5

Marcella Frank, Modern English Exercises for Non-Native: Part 1 Parts of Speech (New

Jersey: Prentice-Hall, 1972), hlm. 181.

6

Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk Perguruan


(29)

3. Kata depan yang tak tergolong pada 1 dan 2, seperti tentang, perihal, akan, dengan, oleh, antara, bagi, untuk.”7

Adapun Harimurti Kridalaksana menuliskan dalam buku Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia bahwa ada tiga jenis kata depan atau preposisi, yaitu: “(1) preposisi dasar, (2) preposisi turunan, dan (3) preposisi yang berasal dari

kategori lain.”8

Berikut ini merupakan penjabaran dari ketiga jenis kata depan di atas:

1. Preposisi dasar tidak dapat mengalami proses morfologis.

2. Preposisi turunan yang dapat dibagi lagi menjadi: a). gabungan preposisi dan preposisi, seperti di dalam; b). gabungan preposisi dan non-preposisi, seperti di balik.

3. Preposisi yang berasal dari kategori lain, seperti pada, tanpa, semenjak, sepanjang, sesuai.

Berikut ini merupakan sembilan kata depan yang digolongkan berdasarkan fungsinya, yaitu kata depan yang menyatakan:

(1) tempat berada, yaitu di, pada, dalam, atas, dan antara (2) arah asal, yaitu dari

(3) arah tujuan, yaitu ke, kepada, akan, dan terhadap (4) pelaku, yaitu oleh

(5) alat, yaitu dengan dan berkat (6) perbandingan, yaitu daripada

(7) hal atau masalah, yaitu tentang dan mengenai

7

J.S. Badudu, Pelik-Pelik Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Prima, 1981), Cet. ke-18,

hlm. 149.

8


(30)

(8) akibat, yaitu hingga dan sampai

(9) tujuan, yaitu untuk, buat, guna, dan bagi

Pembagian kata depan atau preposisi seperti di atas juga disebut sebagai peran semantis preposisi, karena menyatakan makna-makna tertentu. Kemudian berdasarkan bentuknya, kata depan dibagi menjadi dua macam, yaitu kata depan tunggal dan kata depan majemuk. Berikut ini adalah penjabarannya: 1. Kata Depan Tunggal

Kata depan tunggal adalah “preposisi yang hanya terdiri atas satu

kata.”9

Bentuk kata depan tunggal tersebut dapat berupa kata dasar dan kata berimbuhan.

a. Kata depan atau preposisi yang berupa kata dasar

Kata depan dalam kelompok ini hanya terdiri dari satu morfem. Artinya, kata depan ini tidak diikuti oleh imbuhan apapun, baik awalan, akhiran, sisipan, maupun gabungan awalan dan akhiran. Berikut ini adalah

kata dasar yang menjadi kata depan, yaitu “akan, antara, bagi, buat, dari,

demi, dengan, di, hingga, ke, kecuali, lepas, lewat, oleh, pada, per, peri, sampai, sejak/semenjak, seperti, serta, tanpa, tentang, dan untuk.”10

Berikut ini beberapa contoh penggunaan kata depan yang berupa kata dasar dalam kalimat: (a) Rani tidak takut akan kegelapan. (b) Terlihat sekali perbedaan antara kakak dan adik itu. (c) Skripsi wajib dikerjakan bagi para mahasiswa S1. (d) Kak Ami berasal dari Solo. (e) Tadi siang, Mila

9

Hasan Alwi, et. al, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai

Pustaka, 2003), Cet. ke-5, hlm. 288 10Ibid


(31)

terlihat duduk di bangku taman. Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa kata depan ini hanya terdiri dari satu morfem saja.

b. Kata depan yang berupa kata berafiks

“Kata depan dalam kelompok ini dibentuk dengan menambahkan afiks pada bentuk dasar yang termasuk kelas kata verba, adjektiva, atau

nomina.”11

Artinya, pembentukan kata depan ini mengalami proses penambahan awalan (prefiks), akhiran (sufiks), atau gabungan antara keduanya (konfiks). Berikut ini yang termasuk kata depan berupa kata berimbuhan, seperti bersama, beserta, menjelang, menuju, menurut, sekeliling, sekitar, selama, sepanjang, seputar, seluruh, dan terhadap.

2. Kata Depan Majemuk atau Gabungan

Kata depan majemuk atau gabungan merupakan preposisi yang berupa gabungan dari beberapa preposisi tunggal. Kata depan ini terdiri dari dua kata depan yang berdampingan dan dua kata depan yang berkorelasi.

a. Kata depan yang berdampingan

Kata depan jenis ini terdiri dari dua kata depan yang letaknya berurutan. Kata depan gabungan ini tetap ditulis terpisah dari kata selanjutnya atau di belakangnya.

Berikut ini contoh kata depan yang berdampingan: daripada, kepada, oleh karena, oleh sebab, sampai ke, sampai dengan, dan selain dari. Berikut ini beberapa contoh kata depan yang berdampingan dalam kalimat: (a) Rifka lebih tinggi daripada adiknya. (b) Permen-permen itu diberikan

11


(32)

kepada anak-anak jalanan. (c) Konser Titi DJ berlangsung mulai pukul 19.00 sampai dengan 21.00 WIB.

b. Kata depan yang berkorelasi

Kata depan ini terdiri dari dua unsur yang dipakai berkorelasi atau berpasangan, tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain. Artinya, antara kata depan pertama dan kedua terdapat jurang pemisah, jadi keduanya tidak berpasangan secara penuh.

Contohnya, antara …… dengan, antara …… dan, dari …… hingga, dari …. sampai dengan, dari …. sampai ke, dari ke, dari …. sampai, sejak …. hingga, sejak …. sampai. Berikut ini beberapa contoh kata depan yang berkorelasi dalam kalimat: (a) Antara Fifi dan kakaknya terdapat perbedaan sifat yang mencolok. (b) Ayah bekerja keras dari pagi hingga petang.

C. Kata Depan di, ke

Dalam penulisannya, kata depan di, ke harus dipisah dari kata yang mengikutinya. Inilah yang membedakannya dengan imbuhan dan sering membuat siswa keliru dalam menuliskannya. Ada kunci yang dapat diingat siswa, yaitu penulisan kata depan di, ke dipisahkan dari kata selanjutnya jika diikuti oleh keterangan tempat, keterangan waktu, dan kata benda.

Di bawah ini merupakan bagan dari kunci mudah memahami penulisan kata depan di, ke, yaitu:


(33)

kata depan di, ke + kata keterangan tempat

kata depan di, ke + kata keterangan waktu penulisan dipisahkan kata depan di, ke + kata benda

Bagan 1. Kunci mudah penulisan kata depan ‘di, ke’

1. Kata depan di

Dalam kata depan, di dihitung sebagai satu kata. Pada umumnya, kata depan di dikenal sebagai penunjuk keterangan tempat. Namun, keterangan tempat itu dibagi-bagi menurut aturan seperti yang terdapat dalam Abdul Chaer, 2000: 122—124, seperti:

a. untuk menyatakan „tempat berada‟. Contoh: “Kami belajar di kelas

7.17.”

b. untuk menyatakan aspek „diam‟ atau „berhenti‟. Contoh: “Kami sedang

beristirahat dihotel berbintang lima.”

c. tidak digunakan sebelum kata ganti orang, kata nama diri, kata nama jabatan, kata nama perkerabatan, dan kata nama waktu. Kata depan yang lebih tepat digunakan adalah pada. Contoh: “Novelmu ada di saya”.

(sebaiknya: “Novelmu ada padasaya”).

d. tidak langsung digunakan di depan kata yang menyatakan karangan, tulisan, atau nama buku, majalah, dan koran. Kata depan di ditambahkan dengan kata depan dalam. Misalnya, “Dimuat di dalamsurat kabar.”


(34)

2. Kata Depan ke

Kata depan ke juga biasa dikenal untuk menyatakan „tujuan‟. Sama halnya seperti di, kata depan ke juga memiliki aturan „tujuan‟ yang dimaksud, di antaranya:

a. untuk menyatakan „tempat tujuan‟. Contoh: “Ibu pergi kekantor pos.”

b. untuk menyatakan aspek „gerak‟ atau „bergerak‟. Contoh: “Apa

maksudmu datang kesini sepagi ini?”

c. sebaiknya tidak digunakan di depan kata ganti, kata nama diri, kata nama jabatan, kata nama perkerabatan. Dalam hal ini, lebih tepat digunakan kata depan kepada. Contoh: “Saya meminjam uang ke

saudara.” (sebaiknya: “Saya meminjam uang kepadasaudara.”).

“Dalam masyarakat sunda, sering kita dengar pemakaian kata depan di, ke di depan kata ganti orang, seperti di saya, di kita, ke ibu, ke dia, dan lain-lain, malah bentuk seperti itu diberi lagi afiks di-kan menjadi: dikesayakan, dikeibukan. Bentukan seperti ini boleh kita katakana bahasa

Indonesia dialek Sunda, yang dipengaruhi oleh struktur bahasa Sunda.”12

D. Pengertian Awalan

Dalam bahasa Indonesia, ada beberapa jenis afiks atau imbuhan, yaitu awalan (prefiks) ialah imbuhan yang diletakkan di awal kata dasar; sisipan (infiks) adalah imbuhan yang disisipkan di tengah kata dasar; akhiran (sufiks) merupakan imbuhan yang diletakkan di akhir kata dasar; dan imbuhan gabungan (konfiks), yakni gabungan antara imbuhan awalan dan akhiran pada kata dasar.

12

J.S. Badudu, Pelik-Pelik Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Prima, 1985), Cet. ke-18,


(35)

Berdasarkan jenis-jenis tersebut, berikut ini akan dijelaskan lebih lengkap mengenai salah satunya, yaitu awalan atau prefiks.

Istilah awalan prefiks berasal dari bahasa Latin, yaitu praefixus. Kata

prae berarti „sebelum‟ dan kata fixus, figere bearti „sebelum sesuatu‟.13 Awalan

disebut juga prefiks. Awalan merupakan “afiks yang ditempatkan di bagian muka

suatu kata dasar.”14

Prefixes are bound morphemes that are attached to the initian position of the free morphemes.”15Artinya, “Prefiks adalah morfem terikat yang melekat pada posisi awal morfem bebas”. Pengertian lain menyebutkan,

“prefiks adalah sebuah afiks yang dibubuhkan pada awal sebuah kata dasar.”16

Penulisan awalan selalu dirangkaikan dengan kata dasar yang mengikutinya. Jadi, dapat penulis katakan bahwa awalan atau prefiks adalah salah satu jenis imbuhan (afiks) yang berada di depan suatu kata dasar dan penulisannya diserangkaikan dengan kata yang mengikutinya.

E. Jenis-jenis Awalan

Dalam bahasa Indonesia, seperti halnya kata depan, awalan juga memiliki berbagai jenis dengan fungsinya masing-masing, di antaranya: me-, di-, ber-, ke-, ter-, pe, per, se-.

13 Deny Arnos Kwary, ”Analisis Afiks Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, dan Bahasa

Inggris”, artikel ini diakses pada 30 Maret 2011, pukul 14.04 WIB dari http://bit.ly/j5aVPr 14

Hasan Alwi, et. al, op. cit., hlm. 31. 15

Muhammad Farkhan, An Introduction Linguistics (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet.

ke-1, hlm. 57.

16Wikipedia Indonesia, “Prefiks”, artikel diakses pada 30 Maret 2011, pukul 13.57 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Prefiks


(36)

1. Awalan me-

Awalan me- berfungsi membentuk kata kerja (verba), kata sifat (ajektiva), dan interogativa. Awalan ini mengalami proses morfofonemik berupa:

“a. pengekalan fonem; b. penambahan fonem; dan c. peluluhan fonem.”17

a. Pengekalan fonem

Pengekalan ini hanya dapat terjadi bila bentuk kata dasarnya diawali dengan konsonan /r, l, w, y, m, n, ng, dan ny/. Contoh: merona, melawan, mewujud, meminum, menunggu, menganga, menyala.

b. Penambahan fonem

Penambahan yang dilakukan adalah dengan menyelipkan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/. Fonem /m/ ditambahkan bila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /b/ dan /f/. Contoh: membawa, memfosil. Penambahan fonem /n/ bila bentuk kata dasarnya dimulai dengan konsonan /d/. Contoh: mendaur, mendorong. Penambahan fonem /ng/ bila bentuk kata dasarnya dimulai dengan kosonan dan vokal /g, h, kh, a, i, u, e, dan o/. Contoh: menggusur, mengharap, mengkhitan, mengangkat, mengintip, mengungkap. Penambahan fonem /nge/ bila bentuk kata dasarnya tiga huruf saja. Contoh: mengetik, mengecat.

c. Peluluhan fonem

Ini terjadi bila awalan me- diimbuhkan pada kata dasar yang diawali dengan konsonan /k, t, s, p/. Contoh: mengutip, menawar, menyambut, memukul.

17

Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses) (Jakarta: Rineka Cipta,


(37)

2. Awalan

di-Tiap kata dasar yang digabung awalan atau prefiks di- tidak mengalami perubahan bentuk. Karena awalan ini tidak mengalami proses morfofonemik yang serumit awalan me-, ber-, pe-, per-, dan ter-. Awalan di-berfungsi memasifkan verba berawalan me-. Dengan kata lain, awalan di- sebagai kata kerja pasif yang dapat diubah menjadi kata kerja aktif dengan menggantinya dengan awalan me-.

“Afiks di- hanya memiliki satu fungsi, ialah membentuk kata kerja

pasif, berbeda dengan afiks meN- yang mempunyai fungsi membentuk kata kerja aktif., sedangkan maknanya ialah menyatakan makna[sic!] „suatu

perbuatan yang pasif‟.”18

Misalnya:

dimakan memakan

digunting menggunting

dimarahi memarahi

digantikan menggantikan

Awalan di- jarang dirangkaikan dengan kata benda, kata bilangan, kata sifat dalam konteks kalimat tertentu. Hal tersebut dikarenakan akan terdengar rancu jika dirangkaikan. Seperti pada contoh berikut ini:

- “Batu-batu disusun supaya dirumah.

- Kata orang, tanah itu akan ditinggi.

- Karena ingin segera sampai, lari mereka dicepat.

- Kayu itu diketam akandikecil.”19

Jika ingin merangkaikannya dengan kata benda, kata sifat, dan kata bilangan, maka awalan di- harus dirangkaikan juga dengan imbuhan lainnya,

18

M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif (Yogyakarta: CV. Karyono, 2001), Cet.

ke-12, hlm. 116—117.

19

Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk Perguruan


(38)

seperti pada contoh: dibukukan, diperkecil, dipercepat, ditinggikan, dan lain-lain. Berikut ini merupakan kunci mudah dalam penulisan awalan di-:

awalan di- + kata kerja penulisan diserangkaikan

Bagan 2. Kunci mudah penulisan awalan ‘di-

3. Awalan ber-

Pada awalan ber-, terdapat tiga proses pengimbuhan di antaranya: a. Penghilangan fonem. Contoh: be[r]kerja, be[r]serta, dan lain-lain.

b. Perubahan fonem. Awalan ber- bila diikuti oleh kata dasar tertentu, maka akan mengalami perubahan fonem menjadi bel-. Contoh: belajar.

c. Pengekalan fonem. Contoh: bersama, berdua, berharap, dan lain-lain. 4. Awalan

ke-Pada umumnya, awalan ke- melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata bilangan, misalnya keempat, kelima, keenam, ketujuh, dan seterusnya. Ada juga yang melekat pada bentuk dasar yang bukan kata bilangan, ada tetapi jumlahnya terbatas, ialah kehendak, ketua, kekasih, dan ketahu.

Awalan ke- berfungsi membentuk kata kerja (verba), kata benda (nomina), dan kata bilangan (numeralia). Pada kata kehendak, ketua, dan kekasih, awalan ke- berfungsi membentuk kata nomina; pada kata kedua, ketiga, dan seterusnya, awalan ke- berfungsi membentuk kata numeralia; pada ketahu, awalan ke- berfungsi membentuk pokok kata, yang terdapat pada kata mengetahui, diketahui, dan pengetahuan; sedangkan fungsi verba dalam awalan ke- hanya terdapat pada ragam bahasa tidak baku, seperti kebaca, kebawa, ketabrak, dan lain-lain.


(39)

Awalan ke- mempunyai dua makna, yaitu:

a. Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya:

a). kedua (orang): bermakna „kumpulan yang terdiri dari dua orang‟

b). ketiga (orang): bermakna „kumpulan yang terdiri dari tiga orang‟

c). keempat (pasang): bermakna „kumpulan yang terdiri dari empat pasang‟

b. Menyatakan urutan

Berikut ini merupakan kunci mudah dalam penulisan awalan ke-: awalan ke- + kata kerja

penulisan diserangkaikan awalan ke- + kata bilangan

Bagan 3. Kunci mudah penulisan awalan ‘ke-

5. Awalan ter-

Awalan ini berfungsi membentuk kata kerja pasif dan kata sifat. Hal

yang bermakna „tidak sengaja melakukan‟, seperti tertidur, termakan, terbawa,

dan lain-lain. Pada kata sifat, awalan ter- memberikan makna „paling‟, seperti tercantik, terpandai, terbawah, dan lain-lain.

6. Awalan pe-

Awalan ini berfungsi membentuk kata benda (nomina) dan pada umumnya menyatakan makna „yang biasa/pekerjaannya/gemar melakukan pekerjaan yang tersebut dalam kata dasar‟. Contohnya: petani, petinju, pedagang, dan lain-lain. Afiks pe- pada umumnya bertalian dengan kata kerja berafiks ber-:


(40)

pedagang bertalian dengan berdagang, pejuang bertalian dengan berjuang, dan lain-lain.

7. Awalan

per-Awalan ini berfungsi membentuk kata benda (nomina) dan pokok kata. Awalan per- yang membentuk kata nomina “hanya terdapat pada kata pelajar dan pertapa.”20 Awalan per- yang membentuk pokok kata, biasanya berupa kata sifat, seperti: perbanyak, perjelas, perpanjang, dan lain-lain; kata bilangan, seperti: perempat, perlima, dan lain-lain; kata nomina, seperti: perbudak, peristri, dan lain-lain.

8. Awalan

se-“Pemberian prefiks se- pada semua dasar ajektiva memberi makna

gramatikal „sama (dasar) dengan nomina yang mengikutinya‟.”21

Contoh: sepintar, semurah, sehijau, dan lain-lain.

F. Paragraf Narasi

Sebelum membahas tentang paragraf narasi, perlu juga kita mengetahui tentang seluk-beluk paragraf. Kata paragraf diserap ke dalam bahasa Indonesia dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu paragraph. Kata paragraph tersebut dibentuk dari suatu kata dalam bahasa Yunani, yakni para- yang berarti

„sebelum‟ dan –grafien„menulis, menggores‟.

Dalam bahasa Indonesia, terdapat banyak pengertian tentang paragraf, di antaranya: (1) “paragraf adalah seperangkat kalimat yang

20

Ibid., hlm. 132.

21


(41)

membicarakan suatu gagasan atau topik.”22 (2) “paragraf bukan seke[sic!]dar

kumpulan kalimat.”23 (3) “

paragraf merupakan bagian karangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan secara utuh dan padu serta membentuk satu

kesatuan pikiran.”24

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut paragraf adalah sekumpulan kalimat yang terdiri dari satu kalimat topik atau gagasan dan beberapa kalimat penjelas yang saling padu, dan berkaitan satu sama lainnya.

Di atas dipaparkan bahwa kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan memiliki keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Namun, terdapat juga paragraf yang hanya terdiri dari satu kalimat.

“Paragraf satu kalimat ini dapat dipakai sebagai peralihan antarparagraf, sekaligus

memperbesar efek dinamika bahasa.”25

Namun demikian, untuk memperoleh ide yang utuh dan lengkap, paragraf hendaklah dibentuk dari sekelompok kalimat yang saling berkaitan dan padu dalam mengembangkan satu gagasan.

G. Fungsi Paragraf

Paragraf bukan hanya sekadar sebuah tulisan yang dituangkan oleh penulisnya. Paragraf juga mempunyai fungsi tertentu. Sebagaimana yang

22

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan

Tinggi (Jakarta: Akademika Pressindo, 2009), Cet. ke-10, hlm. 115.

23

Mahmudah Fitriyah dan Ramlan Abdul Gani, Pembinaan Bahasa Indonesia (Jakarta:

UIN Jakarta Press, 2007), Cet. ke-1, hlm. 129.

24

Niknik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir (Jakarta: Mitra

Wacana Media, 2010), Cet ke-8, hlm. 153.

25

Alek A. dan Achmad H. P., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Kencana,


(42)

dituliskan oleh Alek A. dan H. Achmad H. P., paragraf memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

1.“Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran

dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis dalam suatu kesatuan.

2. Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri dari beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran. 3. Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis dan memudahkan

pemahaman bagi pembacanya.

4. Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil.

5. Memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri dari

beberapa variabel.”26

H. Syarat Paragraf yang Baik

Agar memperoleh paragraf yang baik, seorang penulis dituntut untuk memperhatikan syarat-syarat paragraf yang baik. Syarat-syarat itu di antaranya: 1. Kesatuan

Kesatuan paragraf merupakan salah satu unsur yang membangun sebuah paragraf. Kesatuan dalam paragraf, yaitu “semua kalimat yang membina paragraf itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, [sic!] suatu tema

tertentu.”27

Kesatuan ini maksudnya di dalam satu paragraf hanya terdiri dari satu topik saja yang berupa kalimat utama dan juga terdapat beberapa kalimat penjelas. Topik tersebut diungkapkan di dalam sebuah kalimat utama yang berada di awal atau akhir atau gabungan keduanya. Kalimat utama tersebut makin diperjelas oleh beberapa kalimat lain yang disebut kalimat penjelas. Contoh:

26

Ibid, hlm. 209.

27


(43)

“Jateng sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng setelah selesai pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir, Minggu malam, di Gedung Olahraga Jateng, Semarang. Pernyataan itu dianggap wajar karena apa yang diimpi-impikan selama ini dapat tewujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu. Hal itu ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi paling tinggi

yang pernah diraih oleh Jateng dalam arena seperti itu.”28

2. Koherensi atau kepaduan

Koherensi adalah “kekompakkan hubungan antara sebuah kalimat

dan kalimat yang lain yang membentuk paragraf itu.”29

Koherensi maksudnya, dalam sebuah paragraf tidak boleh ada kalimat yang menyimpang dari paragraf itu. Jadi, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang dari ide pokok atau topik paragraf itu. Jika ada kalimat yang menyimpang dari topik itu, maka kalimat itu harus dikeluarkan dari paragraf.

“Kepaduan atau koherensi paragraf dapat terlihat melalui

penyusunan kalimat secara logis dan melalui ungkapan-ungkapan (kata-kata)

pengait antarkalimat.”30

Untuk mencapai kepaduan yang baik, diperlukan strategi dalam merangkai kalimat sehingga berhubungan secara logis dan padu. Strategi tersebut di antaranya:

a. Penggunaan pengulangan kata atau kata kunci

Kata kunci (keyword) adalah kata yang diulang untuk mengaitkan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya. Contoh:

“Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupannya, manusia secara kodrat tidak dapat hidup sendiri. Sejak dilahirkan,

28

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, op. cit., hlm. 117.

29

Alek A. dan Achmad H. P., op. cit., hlm. 218.

30


(44)

manusia sudah membutuhkan ibu-bapaknya sebagai tempat bergantung. Ketika dapat berkomunikasi dengan lingkungan sosial, manusia

memerlukan masyarakat luas untuk bersosialisasi.”31

b. Penggunaan kata ganti

Kata ganti adalah kata yang dapat menggantikan nomina atau frase, misalnya dia, beliau, saya, engkau (kata ganti orang/pronomina persona), itu, ini, di sana, di sini, di situ (kata ganti penunjuk/pronomina demonstratif), -nya, -ku, -mu (kata ganti sasaran/pronomina objektif).

c. Penggunaan konjungsi transisi kalimat

Konjungsi antarkalimat adalah “kata penghubung yang digunakan

pengarang untuk menyambungkan ide satu kalimat dengan ide kalimat lain dalam paragraf, baik menyambungkan antara kalimat utama dengan kalimat

penjelas, maupun antara kalimat dengan kalimat penjelas.”32

Berikut ini contoh paragraf yang padu:

“David Beckham adalah seorang pemain sepak bola yang sukses. Buktinya, suami Victoria Beckham ini selalu bergelimang kekayaan dan kepopuleran. Walaupun masih terikat kontrak dengan real Madrid sampai Juni 2007, mantan kapten Timnas Inggris ini sudah mengumumkan secara resmi kepindahannya ke LA Galaxy di liga Amerika Serikat. Bahkan, pemain yang memiliki tendangan jarak jauh yang mematikan lawan ini sudah meneken kontrak transfer 250 juta dolar AS. Selain menerima gaji 250 euro per tahun hingga Juni 2007 dari Real Madrid, ia juga akan menerima 250 juta dolar AS dari LA Galaxy. Akibat pemberitaan ini, lelaki yang pernah berselisih dengan pelatihnya di Manchester United ini mendapatkan banyak kritikan dan laporan tidak sedap tentang dirinya di berbagai media masa, tetapi ayah dari Brooklyn, Romeo, dan Cruz ini tetap menjadi pemain sepak bola yang terpopuler dan menjadi buah bibir di jagat persepakbolaan

dunia.”33

31

Mahmudah Fitriyah dan Ramlan Abdul Gani, op. cit., hlm. 130.

32

Ibid., h. 131.

33


(45)

3. Kelengkapan

Sebuah paragraf dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkap untuk menunjuk pokok pikiran atau kalimat utama. Ciri-ciri kalimat penjelas, yaitu berisi penjelasan berupa rincian, keterangan, contoh, dan lain-lain. Selain itu, kalimat penjelas berarti apabila dihubungkan dengan kalimat-kalimat di dalam paragraf. Kalimat penjelas memerlukan kata penghubung, baik kata penghubung intrakalimat maupun kata penghubung antarkalimat. Contoh:

“Indonesia adalah negeri pahlawan, sosok yang dikagumi

karena keberaniannya berkorban bagi bangsa. Pada masa prakemerdekaan pahlawan dituntut memiliki keberanian membela kaum terjajah dan menantang kaum penjajah. Berbeda dengan pahlawan pada prakemerdekaan, pahlawan yang diperlukan di masa pascakemerdekaan adalah pahlawan kebajikan, pahlawan-pahlawan kehidupan. Pahlawan akan dikenang bukan karena berani mati, melainkan juga karena

mengabdi hidup demi kesejahteraan bangsa.”34

4. Pengembangan

Sebelumnya dijelaskan bahwa paragraf memiliki kalimat utama dan kalimat penjelas. Sebuah kalimat utama yang berisi suatu topik tidak akan menjadi sebuah paragraf bila tidak dikembangkan dengan kalimat penjelas dalam bentuk berupa contoh, alasan, angka-angka, atau lainnya. “Memberi perincian, penjelasan, penjabaran, terhadap kalimat utama itulah yang dmaksud dengan

pengembangan paragraf.”35

34

Ibid., hlm. 160—161.

35

Sudarno dan Eman A. Rahman, Terampil Berbahasa Indonesia (Jakarta: PT. Hikmat


(46)

5. Bahasa yang baik dan benar

Paragraf dapat disebut sebagai alat utama sebuah karangan, sedangkan paragraf menjadikan bahasa sebagai alat utamanya. Agar dapat membentuk suatu paragraf yang memenuhi syarat, hendaklah menggunakan bahasa yang baik dan benar.

Bahasa yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai norma kemasyarakatan yang berlaku, dalam arti pemakaiannya sesuai dengan situasi, sedangkan bahasa yang benar ialah bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah

bahasa Indonesia yang berlaku. Jadi, bahasa yang baik yang benar, yaitu “bahasa

Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku dan

sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.”36

I. Jenis-jenis Paragraf

Berdasarkan sifat dan tujuannya, paragraf dapat dibedakan atas: 1. Paragraf pembuka

Paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan di paragraf selanjutnya. Karena paragraf pembuka merupakan pengantar untuk sampai ke pembicaraan inti. Salah satu cara menarik perhatian pembaca, yakni dengan mengutip pernyataan dari tokoh terkenal, kutipan itu tentu saja yang membangun, dan merangsang minat pembaca. Berikut ini merupakan contoh paragraf pembuka:

36

E. Zaenal Arifin dan Farid Hadi, 1001 Kesalahan Berbahasa (Jakarta: Akademika


(47)

“Psikolog Jhon Powell pernah mengatakan, manusia bisa berbagi perasaa, pikiran, bahkan berbagi tubuh. Namun, sering sekali proses berbagi ini tidak selalu sungguh-sungguh memberikan penyatuan

sejati yang membahagiakan antarmanusia….”37

2. Paragraf penghubung

Paragraf ini disebut juga paragraf pengembang. Paragraf penghubung terletak antara paragraf pembuka dan paragraf terakhir sekali di dalam bab atau anak bab. Paragraf ini mengembangkan pokok pembicaraan yang akan dikemukakan. Paragraf dapat dikembangkan dengan cara ekspositoris, deskriptif, naratif, dan argumentatif. Contoh:

“Sebaliknya, tidak adanya komunikasi perasaan menciptakan keterpisahan dan keterkucilan. Keterpisahan dan keterkucilan inilah yang akan membelitkan rasa nyeri dan penderitaan. Penderitaan dan rasa nyeri amat kondusif untuk memunculkan iri hati dan dendam. Lebih dari itu, penderitaan dan iri hati akan memicu berbagai masalah lain, semisal perseteruan, kecurigaan, dan keputusasaan. Akumulasi berbagai perasaan itu lama-kelamaan menjadi gunung dendam yang setiap saat bisa meledak dalam wujud tindak kekerasan dan agresif yang

destruktif.”38

3. Paragraf penutup

Paragraf penutup adalah “paragraf yang terdapat pada akhir karangan. Pada umumnya, paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dikemukakan pada bagian-bagian sebelumnya.”39 Contoh:

“Dalam keseharian bisa dilihat dengan jelas problem hubungan antarinsan oleh karena tipisnya komunikasi perasaan. Baik pada tataran relasi antarteman, relasi suami-istri, relasi pemimpin dan anak buahnya, bahkan pada tataran relasi masyarakat luas, bangsa, dan

negara.”40

37

Iis Wiati, Bahasa dan Sastra Indonesia: program Studi Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu

Sosial untuk SMA Kelas XII (Depok: Arya Duta, 2005), Cet. ke-1, hlm. 27.

38

Iis Wiati, op. cit., hlm. 28.

39

Alek A. dan Achmad H. P., op. cit., hlm. 210—213.

40


(48)

Adapun berdasarkan letak topiknya, paragraf digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Paragraf deduktif

Paragraf deduktif memiliki kalimat utama/gagasan utama yang diletakkan di awal paragraf. Contoh:

Tugas yang diemban Pak Slamet ini tidak ringan. Pak Slamet harus siap 24 jam. Ia harus siap dihubungi kapan dan di mana saja. Sore itu ketika beberapa karyawan berbenah diri untuk pulang, Pak Slamet masih dengan tegar mondar-mandir di kantornya sambil mengontrol gangguan-gangguan yang mungkin terjadi. Karena tugasnya tersebut, Pak Slamet sering pulang pukul 22.00 WIB.”41

b. Paragraf induktif

Paragraf induktif memiliki kalimat utama/gagasan utama yang diletakkan di akhir paragraf. Contoh:

“Sebenarnya, masa penyesuaian dengan pekerjaan akan lebih cepat pada perusahaan yang menyiapkan masa orientasi atau perkenalan bagi karyawan barunya. Namun, jika tidak ada orientasi, kumpulkanlah sebanyak mungkin informasi yang bersifat membantu masa penyesuaian dengan pekerjaan. Misalnya, melalui rekan-rekan, bisa saja mengumpulkan nama dan kontak karyawan yang memiliki keterampilan khusus. Jadi, ketika mulai bekerja menjumpai hambatan, bisa menghubungi lebih dari satu orang untuk menjawab semua masalah yang muncul.”42

c. Paragraf campuran (deduktif-induktif)

Paragraf campuran memiliki kalimat utama/gagasan utama yang diletakkan di awal dan akhir paragraf. Kalimat utama di awal paragraf berfungsi sebagai pembuka ide yang akan diikuti uraian berupa contoh, kejadian, atau perincian khusus tentang pikiran utama. Kemudian pikiran utama itu ditegaskan

41

E. K. Djuharmie dan Asep Juanda, Bahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI (Bogor:

Regina, 2005), Cet. ke-1, hlm. 22.

42


(49)

lagi pada akhir paragraf dengan menggunakan kalimat yang tidak sama dengan kalimat utama pertama. Contoh paragraf campuran:

Antara dan berpikir ada hubungan yang erat. Berbahasa ialah menyatakan yang dipikir, dirasa, atau dikehendaki. Bila orang belajar berbahasa, ia belajar berpikir lebih baik dan lebih halus. Sebaliknya orang berpikir bermakna ia menambah kosa kata serta menggunakannya secara teratur. Kemajuan bahasa adalah juga kemajuan dalam berpikir. Bahasa dan berpikir berkembang bersama-sama. Oleh karena itu, bahasa dan berpikir tidak dapat dipisah-pisahkan.”43

Jika dilihat dari isinya, paragraf dibagi menjadi lima, di antaranya:

1) Eksposisi (paparan)

Paragraf eksposisi merupakan suatu bentuk tulisan memaparkan suatu informasi agar dapat memperluas wawasan dan pengetahuan pembaca. Tulisan eksposisi ini bersifat tidak memaksa pembacanya. Jenis paragraf eksposisi dapat dibaca dalam tulisan opini, tips, maupun berita. Contoh:

“Khasiat Rebusan Angkak

Angkak adalah suatu jenis tumbuhan dari Cina yang memiliki menfaat untuk tubuh, di antaranya menurunkan tekanan darah dan menaikkan jumlah trombosit bagi penderita demam berdarah. Angkak tersebut dapat digunakan dengan cara: a). Siapkan butiran angkak yang banyak dijual di supermarket; b). Rebus dua gelas air ditambah setengah sendok teh angkak dan tunggu hingga mendidih; c). Setelah mendidih, matikan kompor dan saring air rebusan itu; d). Tunggu hingga hangat dan siap diminum.

Khasiat rebusan angkak itu dapat dirasakan kira-kira setelah dua kali

meminumnya. Selamat mencoba!”44

43

Sudarno dan Eman A. Rahman, Terampil Berbahasa Indonesia (Jakarta: PT. Hikmat

Syahid Indah, t.t), hlm. 130.

44

Utami Setiawati Darmadi, “Khasiat Rebusan Angkak”, artikel ini diakses pada 26 Mei 2011, pukul 20.20 WIB dari http://utamiindonesia.blogspot.com


(50)

2) Persuasi (ajakan)

Paragraf persuasi berusaha meyakinkan pembaca agar melakukan sesuatu yang diingini oleh penulis. Persuasi dapat dijumpai dalam tulisan iklan penawaran, iklan layanan masyarakat, iklan pendidikan, maupun politik. Contoh:

“Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang

cukup, tidak merokok, dan rutin berolahraga.”45

3) Argumentasi

Paragraf argumentasi merupakan suatu bentuk tulisan yang berusaha memengaruhi pembaca dengan cara menggabungkan fakta-fakta yang didapat dengan pendapat penulis. Argumentasi bertujuan membuat pembaca menyetujui pendapat penulis tentang topik yang dituliskannya. Contoh:

“Jangan berani membandingkan antara perpustakaan yang dimiliki oleh beberapa instansi, sekolah, perguruan tinggi, maupun perpustakaan pusat dengan perpustakaan yang ada di perpustakaan [sic!] di Inggris. Mengapa? Hal ini akan membuat kita sedih. Bagaimana tidak, perpustakaan Inggris selalu dibanjiri oleh para pembaca karena koleksi bacaan yang dimilikinya. Sementara beberapa perpustakaan di negeri kita masih perlu pembenahan, baik dalam hal pengayaan koleksi maupun pelayanan yang ada. Yang lebih menyedihkan, di perpustakaan Inggris ini ditemukan berbagai naskah yang juga sangat pantas ada di perpustakaan Indonesia, salah satunya sebuah repsoduksi 510 gambar arkeologis. Adakah perpustakaan di Indonesia yang memiliki koleksi yang sama?46

4) Deskripsi (gambaran atau lukisan)

Paragraf deskripsi merupakan suatu tulisan yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu, baik itu manusia, hewan, keadaan, maupun peristiwa

45

Elvi Susanti, “Argumentasi dan Persuasi”, (Handout Mata Kuliah Menulis Lanjut Pertemuan IV dan V, 2011), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, hlm. 6.

46


(51)

serinci-rincinya hingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan hal yang dituliskan penulis. Contoh:

“Ruang kelas itu berukuran 8 x 6 m. Cahaya masuk dari arah

kiri mahasiswa. Deretan kursi kuliah masing-masing 5 buah ke kiri dan 5 buah ke kanan. Sedangkan dari muka ke belakang dijejerkan masing-masing 8 buah kursi. Meja dan kursi dosen berada di sudut kanan ruang kuliah. Papan tulis yang berukuran 3 x 1,20 m tertempel kokoh pada

dinding tembok depan ruang itu.”47

5) Narasi

a) Pengertian Narasi

Pada umumnya, narasi sering dikaitkan dengan cerita atau kisah. Secara singkat, paragraf narasi berarti tulisan yang berisi cerita. Paragraf narasi merupakan “salah satu jenis paragraf yang mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu.”48 Atar Semi menyatakan bahwa “narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan

perkembangan dari waktu ke waktu.”49

Sedangkan Mahsusi menyatakan bahwa “narasi adalah bentuk karangan yang menceritakan, mengisahkan, atau

menyejarahkan.”50

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa paragraf narasi adalah salah satu jenis tulisan yang menceritakan secara jelas kepada pembaca tentang suatu peristiwa atau kejadian berdasarkan urutan waktu.

47

Sudarno dan Eman A. Rahman, Terampil Berbahasa Indonesia (Jakarta: PT. Hikmat

Syahid Indah, t.t), hlm. 135. 48

Muhammad Alfiyansyah, “Paragraf Narasi”, artikel ini diakses pada Minggu, 4 April 2010, pukul 14.32 dari http://www.sentra-edukasi.com/2010/04/paragraf-narasi.html

49

Caray, “Karangan Narasi dengan Segala Macamnya”, artikel ini diakses pada Sabtu, 14 Mei 2011, pukul 16.08 WIB dari http://bit.ly/lH5kuR

50


(52)

Paragraf narasi memiliki beberapa prinsip, yaitu alur, penokohan, latar, dan sudut pandang. Keempat prinsip tersebut harus ada dalam paragraf, sehingga itu dapat disebut sebagai paragraf narasi.

b) Jenis-jenis Narasi (a) Narasi Ekspositoris

Narasi ekspositoris merupakan salah satu jenis narasi yang menceritakan peristiwa yang benar-benar terjadi. Misalnya, cerita perjuangan pahlawan, riwayat atau laporan perjalanan, biografi, dan autobiografi. Narasi ekspositoris bersifat fakta yang disajikan dengan bahasa denotatif dan tujuan utamanya bukan menimbulkan daya imajinasi, melainkan menambah pengetahuan pembaca dengan pemaparan yang rasional.

“Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan menggugah pikiran

pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan.”51

Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris memersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada pembaca atau pendengar. Runtun kejadian tersebut untuk menyampaikan informasi yang dapat memperluas pengetahuan pembaca atau pendengar, secara lisan maupun tertulis. Contoh narasi ekspositoris:

“Melalui tulisan ini, saya ingin bercerita tentang pengalaman saya ketika berada si Korea Selatan pada bulan Oktober 2009. Saat itu, saya dan kelima anggota keluarga lainnya pergi ke Korea Selatan untuk menemani dan kakak lelaki saya yang akan menikahi seorang gadis Korsel tepatnya dari kota Daegu.

Sebelum menginjakkan kaki di Daegu, saya singgah sebentar di Seoul karena pesawat yang saya tumpangi mendarat di Inc Cheon International Airport. Saya dan keluarga berada di Daegu selama 8 hari 7 malam. Meski hanya sebentar di sana, namun banyak hal yang dapat

51

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT. Gramedia, 2001), Cet. ke-13, hlm. 136.


(53)

saya pelajari dan teladani dari masyarakat di sana, seperti ketegasan para petugas imigrasi bandara, kebersihan lingkungannya dan kesejukan udara di sana, ketertiban dan kedisiplinan masyarakatnya, ketepatan waktu masyarakatnya, budaya menghormati dan mendahulukan orang yang lebih tua, dan kemandirian CostumerMc‟Donald Korsel (pembeli

bukanlah raja).”52

(b) Narasi Sugestif

Narasi ini menceritakan suatu hasil rekaan, khayalan, atau imajinasi pengarang dan bersifat fiksi. “Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para

pembaca.”53

Melalui narasi sugestif, kita dapat menyampaikan peristiwa pada suatu waktu dengan makna tersirat atau tersurat dengan bahasa yang lebih condong ke bahasa figuratif dengan penggunaan kata-kata konotatif. Jenis karangan ini dapat dilihat pada roman, cerpen, hikayat, dongeng, dan novel. Berikut ini contoh narasi sugestif:

“Pada zaman dahulu di sebuah kampung di kaki sebuah gunung tersebutlah sepasang suami istri yang sudah lama bertapa untuk memohon kepada Yang Kuasa agar diberi wiji widayat. Berkat kesungguhan serta kesabarannya, maka pada tengah malam, tatkala hujan rintik-rintik membasahi bumi, Yang Kuasa menurunkan mayat Dewi Sri di pangkuan dua makhluk yang teguh iman itu. Mereka disuruh memakamkan mayat Dewi Sri dengan sebaik-baiknya. Makan jangan dibiarkan kering. Dan ternyata pada pagi yang kedelapan kedua suami istri melihat beberapa batang widayat tumbuh di makam itu. Lalu dengan meminta izin kepada Yang Kuasa, kedua suami istri tani tadi mencabut dan menanamkan kembali widayat di sawah. Tiga bulan kemudian ibu dan bapak tani sudah memetik ratussan tangkai widayat. Akhirnya tersebarlah makanan pokok yang kini disebut padi. (dari

Cerita Rakyat)”54

52

Utami Setiawati Darmadi, “Pengalaman Berharga dari Negeri Ginseng”, artikel ini

diakses pada 24 Mei 2011, pukul 19.08 WIB dari http://utamiindonesia.blogspot.com 53

Gorys Keraf, op. cit., hlm. 137.

54

Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk Perguruan


(54)

c) Ciri-ciri Narasi

Agar dapat dibedakan dengan jenis paragraf lainnya, narasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(a) “Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.

(b) Dirangkai dalam urutan waktu.

(c) Berusaha menjawab pertanan “apa yang terjadi?”

(d) Ada konfliks.”55

d) Langkah-Langkah Menulis Narasi

Suatu paragraf narasi dapat lebih mudah dibuat jika mengikuti langkah-langkah berikut:

(a) “Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan. (b) Tetapkan sasaran pembaca.

(c) Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur.

(d) Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita.

(e) Rincian-rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita.

(f) Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.”56

55

Gorys Keraf, op. cit., hlm. 136.

56

Wikipedia Indonesia, “Narasi”, artikel ini diakses pada Sabtu, 14 Mei 2011, pukul 16.12


(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. “Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.”1

Tidak seperti penelitian kuantitatif, “penelitian kualitatif [sic!]

perhatian lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori substantif berdasarkan dari konsep-konsep yang timbul dari data empiris.”2 Proses penelitian kualitatif terbagi menjadi tiga tahap, di antaranya:

“1. Tahap orientasi atau deskripsi. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan ditanyakan.

2. Tahap reduksi atau fokus. Pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama.

3. Tahap selection. Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah

ditetapkan menjadi lebih rinci.”3

1

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), Cet. ke-1,

hlm. 1.

2

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), Cet.

ke-6, hlm. 35.

3


(56)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MA Annajah Petukangan Selatan. Sekolah ini berlokasi di sebelah selatan Jakarta, tepatnya di Jalan Ciledug Raya nomor 10 Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Pengumpulan Pengumpulan data penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2011, sedangkan studi dokumenter dilakukan mulai Juli 2011.

C. Objek dan Sampel Penelitian

“Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,

tetapi oleh Spradley dinamakan “social situasion” atau situasi sosial.”4 Situasi

sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui “apa yang terjadi” di dalamnya. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah para siswa MA Annajah tahun pelajaran 2011/2012.

Sampel ialah “sebagai[sic!] bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.”5 Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Semester Ganjil di MA Annajah tahun pelajaran 2011/2012.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purporsive sampling merupakan “teknik pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.”6

Dalam purposive sampling, “pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui

4

Sugiyono, op. cit., hlm. 49. 5

S. Margono, op. cit., hlm. 121.

6


(1)

109

besar siswa mampu menguasai pemahaman dan penulisan kata depan di, ke dan awalan di-, ke- dalam paragraf narasi secara cukup tepat.

2. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, observasi, dan wawancara dapat diketahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan kekekeliruan pada penulisan kata di, ke dan awalan di-, ke- dalam paragraf narasi. Faktor-faktor di antaranya kemiripan bunyi dan ejaan “di, ke”, pemahaman yang kurang sejak jenjang sebelum menengah atas, pemantapan dan penerapan yang kurang dari guru pelajaran Bahasa Indonesia di jenjang sebelum MA maupun di MA itu sendiri, serta kesan “mudah” yang dibangun siswa membuat siswa tidak lagi memperhatikan saat guru menjelaskan materi ini.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Hendaknya guru memilih dan menggunakan metode yang tepat saat menjelaskan materi tentang kata depan di, ke dan awalan di-, ke-. Guru juga sebaiknya lebih sering melatih dan memberi tugas pada siswa dalam materi menulis. Selain itu, guru juga seharusnya membiasakan menuliskan kata depan di, ke dan awalan di-, ke- secara tepat saat menjelaskan maupun saat mengoreksi tugas siswa.

2. Sebaiknya siswa memperhatikan dan fokus saat guru menjelaskan materi tentang kata depan. Selain itu, siswa hendaknya kembali membaca buku-buku yang berkaitan dengan kata depan dan awalan. Siswa hendaknya berlatih juga


(2)

110

membiasakan menggunakan kata depan di, ke dan awalan di-, ke- secara tepat setiap membuat suatu tulisan sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulisnya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A., Alek dan HP., Achmad. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana, Cet. ke-1, 2010.

Alfiyansyah, Muhammad. “Paragraf Narasi”, artikel ini diakses pada Minggu, 4 April 2010, pukul 14.32 WIB dari http://www.sentra-edukasi.com/2010/04/paragraf-narasi.html

Alwi, Hasan. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, Cet. ke-5, 2003.

Arifin, E. Zaenal dan Hadi, Farid. 1001 Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Akademika Pressindo, Cet. ke-4, 2009.

Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo, Cet. ke-10, 2009.

Badudu, J.S. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima, 1985.

Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima, 1988.

Caray. “Karangan Narasi dengan Segala Macamnya”, artikel ini diakses pada Sabtu, 14 Mei 2011, pukul 16.08 WIB dari http://bit.ly/lH5kuR

Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, Cet. ke-1, 2000.

Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta, Cet. ke-1, 2008.


(4)

Darmadi, Utami Setiawati. “Pengalaman Berharga dari Negeri Ginseng”, artikel diakses pada 24 Mei 2011, pukul 19.08 WIB dari http://utamiindonesia.blogspot.com

“Khasiat Rebusan Angkak”, artikel ini diakses

pada 26 Mei 2011, pukul 20.20 WIB dari

http://utamiindonesia.blogspot.com

Djuharmie, E. K. dan Juanda, Asep. Bahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI. Bogor: CV Regina, Cet. ke-1, 2005.

Farkhan, Muhammad. An Introduction to Linguistics. Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. ke-1, 2006.

Fitriyah, Mahmudah dan Gani, Ramlan Abdul. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet.ke-1, 2007.

Frank, Marcella. Modern English Excercise for Native Speakers: Part 1 Part of Speech. New Jersey: Prentice-Hall, 1972.

Indonesia, Wikipedia. “Preposisi”, artikel ini diakses pada 3 November 2010, pukul 15.23 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Preposisi

“Prefiks”, artikel ini diakses pada 30 Maret 2011, pukul 15.23 WIB http://id.wikipedia.org/wiki/Prefiks

“Narasi, artikel ini diakses pada Sabtu, 14 Mei 2011, pukul 16.12 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Narasi

Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Cet. ke-13, 2001.

Kridalaksana, Harimurti. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Cet. ke-5, 2007.


(5)

Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Cet. ke-5, 2009.

Kuntarto, Niknik M. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Mitra Wacana Media, Cet. ke-8, 2010.

Kwary, Deny Arnos. ”Analisis Afiks Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris”, artikel ini diakses pada 30 Maret 2011, pukul 14.04 WIB dari http://bit.ly/j5aVPr

Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, Cet. ke-6, 2009.

Mahsusi. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004.

Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 1999.

Ramlan, M. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono, Cet. ke-12, 2001.

Sekawan, Redaksi Lima Adi. EYD Plus. Jakarta: Limas, Cet. ke-11, 2007.

Subana, M. dan Sudrajat. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia, Cet. ke-1, 2001.

Sudarno dan Rahman, Eman A. Kemampuan Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah, 1986.

Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah, t.t.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta, Cet. ke-1, 2005.


(6)

Susanti, Elvi. “Argumentasi dan Persuasi”, (Handout Mata Kuliah Menulis Lanjut Pertemuan IV dan V, Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah), 2011.

Suyanto, Bagong dan Sutinah, ed. Metode Penelitian Sosial berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: kencana, Cet. ke-5, 2010.

Wiati, Iis. Bahasa dan Sastra Indonesia: Program Studi Ilmu Alam dan Ilmu Sosial untuk SMA Kelas XII. Depok: Arya Duta, Cet. ke-1, 2005.