Pidana Zina Pidana Hudud, yaitu sanksi pidana yang ditetapkan untuk jarimah hudud.

yang ditetapkan sebagai jarimah dikemudian hari.  Prinsip kehati-hatian, ketika hudud akan diterapkan harus dengan penuh kehatian-hatian. Hudud tidak dapat dijatuhkan bila ditemukan keragu- raguan syubhat. Karena akan menjadi lebih baik, pada saat membebaskan orang bersalah daripada menghukum orang yang tidak bersalah. Disini berlaku qaidah ”Adlaruuratu tubiihu al-mahdzuraat” keadaan darurat memperbolehkan melakukan yang dilarang, dimana terjadi dilematis akibat dari keragu-raguan timbul.  Prinsip pembuktian yang akurat, prinsip ini menjamin bahwa penjatuhan atas pidana hudud benar-benar tepat sasaran, yakni mengenai orang yang memang layak mendapatkannya. Pembuktian merupakan aspek penting dalam jarimah hudud, karena pembuktian yang akurat harus dilakukan sebelum putusan dijatuhkan. Karena putusan dapat diambil ketika si pembuat dinyatakan secara sah dan meyakinkan terbukti bersalah atas perbuatan yang dilakukannya. 45 Berikut ini perincian pidana dalam jarimah hudud :

a. Pidana Zina

1. Unsur – unsur Zina:  Persetubuhan yang diharamkan, di dalam persetubuhan ini dapat diukur dari; apabila kepala kemaluan hasyafah telah masuk 45 Muhammad Ichsan dan M Endrio Susila, Hukum Pidana Islam: Sebuah Alternatif , h. 123-125 kedalam farji vagina walaupun sedikit. Dan juga, tetap dianggap zina walaupun ada penghalang tipis yang tidak menghalangi perasaan dan kenikmatan bersenggama. Persetubuhan haram itu dianggap zina jika dilakukan oleh seseorang dengan orang lain yang bukan miliknya atau bukan pasangan yang sah.  Adanya kesengajaan atau niat melawan hukum, unsur ini terpenuhi apabila pelaku melakukan sesuatu perbuatan persetubuhan padahal ia mengetahui bahwa wanita yang disetubuhi adalah wanita yang haram baginya. 46 2. Bentuk Pidana Zina:  Pidana dera, pidana dera sebanyak seratus kali diancamkan atas perbuatan zina yang dilakukan oleh orang yang ghair muhsan belum kawin. Ketentuan ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam surat an-Nur ayat 2 :                             ﴿ روﻨﻠا ٢٤ : ٤ ﴾ Artinya: “perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap- tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah 46 Ibid., h. 126-128 pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” Q.S. An – Nuur 24 : 4  Pidana Pengasingan tagrib, hukuman pengasingan ini dikenakan selama satu tahun selain hukuman jilid kepada pembuat zina ghair muhsan belum kawin.  Pidana Rajam, pidana rajam adalah pidana mati dengan jalan dilempari dengan batu, dan yang dikenakan adalah pembuat zina muhsan telah menikah, baik laki-laki ataupun perempuan. Apabila terjadi perbuatan zina antara laki-laki yang muhshan telah menikah dengan perempuan ghair muhshan lajang. Maka bagi laki-laki berlaku pidana rajam, sedangkan untuk perempuan berlaku pidana dera. Demikian pula bila terjadi sebaliknya. 47

b. Pidana Qazaf menuduh orang berzina