Pidana Takzir, adalah pidana yang ditetapkan untuk segala jarimah Filosofi Pemidanaan dalam Hukum Pidana Islam

ﯿﻟ  ﺲ  ﺶﻟ ﻟ ﻟﻘ ﺎ ﺘ ﻞ ﺷ ﻲ ﺀ  ﻤ ﻦ  ﻟا ﻤ ﯿﺮ ا  Artinya: “Tidak ada bagian warisan sama sekali bagi orang yang membunuh” 54

e. Pencabutan Hak Menerima Wasiat, pidana ini merupakan pidana

tambahan. Dimana seorang pembunuh tidak mendapatakan apapun dari warisan ataupun juga wasiat. 55

3. Pidana Takzir, adalah pidana yang ditetapkan untuk segala jarimah

takzir. 56 Hal penting didalam pidana takzir adalah bahwa jarimah takzir tidak ditentukan di dalam Nash begitu pun dengan pemidanaannya. Walaupun seperti itu tetap saja dalam penjatuhan pidananya tidak boleh melewati ataupun tidak berdasarkan syar’i. Dalam artian tetap dalam koridor syar’i. Bentuk pidana takzir adalah sebagai berikut: a. Pidana Mati, b. Pidana dera, c. Pidana penjara, ada dua macam pidana penjara:  Pidana penjara terbatas ada kurun waktunya, batas terendahnya ialah satu hari sedamgkan batas tertingginya tidak ada kesepakatan. Biasanya pidana pnjara terbatas ini dikenakan untuk jarimah takzir biasa atau kejahatan biasa. 54 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 207 55 Muhammad IchsanM Endrio Susila, Hukum Pidana Islam: Sebuah Alternatif, h. 169 56 K.H. Alie Yafie, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid 3, h. 24  Pidana penjara tidak terbatas, para ulama sepakat bahwa pidana ini dikenakan bagi pelaku kejahatan yang membahayakan dan mereka yang biasa melakukan jarimah. Kurun waktunya tidak ditentukan terlebih dahulu, berarti dapat berlangsung terus menerus sampai mati atau terjadi tobat dan mau memperbaiki dirinya. d. Pidana Pengasingan, pidana pengasingan ini diperlukan karena ditakutkan perbuatan si pelaku dapat berdampak buruk terhadap masyarakat menarik orang lain untuk melakukannya ataumembahayakan orang lain. g. Pidana ancaman, teguran, dan peringatan, h. Pidana denda, diterapkan pada jarimah takzir seperti pencurian. Dimana seorang yang mencuri buah yang masih tergantung di pohonnya yang didenda dua kali harga buah tersebut.

4. Filosofi Pemidanaan dalam Hukum Pidana Islam

Filosofi dijatuhkannya Pidana adalah untuk memperbaiki keadaan manusia, menjaga dari kerusakan, menyelamatkan dari kebodohan, menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan, mengcegah dari kemaksiatan, serta merangsang untuk berlaku taat. 57 57 K.H. Alie Yafie, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid 3, h. 19 Ahmad Hanafi berpendapat bahwa tujuan pokok dalam penjatuhan Pidana adalah pengcegahan al-radd wa al-zajr serta pendidikan al- Işlâһ wa al-tahzb. 58 Dari pemaparan diatas kemudian terlihat bahwa hukuman harus menyentuh berbagai aspek, yang mana aspek- aspek tersebut harus dapat mewujudkan tujuan dari Pidana itu sendiri. Aspek-aspek itu antara lain: a. Pidana yang dijatuhkan dapat mengcegah semua orang untuk melakukan tindak pidana, sebelum tindak pidana itu terjadi. mengcegah orang lain untuk berbuat tindak pidana b. Pidana dijadikan sebagai penghasil kemaslahatan individu dan kemaslahatan masyarakat, karena itu hukuman ada berbagai macam sesuai tindak pidananya, tidak hanya satu macam saja. c. Pidana bermaksud untuk memberikan pendidikan ta’dib kepada pelaku bukan sebagai bentuk balas dendam atas suatu perbuatan. karena keadaan manusia bebeda-beda sesuai karakternya. Jadi pada umumnya Pidana atau uqubah yang ditetapkan atas jarimah yang dilakukan mempunyai tujuan untuk memperbaiki individu, memelihara masyarakat, dan menjaga sistem masyarakat. 59 Dan Pidana merupakan suatu upaya terakhir dalam menjaga seseorang agar tidak terjerumus kedalam lubang maksiat atau kesalahan. 58 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 191 59 Muhammad IchsanM Endrio Susila, Hukum Pidana Islam: Sebuah Alternatif, h. 106

BAB III PANDANGAN HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP TERHADAP PIDANA

BERSYARAT

D. Pengertian dan Pengaturan Pidana Bersyarat Dalam KUHP

Pidana bersyarat diberlakukan di Indonesia pada tanggal 1 januari 1927 dengan staatblad 1926 No. 251 jo. 486, pada bulan Januari 1927 yang kemudian diubah dengan staatblad No. 172. 60 Pidana bersyarat sendiri memiliki sinonim dengan hukuman percobaan Voorwardelojke Veroordeling. Namun berkaitan dengan penamaan ini juga ada yang mengatakan kurang sesuai sebab dengan penamaan itu memberi kesan seolah-olah yang digantungkan pada syarat itu adalah pemidanaannya atau penjatuhan pidananya. Padahal yang digantungkan pada syarat-syarat tertentu itu, sebenarnya adalah pelaksanaan atau eksekusi dari pidana yang telah dijatuhkan oleh hakim. Oleh karena itu, terdapat beberapa pendapat yang di kemukakan para ahli hukum dalam mendefinisikan pidana bersyarat itu sendiri, antara lain: Muladi mendefinisikan Pidana Bersyarat sebagai suatu pidana, dalam hal mana si terpidana tidak usah menjalani pidana tersebut, kecuali bilamana selama masa percobaan terpidana telah melanggar syarat-syarat umum atau khusus yang telah ditentukan oleh pengadilan. 61 60 Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, h. 63 61 Ibid., h. 195-196