Pidana Hirabah perampokan Pidana Riddah murtad

 Pengambilan secara diam – diam,  Barang yang diambil itu berupa harta,  Harta tersebut milik orang lain,  Adanya niat melawan hukum.

e. Pidana Hirabah perampokan

Ada empat macam pidana yang dapat dijatuhkan terhadap jarimah Hirabah, yaitu: 1. Pidana Mati, pidana ini dijatuhkan atas pengganggu keamanan pembegal, penyamun apabila ia melakukan pembunuhan. Pidana tersebut adalah pidana had. 2. Pidana mati disalib, pidana ini dijatuhkan apabila pengganggu keamanan melakukan pembunuhan disertai dengan merampas harta benda. Jadi pidana tersebut dijatuhkan atas perbuatan membunuh dan mencuri secara bersama-sama. 3. Pidana pemotongan anggota badan, pidana ini dijatuhkan atas pengganggu keamanan jika ia mengambil harta tetapi tidak melakukan pembunuhan. Pemotongan disini dilakukan dengan memotong tangan kanan dan kaki kiri si pembuat secara sekaligus selang-seling. 4. Pidana Pengasingan, pidana ini dijatuhkan apabila pengganggu keamanan hanya menakut-nakuti orang yang melintas, tetapi tidak mengambil harta dan tidak pula membunuh. Mengenai cara lamanya pengasingan, menurut pendapat fuqaha sama dengan pengasingan dalam jarimah zina.

f. Pidana Riddah murtad

Hukuman bagi orang yang melakukan Riddah ada 3 tiga macam, yaitu: 1. Pidana Pokok, pidana pokok untuk jarimah riddah adalah pidana mati. Ini sesuai dengan hadits Nabi Saw.: ﻤ ن ﺒ د ل  د  ﯿ ـ ﻨﮫ  ﻓ ﺎ  ﻗ ـﺘ ـﻠ و ه  ﴿ هاور ىرﺎﺨﺒﻠا ﴾ Artinya: Barang siapa menukar agamanya, maka kamu bunuhlah dia. H. R. Bukhari 49 Bahwasanya pidana mati adalah berlaku umum untuk setiap orang yang murtad, baik ia laki-laki maupun perempuan, tua ataupun muda. Akan tetapi sebelum melaksanakan pidana tersebut diberikan kesempatan bagi terdakwa untuk bertaubat. Menurut Imam Malik waktu untuk bertaubat adalah 3 hari 3 malam. 50 Dan taubatnya cukup dengan mengucapkan Dua Kalimat Syahadat. 2. Pidana Pengganti, pidana pengganti untuk jarimah riddah berlaku dalam dua keadaan, yaitu:  Apabila pidana pokok gugur akibat Taubat. Maka hakim menggantinya dengan pidana Tazir yang sesuai dengan keadaan 49 Abi Abdullah Muhammad bin Ismail al – Bukhari, Kitab Sahih Bukhari, t.t.: Daran Nahra al – Naiili, t.th, Juz 4, h. 191. 50

A. Djazuli, Fiqh Jinayah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1997, h. 166