Pengertian Pidana Pidana dan Pemidanaan Menurut Hukum Pidana Islam 1.

 Segi Pembukatian Jarimah , dalam pembuktian sebuah jarimah, baik hudud, kisas-diat, dan takzir, hukum Islam mensyaratkan adanya saksi yang jumlahnya telah ditentukan. Jika pembuktiannya hanya berupa saksi-saksi seperti dalam jarimah zina maka dibutuhkan empat orang saksi. Adapun jarimah hudud yang lain dan juga kisas-diat sedikitnya membutuhkan dua orang saksi. Sedangkan dalam jarimah takzir hanya diperlukan satu orang saksi. 37

2. Pengertian Pidana

Dalam istilah pidana Islam, Pidana disebut dengan uqubah ﺔﺒﻮﻘﻌﻠا . 38 Sedangkan menurut referensi lainnya, Pidana atau uqubah diartikan sebagai pembalasan dengan keburukan. 39 Untuk itu penulis dalam menjelaskan pidana dan pemidanaan menurut hukum pidana Islam, lebih memakai istilah pidana dari pada istilah hukuman atau uqubah, agar meminimalisasi pemakaian istilah. Abdul Qadir ’Audah memberikan definisi Hukuman sebagai berikut: ”Hukuman adalah sanksi hukum yang telah ditentukan untuk kemaslahatan masyarakat karena melanggar perintah syar’iAllah SWT dan Rasul-Nya.” 40 37 K.H. Alie Yafi, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid 1, h. 101-102 38 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 952 39 Luis Ma’lup, Al-Munjid, Beirut: Daar al-Masayrik, tanpa tahun, Cet. X, h. 518 40 K.H. Alie Yafi, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid 3, h. 19 35 Abdul Aziz Dahlan., dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jakarta: Uctiar Baru van Hoeve, 1996, h. 1971 Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, Pidana adalah akibat yang timbul dari perbuatan yang melanggar ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya. 41 Dari penjelasan diatas jelaslah yang dimaksud Pidana uqubah adalah pembalasan yang ditetapkan atas perbuatan-perbuatan yang dilarang untuk menjamin kehormatan perintah syariyyah yang bertujuan unfuk menciptakan kemaslahatn individu dan masyarakat. Dari paparan tersebut diatas dapat dimengerti pula bahwa pidana tersebut harus mempunyai dasar baik dari al-Qur’an, hadits atau lembaga legislatif yang mempunyai kewenangan menetapkan hukuman untuk kasus takzir. Dengan perkataan bahwa perbuatan seseorang yang cakap mukhallaf tidak mungkin dikatakan dilarang, selama belum ada nash ketentuan yang melarangnya dan ia mempunyai kebebasan untuk melakukan perbuatan itu atau meninggalkannya pada saat nash yang melarangnya. 42 Asas legalitas pada Syariat Islam seperti tersebut diatas, yang memberi kesimpulan bahwa tidak ada jarimah atau pidana atas setiap perbuatan tanpa adanya nash Aturan-aturan yang disebut syara’. dan firman Allah SWT yang menerangkan tentang asas legalitas dalam hukum Islam adalah sebagai berikut: …      ﺀاﺮﺴﻹا ١٧ : ١٥ Artinya: ”...Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” QS. al-Israa17 : 15 36 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 47             …   ا ﻘﻠ ۔ ﺺﺼ ٢٨ : ٥٩ Artinya: ”Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka...” QS. al-Qashash28 : 59      …  ةﺮﻘﺒﻠا ٢ : ٢٨٦ Artinya: ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” QS. Al-Baqarah2 : 286 Nash-nash tersebut dengan jelas berisi suatu ketentuan, bahwa tidak ada sesuatu jarimah 43 kecuali sesudah ada penjelasan, dan tidak ada pidana kecuali sesudah ada pemberitahuan. Juga bahwa Allah tidak menjatuhkan sesuatu siksa atas sesuatu umat manusia, kecuali sudah ada penjelasan dan pemberitahuan melalui Rasul-Nya dan pembebanan kepada mereka termasuk perkara yang disanggupi. Ini mengakibatkan bahwa pidana Untuk dapat dinyatakan sah dan berlaku, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 43 Ahmad hanafi berpendapat pengertian jarimah tidak berbeda dengan tindak pidana pada hukum positif. Pengertian jarimah sendiri adalah perbuatan syara baik perbuatan itu mengenai merugikan jiwa atau harta benda ataupun lainnya. a. Pidana bersifat syar’i , yaitu Pidana harus bersandar kepada sumber-sumber hukum islam Al-Qur’an, Hadist, Ijmak, dst. dan juga undang-undang yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. b. Pidanabersifat perseorangan personal, yakni pidana hanya menimpa pelaku, tidak kepada yang lain. c. Pidana bersifat umum , artinya bahwa pidana dapat dijatuhkan kepada siapa pun, baik dia miskin-kaya, cerdas-bodoh, penguasa-rakyat. Semuanya mempunyai kedudukan yang sama di mata hukum. 3. Jenis – Jenis Pidana Pidana itu dapat dikategorikan menjadi beberapa macam tergantung kepada sudut pandang kita terhadapnya. Tetapi penulis mencoba menjelaskan pidana berdasakan tindak pidana jarimah yang dilakukan si pembuat. Berikut penjelasannya:

1. Pidana Hudud, yaitu sanksi pidana yang ditetapkan untuk jarimah hudud.