Segi Pembukatian Jarimah , dalam pembuktian sebuah jarimah, baik
hudud, kisas-diat, dan takzir, hukum Islam mensyaratkan adanya saksi yang jumlahnya telah ditentukan. Jika pembuktiannya hanya berupa saksi-saksi
seperti dalam jarimah zina maka dibutuhkan empat orang saksi. Adapun jarimah hudud yang lain dan juga kisas-diat sedikitnya membutuhkan dua
orang saksi. Sedangkan dalam jarimah takzir hanya diperlukan satu orang saksi.
37
2. Pengertian Pidana
Dalam istilah pidana Islam, Pidana disebut dengan uqubah
ﺔﺒﻮﻘﻌﻠا
.
38
Sedangkan menurut referensi lainnya, Pidana atau uqubah diartikan sebagai pembalasan dengan keburukan.
39
Untuk itu penulis dalam menjelaskan pidana dan pemidanaan menurut hukum pidana Islam, lebih memakai istilah pidana dari pada
istilah hukuman atau uqubah, agar meminimalisasi pemakaian istilah. Abdul Qadir ’Audah memberikan definisi Hukuman sebagai berikut:
”Hukuman adalah sanksi hukum yang telah ditentukan untuk kemaslahatan masyarakat karena melanggar perintah syar’iAllah SWT dan Rasul-Nya.”
40
37
K.H. Alie Yafi, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid 1, h. 101-102
38
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997, h. 952
39
Luis Ma’lup, Al-Munjid, Beirut: Daar al-Masayrik, tanpa tahun, Cet. X, h. 518
40
K.H. Alie Yafi, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid 3, h. 19
35
Abdul Aziz Dahlan., dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jakarta: Uctiar Baru van
Hoeve, 1996, h. 1971
Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, Pidana adalah akibat yang timbul dari perbuatan yang melanggar ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya.
41
Dari penjelasan diatas jelaslah yang dimaksud Pidana uqubah adalah pembalasan yang ditetapkan atas perbuatan-perbuatan yang dilarang untuk menjamin
kehormatan perintah syariyyah yang bertujuan unfuk menciptakan kemaslahatn individu dan masyarakat.
Dari paparan tersebut diatas dapat dimengerti pula bahwa pidana tersebut harus mempunyai dasar baik dari al-Qur’an, hadits atau lembaga legislatif yang
mempunyai kewenangan menetapkan hukuman untuk kasus takzir. Dengan perkataan bahwa perbuatan seseorang yang cakap mukhallaf tidak
mungkin dikatakan dilarang, selama belum ada nash ketentuan yang melarangnya dan ia mempunyai kebebasan untuk melakukan perbuatan itu atau meninggalkannya
pada saat nash yang melarangnya.
42
Asas legalitas pada Syariat Islam seperti tersebut diatas, yang memberi kesimpulan bahwa tidak ada jarimah atau pidana atas setiap perbuatan tanpa adanya
nash Aturan-aturan yang disebut syara’. dan firman Allah SWT yang menerangkan
tentang asas legalitas dalam hukum Islam adalah sebagai berikut:
…
ﺀاﺮﺴﻹا ١٧
: ١٥
Artinya: ”...Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” QS. al-Israa17 : 15
36
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 47
…
ا
ﻘﻠ ۔
ﺺﺼ ٢٨
: ٥٩
Artinya: ”Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat Kami
kepada mereka...” QS. al-Qashash28 : 59
…
ةﺮﻘﺒﻠا
٢ :
٢٨٦
Artinya: ”Allah tidak
membebani seseorang
melainkan sesuai
dengan kesanggupannya…” QS. Al-Baqarah2 : 286
Nash-nash tersebut dengan jelas berisi suatu ketentuan, bahwa tidak ada sesuatu jarimah
43
kecuali sesudah ada penjelasan, dan tidak ada pidana kecuali sesudah ada pemberitahuan.
Juga bahwa Allah tidak menjatuhkan sesuatu siksa atas sesuatu umat manusia, kecuali sudah ada penjelasan dan pemberitahuan melalui Rasul-Nya dan
pembebanan kepada mereka termasuk perkara yang disanggupi. Ini mengakibatkan bahwa pidana Untuk dapat dinyatakan sah dan berlaku, harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
43
Ahmad hanafi berpendapat pengertian jarimah tidak berbeda dengan tindak pidana pada hukum positif. Pengertian jarimah sendiri adalah perbuatan syara baik perbuatan itu mengenai
merugikan jiwa atau harta benda ataupun lainnya.
a. Pidana bersifat syar’i
, yaitu Pidana harus bersandar kepada sumber-sumber hukum islam Al-Qur’an, Hadist, Ijmak, dst. dan juga undang-undang yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. b.
Pidanabersifat perseorangan personal, yakni pidana hanya menimpa pelaku, tidak kepada yang lain.
c. Pidana bersifat umum
, artinya bahwa pidana dapat dijatuhkan kepada siapa pun, baik dia miskin-kaya, cerdas-bodoh, penguasa-rakyat. Semuanya
mempunyai kedudukan yang sama di mata hukum. 3.
Jenis – Jenis Pidana
Pidana itu dapat dikategorikan menjadi beberapa macam tergantung kepada sudut pandang kita terhadapnya. Tetapi penulis mencoba menjelaskan pidana
berdasakan tindak pidana jarimah yang dilakukan si pembuat. Berikut penjelasannya:
1. Pidana Hudud, yaitu sanksi pidana yang ditetapkan untuk jarimah hudud.