Diat, yakni pidana berupa kewajiban membayar ganti rugi dengan Kaffarat, adalah pidana pokok berupa memerdekakan seorang hamba Pencabutan Hak Mawaris, merupakan pidana tambahan bagi jarimah Pencabutan Hak Menerima Wasiat, pidana

Hanifah, jika kisas gugur maka korban tidak mendapat diat, karena hak korban dalam kisas adalah bersifat asli. Sedangkan Imam Syafi’I dan Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa jika hilangnya objek kisas maka korban berhak mendapat atau memilih diat, jika apapun sebab hilangnya objek kisas. 53 2. Pengampunan, korban atau walinya diberi wewenang atau hak untuk mengampuni pidana kisas. Apabila ia memaafkan si pelaku maka gugurlah kisas tersebut. Pemberian ampunan disini bisa dengan cuma-cuma atau dengan membayar diat kepada korban atau walinya. Jika kondisinya pada ampunan dengan membayarkan diat, menurut imam Malik dan Abu Hanifah, bukan merupakan ampunan, melainkan akad damai karena ampunan tersebut membutuhkan kerelaan pelaku untuk membayar diat. 3. Akad damai atau perdamaian Shulh, perdamaian yang dilakukan oleh korban dengan pelaku dapat berlangsung, sehingga dengan demikian kisas menjadi gugur. Korban, atau walinya boleh meminta imbalan yang sama dengan diat ataupun lebih.

b. Diat, yakni pidana berupa kewajiban membayar ganti rugi dengan

besaran tertentu kepada pihak korban untuk kasus penganiayaan ataupun pembunuhan. Status diat sendiri bisa merupakan hukuman pokok main 53 K.H. Alie Yafi, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid 3, h. 64 punishment dan hukuman pengganti subtitutive punishment. Diat adalah pidana yang mempunyai satu batasan. Artinya hakim tidak berhak mengurangi atau menambahi jumlahnya. Diat itu merupakan hukuman untuk Pembunuhan Sengaja, Pembunuhan Serupa Sengaja dan Pembunuhan Salah, akan tetapi kadarnya berbeda. Pada umumnya diat itu 100 ekor unta. Tetapi didalam diat dapat terjadi pemberatan dan peringanan, dan yang membedakan bukan jumlahnya tetapi macam dan umur unta tersebut. Pembedaan tersebut dinamakan Diat Mughalladzah yang diperberat bagi pembunuhan sengaja dan menyerupai sengaja dan Diat Mukhaffafah yang diperingan diperuntukan pembunuhan salah.

c. Kaffarat, adalah pidana pokok berupa memerdekakan seorang hamba

yang beriman. Apabila tidak ditemukan hamba dan tidak mempunyai harta sebanyak hamba tersebut, maka digantikan dengan dengan berpuasa dua bulan berturut-turut. Pidana berpuasa tersebut sebagai pidana pengganti.

d. Pencabutan Hak Mawaris, merupakan pidana tambahan bagi jarimah

pembunuhan, selain pidana pokoknya yaitu mati, apabila antara orang yang membunuh dengan korbannya ada hubungan keluarga. Dasar hukumnya adalah sabda Rasulullah Saw. : ﯿﻟ  ﺲ  ﺶﻟ ﻟ ﻟﻘ ﺎ ﺘ ﻞ ﺷ ﻲ ﺀ  ﻤ ﻦ  ﻟا ﻤ ﯿﺮ ا  Artinya: “Tidak ada bagian warisan sama sekali bagi orang yang membunuh” 54

e. Pencabutan Hak Menerima Wasiat, pidana ini merupakan pidana

tambahan. Dimana seorang pembunuh tidak mendapatakan apapun dari warisan ataupun juga wasiat. 55

3. Pidana Takzir, adalah pidana yang ditetapkan untuk segala jarimah