Kisas, merupakan pidana bagi pembunuhan sengaja dan pencederaan

2. Pidana Kisas-Diat, yaitu pidana yang ditetapkan untuk jarimah kisas-diat

yang oleh syariat Islam ada lima macam:

a. Kisas, merupakan pidana bagi pembunuhan sengaja dan pencederaan

sengaja. Dimana cara pemidanaannya disamakan atau seperti perbuatan jahat yang dilakukan oleh pembuatnya. Seperti firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 178-179 dan surat al-Maidah ayat 45. Sebagai contoh, jika si pelaku membunuh maka pidananya dibunuh dan bila ia mencederakan orang lain maka ia akan dicederakan. Kisas merupakan bentuk pidana yang menawarkan keadilan sejati, dimana pembuat jarimah diberi balasan yang sesuai ataupun setimpal dengan perbuatan jahatnya. Ancaman pidana yang diterapkan pada kisas berupa pembalasan retaliation sebagai ciri khasnya, memberikan daya cegah prevention dan efek jera deterrent effect yang luar biasa. Ada tiga sebab yang dapat menggugurkan kisas, yaitu 1. Hilangnya tempat atau objek kisas, yang dimaksud objek kisas disini adalah jiwa pelaku pembunuh ataupun anggota badan pelaku yang sama dengan objek kisas telah hilang. Dimana kehilangan tersebut dapat dikarenakan berbagai sebab, seperti, sakit, musibah, hukuman. Apabila objek kisas tidak ada maka dengan sendirinya kisas gugur. Namun yang menjadi permasalahan adalah apakah wali korban atau korban mendapatkan diat. Menurut Imam Malik dan Imam Abu Hanifah, jika kisas gugur maka korban tidak mendapat diat, karena hak korban dalam kisas adalah bersifat asli. Sedangkan Imam Syafi’I dan Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa jika hilangnya objek kisas maka korban berhak mendapat atau memilih diat, jika apapun sebab hilangnya objek kisas. 53 2. Pengampunan, korban atau walinya diberi wewenang atau hak untuk mengampuni pidana kisas. Apabila ia memaafkan si pelaku maka gugurlah kisas tersebut. Pemberian ampunan disini bisa dengan cuma-cuma atau dengan membayar diat kepada korban atau walinya. Jika kondisinya pada ampunan dengan membayarkan diat, menurut imam Malik dan Abu Hanifah, bukan merupakan ampunan, melainkan akad damai karena ampunan tersebut membutuhkan kerelaan pelaku untuk membayar diat. 3. Akad damai atau perdamaian Shulh, perdamaian yang dilakukan oleh korban dengan pelaku dapat berlangsung, sehingga dengan demikian kisas menjadi gugur. Korban, atau walinya boleh meminta imbalan yang sama dengan diat ataupun lebih.

b. Diat, yakni pidana berupa kewajiban membayar ganti rugi dengan